Sudah Diperkosa, Wajib Menikah dengan Pelakunya Pula. Adilkah Ini Bagi Seorang Wanita?

Kenapa harus terjadi? Apa salahku?

Pernahkah kita melihat perlakuan yang tidak setara untuk laki-laki dan perempuan? Jikalau pernah, apakah yang membuat perlakuan kepada laki-laki dan perempuan itu berbeda?

Salah satu hal yang jelas sekali kentara adalah tindak pemerkosaan. Acap kali kita menemukan kasus pemerkosaan di sekitar kita. Tuntutan yang diberikan pada pelaku adalah menikahi wanita tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban. Namun pernahkah kita bertanya terhadap para wanita, cukup adilkah hukuman tersebut?

1. Pemerkosaan terjadi ketika ada pihak yang memaksakan syahwatnya kepada pihak lain.

Sudah Diperkosa, Wajib Menikah dengan Pelakunya Pula. Adilkah Ini Bagi Seorang Wanita? Sumber Gambar: http://www.cosmopolitan.co.id/
Sebagian besar, pemerkosaan terjadi pada perempuan. Pemerkosaan terjadi karena paksaan. Memaksakan berarti melakukan pelanggaran terhadap privasi seseorang yang tidak memberi persetujuan. Perihal manusia, hendaknya mempunyai hak yang sama baik itu lelaki dan perempuan. Hak yang dimaksud adalah mempergunakan bagian-bagian tubuhnya berdasarkan kehendaknya sendiri. Bukan digerakan oleh paksaan orang lain.
2. Apa perbedaan laki-laki dan wanita sebagai manusia? Keduanya sama-sama memiliki nurani, kemauan, dan kesadaran untuk bisa memilih. Kita bisa memilih kepada siapa akan menyerahkan “hati” yang akan diikat lewat prosesi pernikahan, misalnya. Sayangnya masih banyak ketimpangan yang kita temukan di sini.
Sudah Diperkosa, Wajib Menikah dengan Pelakunya Pula. Adilkah Ini Bagi Seorang Wanita? Sumber Gambar: http://www.dw.com/
dm-player
Laki-laki dan wanita hanya memiliki perbedaan dalam bentuk fisik dan organ dalam tubuh. Bahkan perbedaan juga dimiliki oleh sesama jenisnya. Tak ada satu pun orang yang ciri fisiknya sama persis dengan orang lainnya. Berdasarkan kesadaran tersebut, lalu kenapa ada pemaksaan hak dalam usaha pertanggungjawaban terhadap tindakan pemerkosaan?
3. Contohlah kasus yang menimpa Maizidah Salas. Ia diperkosa oleh kakak kelasnya sewaktu berada di usia sekolah. Lelaki yang memerkosanya kemudian dituntut bertanggungjawab dengan menikah Maizidah. Apakah ini adalah hal yang adil? tatkala haknya telah dilanggar, Maizidah malah dipaksa harus menghabiskan sisa hidupnya dengan orang yang tidak dicintainya.
Sudah Diperkosa, Wajib Menikah dengan Pelakunya Pula. Adilkah Ini Bagi Seorang Wanita? Sumber Gambar: http://suarahk.ableh.web.id/

Haknya untuk memilih pasangan direnggut. Siksaannya pun tak berhenti hanya sampai di situ. Setelah menikah, pemerkosa yang kemudian menjadi suaminya pun masih sering bertindak kasar. Kisah pilu itu diceritakannya di Malam Penghargaan Inspiratif salah satu majalah perempuan pada tanggal 5 Desember 2015. Namun, kehadirannya kala itu bukanlah untuk menyesali. Maizidah hadir pada malam itu untuk menerima penghargaan atas kebangkitannya dari keterpurukan.

4. Maizidah mengatasi kemalangannya dengan berkarya. Ia menjadi orang tua tunggal karena suaminya pergi tanpa pamit. Tuntutan untuk membesarkan anak seorang diri membawanya mencoba peruntungan ke Taiwan dengan menjadi TKI. Sayang, ia sempat hampir mengalami pemerkosaan kedua kali. Cobaan tak berhenti, ia kemudian ditangkap, dipenjara, dan dideportasi karena dicap sebagai TKI ilegal.

Sudah Diperkosa, Wajib Menikah dengan Pelakunya Pula. Adilkah Ini Bagi Seorang Wanita? Sumber Gambar: https://pbs.twimg.com/
Sesampainya di Indonesia, Maizidah mencoba untuk berkarya dan memberdayakan kawan-kawannya. Ia membentuk Kampung Buruh Migran yang berfungsi sebagai sarana untuk mendampingi korban trafficking yang korbannya 90 persen adalah perempuan. Kampung Buruh Migran adalah yang pertama dan dijadikan sebagai proyek percontohan.
Prestasi Maizidah tak berhenti sampai di situ. Ia mengejar ketertinggalannya dalam bidang pendidikan dengan menamatkan SMA dan S1 di Universitas Bung Karno. Bahkan ia sampai mendapatkan beasiswa S2 ke Jerman seperti yang dilansir Kompas.com di rubrik Megapolitan. Maka pantaslah dia mendapatkan anugerah penghargaan sebagai perempuan inspiratif dalam kategori sosial budaya.
Teman-teman, pernahkah kita merasa berada di titik nadir dalam hidup? Apakah penderitaan kita sebanding dengan Maizidah, yang sebagai perempuan bahkan memiliki pencapaian luar biasa? Maizidah membuktikan bahwa lelaki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama, bahkan bisa mencapai cita-cita mulia bila dirinya mau berusaha.

Topik:

Berita Terkini Lainnya