Lari di Kutub Utara, Pria Ini Bawa Misi yang Mulia

Salut banget!

Apa hal yang paling menantang di hidupmu yang pernah kamu lakuin? Setiap orang mungkin punya jawabannya masing-masing. Termasuk Fedi Fianto. Ia merupakan pelari asal Indonesia pertama yang berpartisipasi dalam FWD North Pole Marathon® 2018. Yap, kamu gak salah denger kok. Lomba marathon ini diadakan di Kutub Utara dan memang dikenal sebagai World’s Coolest Marathon®.

Fedi sendiri tergabung dalam tim #FWDTeamAsia yang terdiri dari 11 pelari dari berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia. Nah, kali ini IDN Times berkesempatan ngobrol sama Fedi Fianto yang telah menyelesaikan lomba ekstrim tersebut di tanggal 16 April 2018 kemarin. Ia berbagi cerita tentang persiapan serta misi yang ia bawa dalam lomba tersebut. Yuk, disimak!

1. Apa saja sih yang Fedi persiapkan sebelum mengikuti maraton di Kutub Utara?

Lari di Kutub Utara, Pria Ini Bawa Misi yang MuliaIDN Times/FWD

Dalam persiapan mengikuti FWD North Pole Marathon® 2018, aku melakukan berbagai program latihan dengan latihan maraton sebagai fokus utama. Aku juga memiliki strategi khusus dengan memperbanyak latihan strength untuk menghadapi medan bersalju karena dibutuhkan kekuatan kaki yang lebih untuk berlari di medan tersebut.

Selain itu, melalui FWD Life, aku juga dikenalkan oleh dr. Andi seorang dokter spesialis olahraga yang melakukan medical assessment dan memberikan rekomendasi latihan dan cara menjaga kesehatan untuk persiapan FWD North Pole Marathon® 2018.

Tidak lupa, aku juga berterima kasih kepada FWD Life yang telah mendukungku selama persiapan dalam mengikuti FWD North Pole Marathon® 2018. Dengan adanya dukungan produk asuransi dari pihak FWD Life yakni FWD LooP, aku dapat fokus untuk menyelesaikan maraton ini tanpa adanya rasa khawatir akan keselamatan diri.

2. Saat kamu mengikuti lombanya, apa yang menjadi tantangan terbesar dan bagaimana kamu mengatasinya?

Lari di Kutub Utara, Pria Ini Bawa Misi yang MuliaIDN Times/FWD

Tantangan terbesarnya tentu berlari di salju yang tebal. Ternyata, salju di Kutub Utara berbeda dengan yang pernah aku rasakan di Himalaya, New Zealand, atau bahkan ketika aku berlatih di Svalbard.

Tekstur saljunya lembut sehingga ketika diinjak seakan seperti menghisap kakiku. Kontur aslinya juga gak ketahuan, sehingga jadi lebih capek saat lari. Di sana aku juga gak nemu cara mengatasi hal tersebut. Padahal di loop awal aku berhasil berada di 10 besar dengan target finish 5-6 jam. Tapi sayang gak bisa aku pertahankan karena kaki mulai keram di kilometer 21.

3. Perlengkapan apa yang Fedi kenakan untuk membantu selama berlari di North Pole Marathon?

dm-player
Lari di Kutub Utara, Pria Ini Bawa Misi yang MuliaIDN Times/FWD

Perlengkapan yang saya pilih sebenarnya sudah pas. Sebelumnya aku sudah mempersiapkan extra layer yang dapat dipakai jika suhu turun hingga -40 derajat celsius. Namun saat race ternyata suhu hanya sekitar -33 derajat celsius. Semenjak sampai Svalbard pun badanku dapat dengan cepat beradaptasi dengan suhu di sana. Semetara aku melihat anggota tim lain agak kesulitan beradaptasi, terutama yang dari Asia Tenggara.

Sehingga saat race, aku hanya mengenakan tiga layer tipis serta goggle, itu pun hanya berfungsi di 500 meter pertama, karena setelahnya kaca goggle tertutup oleh lapisan es. Selain itu, aku juga membekali diriku dengan produk asuransi FWD LooP. Lewat produk asuransi jiwa ini, aku jadi dapat manfaat perlindungan yang lengkap, mulai dari masalah kesehatan, penyakit kritis, hingga perlindungan untuk risiko olahraga ekstrim.

4. Bisa diceritakan gak perasaan kamu saat mencapati garis finish?

Lari di Kutub Utara, Pria Ini Bawa Misi yang MuliaIDN Times/FWD

Menurut catatan waktu yang dirilis oleh panitia, aku berhasil mencapai finish dalam waktu 7 jam 48 menit. Aku sendiri sangat senang dan bangga dengan hasil tersebut bukan karena bisa lari dengan cepat, tapi karena aku hanya berhenti sebanyak tiga kali di water station.

Dari jarak 42 km yang terdiri dari 10 loop itu, sebagian besar peserta selalu mampir ke water station tiap loop-nya. Umumnya karena mereka kedingin dan harus ganti gear. Karena aku gak terlalu merasa kedinginan, aku hanya mampir ketika lapar saja. Menghemat waktu dengan mampir ke water station hanya tiga kali mungkin jadi alasan kenapa catatan waktuku terbilang cukup cepat.

5. Terakhir, apa motivasi kamu dalam mengikuti FWD North Pole Marathon®?

Lari di Kutub Utara, Pria Ini Bawa Misi yang MuliaIDN Times/FWD

Buat aku sendiri, mengikuti lomba lari sebenarnya adalah untuk mengalahkan diri sendiri dan menjadi lebih baik. Sementara itu, banyak rekan kita yang bahkan untuk berolahraga saja sudah sangat sulit.

Tapi saat lomba kemarin, aku menyaksikan sendiri ada juga penyandang disabilitas yang ikut lomba menggunakan kaki palsu. Mereka dapat menyelesaikan race dengan baik dan mampu finish strong. Dari situ aku sadar bahwa semua orang bisa melakukan apa saja asal mereka mau berlatih.

Atas dasar momentum tersebut, aku bersama FWD Life berkolaborasi dengan kitabisa.com untuk membuat sebuah program donasi Run for Charity. Target donasinya sendiri sebesar Rp42 juta, sesuai dengan jarak tempuh yang aku lalui di FWD North Pole Marathon® 2018. Nantinya, uang yang terkumpul akan didonasikan kepada Special Olympics Indonesia, sebuah organisasi yang menjadi tempat pelatihan dan kompetisi olahraga bagi penyandang tunagrahita.

Program donasi ini sudah dimulai sejak 28 Maret 2018 hingga 31 Mei 2018 nanti dan bisa diakses di kitabisa.com/specialolympics. Aku berharap dengan adanya program donasi ini, kita bisa ikut bantu mendukung rekan-rekan atlet penyandang disabilitas yang akan bertanding di PORNAS VIII SOIna Riau 2018 di bulan Juli nanti.

Topik:

Berita Terkini Lainnya