Titik Balik Sri Juwita Kusumawardhani, Founder Cinta Setara  

Yuk, kenalan lebih dalam dengan pakar relationship satu ini!

Bagi kamu yang bermain instagram, barangkali sudah tidak asing dengan komunitas yang membahas isu relationship, Cinta Setara. Cinta Setara merupakan ruang di mana kamu bisa belajar cara membangun relasi yang sehat dan bahagia.

Pendiri dari komunitas ini adalah psikolog yang telah mendapat lisensi profesi di bidang Klinis Dewasa, Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi, Psikolog.

IDNTimes berkesempatan mengupas lebih jauh sosok yang sering dipanggil Wita ini. Mulai dari bagaimana ia memilih profesi psikolog, hingga mendirikan Cinta Setara yang berkembang pesat hingga sekarang.

1. Cinta Setara bermula dari keinginan Wita memberikan edukasi mengenai hubungan romantis bagi dewasa muda Indonesia

Titik Balik Sri Juwita Kusumawardhani, Founder Cinta Setara
 Dok. pribadi

Wanita yang lahir di Bandung, 18 November 1988 ini menceritakan awal mula tercetusnya ide mendirikan Cinta Setara. Ketika ia masih remaja dan berusia awal 20-an, informasi dan edukasi mengenai hubungan romantis dan sehat, masih sangat minim.

Setelah masuk kuliah Psikologi, ia baru tercerahkan bahwa menurutnya harus ada satu wadah yang menampung masalah ini. Ia berhadap dengan adanya Cinta Setara, orang dewasa muda Indonesia di luar sana, tidak perlu masuk Psikologi dan dapat mengembangkan hubungan romantis yang sehat dan bahagia. 

"Mereka dapat mengenali hubungan yang toxic, bisa untuk saling memperbaiki diri. Jika tidak berhasil, maka tidak berlama-lama berada dalam hubungan tersebut. Jika masih belum berpasangan, sudah bisa mengenali ciri-cirinya," katanya.

"Oh, ini orang yang kayaknya belum siap deh untuk berhubungan atau kalau berhubungan, nantinya malah toxic. Jadi bisa memilih single dan bahagia dibanding memaksakan untuk berhubungan, tapi ujungnya malah tersiksa sendiri," terang Wita.

2. Pada awal karier, wanita yang memperoleh gelar profesi Klinis Dewasa di UI ini, sempat alami kesulitan finansial di 3 tahun pertama kelulusan

Titik Balik Sri Juwita Kusumawardhani, Founder Cinta Setara
 Dok. pribadi

Memilih profesi psikolog tentu tak lepas dari tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif. Namun, Wita mendapat dukungan penuh dari orangtua, baik secara materi maupun emosional.

Saat berada di titik terendah, pada waktu kuliah atau awal bekerja, mereka hadir memberikan dukungan dan menguatkan. Kemudian, suami Wita juga sangat suportif dalam membantu Wita menjalankan komunitas Cinta Setara dan organisasi IPK (Ikatan Psikolog Klinis), di mana ia menjabat sebagai sekretaris di sana.  

"Jadi, di tiga tahun pertama praktik setelah lulus, tentunya agar tetap survive, saya tetap melakukan pekerjaan lain. Seperti wawancara atau membuat laporan dari hasil wawancara tersebut," kenangnya.

"Jujur, itu bukan bidang yang saya sukai. Itu kan di bidang industri. Tetapi ya, saya harus realistis untuk bisa membayar tagihan untuk tetap hidup," terang Wita.

Setelah mengalami perjalanan panjang menekuni profesi yang masih awam bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia ini, Wita bersyukur keteguhan hatinya untuk terus berpraktik di klinis bisa berbuah manis.

Setelah punya pengalaman yang cukup, ia mengaku menemukan tempat yang mampu membayar lebih layak. Resep kunci sukses yang ia pegang adalah jangan pernah menyerah pada mimpi, tapi juga harus tahu kapan bersikap realistis.

3. Meski sempat mengalami masa sulit, namun Wita perlahan bangkit dengan coping stress yang sudah ia pelajari selama ini

Titik Balik Sri Juwita Kusumawardhani, Founder Cinta Setara
 Dok. pribadi

Sebagai manusia biasa, Wita sempat mengalami peristiwa yang tak sesuai rencana. Beberapa hal yang tak sesuai harapan dan berat untuk dijalani.

Namun, Wita tak mau terpuruk pada keadaan. Ia menerapkan beberapa coping stress yang telah dipelajari selama ini.

dm-player

"Socrates pernah bilang, hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak tanpa makna. Jadi, ketika ujian berat, saya mencoba mencari makna yang berusaha Allah dan semesta sampaikan kepada saya. Pembelajaran apa sih yang perlu saya ambil dari peristiwa tersebut?" lanjutnya.

"Jadi, saya biasanya merefleksikan hal tersebut, tentunya juga dikuatkan dukungan sosial dari keluarga, pasangan, teman, dan biasanya saya juga membaca buku. Buku yang temanya sesuai dengan apa yang saya alami atau yang dapat menguatkan saya dalam peristiwa tersebut," pungkas Wita.

Selain itu, Wita juga memiliki religious coping seperti salat dan berdoa. Kemudian membaca salah satu surat dalam Al-quran, yaitu surat Al-Insyirah agar semakin yakin bahwa setelah ada kesulitan, maka akan ada kemudahan.

Baca Juga: Kisah Perawat Millennial Hadapi COVID-19, Jadi ODP & Ditolak Ibu Kost

4. Perempuan memiliki banyak tuntutan dan stigma dalam lingkungan masyarakat. Penting bagi perempuan untuk tahu apa yang dia mau dan fokus

Titik Balik Sri Juwita Kusumawardhani, Founder Cinta Setara
 Dok pribadi

Ketika disinggung tentang apa yang seharusnya dilakukan perempuan bagi Wita, ia menjawab bahwa jadi perempuan punya tantangan sendiri. Perempuan selama ini memiliki tuntutan dan stigma dari lingkungan.

Kalau terlalu cantik, dianggap kosong (tak pandai). Kalau terlalu sukses dalam karier, nanti laki-laki bisa minder. Kalau jadi Ibu rumah tangga, nanti dikatain gak kerja. Ada saja pilihan dari perempuan yang bisa dengan mudah dihakimi oleh masyarakat. 

"Menurut saya, penting bagi perempuan untuk tahu apa yang dia mau dan fokus untuk hal tersebut. Meskipun mungkin tetap harus ya mempertimbangkan saran dari orang terdekat," sebut dia.

"Tentunya, ini orang yang memang terpercaya. Fokusnya adalah untuk peningkatan diri kita, bukan untuk menjatuhkan kita. Jadi, di luar itu jangan terlalu dipikirin omongan sumbang yang tidak ada gunanya dalam aktualisasi diri kita," tambah Wita.

Perempuan harus semangat untuk terus belajar. Bukan hanya secara akademis, tapi belajar terkait hubungan sehat dan pengasuhan. Hanya dengan ilmu, perempuan bisa mengembangkan diri sepenuhnya menjadi versi terbaik.

5. Bagi Wita, perempuan hebat itu justru perempuan yang bisa saling merangkul dan menguatkan satu sama lain

Titik Balik Sri Juwita Kusumawardhani, Founder Cinta Setara
 Dok. pribadi

Salah satu tokoh yang menginspirasi Wita adalah ibunya. Beliau adalah lulusan sarjana hukum, namun memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang serba bisa dan tetap memiliki prinsip yang tegas dalam hidup.

Beliau mendukung Wita untuk menyelesaikan studi setinggi mungkin. Meski tumbuh dari keluarga yang keras, tapi beliau adalah ibu yang hangat. Dari situlah, Wita belajar bahwa kita mungkin tak bisa memilih siapa orangtua kita, namun kita bisa memilih menjadi orangtua seperti apa.

"Perempuan itu hebat dengan cara masing-masing karena mereka memiliki battle yang berbeda. Perempuan hebat tidak akan menjatuhkan perempuan lainnya, baik dalam pilihan hidup, karier atau pun kisah cinta," paparnya.

"Jadi, tidak menyakiti sesama perempuan. Justru perempuan yang hebat itu perempuan yang bisa saling merangkul dan menguatkan satu sama lain," pungkas Wita.

Pengalaman hidup dan pengetahuan yang dimiliki Wita, membuatnya semakin tahan banting terhadap segala tantangan di depan. Ada beberapa tips dari Wita untuk millennials sekarang yang tengah berada dalam kekalutan.

Beberapa di antaranya adalah mencari dukungan sosial yang menguatkan. Sebab apabila kamu hadapi sendiri, itu akan sangat melelahkan. Hal ini mencakup dalam berbagai aspek kehidupan. Pada pekerjaan, keluarga, dan juga kapasitas diri. 

"Apabila lelah, berhenti sejenak. Jika merasa butuh bantuan, datanglah pada profesional. Sebab, orang yang kuat bukan orang yang tidak pernah jatuh, tapi orang yang memahami dirinya, mencari bantuan yang tepat, dan belajar untuk bangkit lagi," tambah Wita.

Itu tadi kisah hidup Psikolog dan Founder Cinta Setara, Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi, Psikolog. Semoga bisa menginspirasi kamu, ya!

Baca Juga: Kisah Entrepreneur Poppy Imlati Bantu UMKM Hadapi COVID-19

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya