Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabel

Teman difabel itu sama spesialnya seperti yang lain

Sejatinya menjadi berdaya adalah hak setiap individu. Namun, kadang ada banyak batasan yang akhirnya membuat langkah terhenti. Batasan bukan melulu dari dalam diri, tapi sering kali juga datang dari pandangan orang sekitar.

Begitulah yang dirasakan oleh Elmi Sumarni Ismau. Pemuda difabel asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini melihat masyarakat masih memandang buruk teman-teman penyandang disabilitas. Akibatnya, tidak sedikit teman difabel yang merasa tidak percaya diri dan berdaya. Elmi yang mengalami kecelakaan dan harus kehilangan kakinya pada 2010 ini pun tidak ingin stigma negatif tersebut terus menjamur di masyarakat.

Ia pun bergerak menggagas organisasi Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi atau disebut Garamin. Bersama anggota lainnya, Elmi berjuang memberikan wadah bagi teman difabel untuk memberdayakan diri serta menjalin hubungan baik pada masyarakat.

Gerakannya ini pun disambut positif oleh pemerintah dan masyarakat di Kupang. Kontribusinya juga mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia 2021 dari Astra Indonesia. Pada 18 Desember 2021 lalu, saya berkesempatan mendengarkan cerita Elmi membangun Garamin dan menjalankan misi-misinya. Mari simak kisahnya berikut ini.

1. Bergerak menciptakan ruang untuk pemenuhan hak-hak kaum difabel

Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabelkegiatan Garamin memberdayakan teman-teman difabel (dok. GARAMIN)

Dibentuk pada 14 Februari 2020, Garamin sejak awal berupaya untuk menanamkan pola pikir yang positif terkait kaum difabel di kalangan masyarakat. Mereka juga sangat bersemangat membantu teman-teman difabel agar lebih percaya diri untuk berkarya dan beraktivitas sehingga menjadi manusia yang berdaya.

Sebenarnya Elmi sendiri sudah punya impian membuat sebuah ruang khusus bagi teman-teman difabel. Ia menuliskan mimpinya itu ketika mengikuti Youth Exchange Forum 2019.

“Impian ini saya ceritakan ke teman-teman, saya ingin bikin organisasi ini tapi di Sumba. Karena saya melihat teman-teman difabel di Sumba itu banyak sekali, tapi sampai sekarang hak-hak mereka belum terpenuhi,” ujarnya.

Ternyata teman-temannya pun memiliki impian serupa. Bersama 5 orang kawannya, Elmi pun mendirikan Garamin. Hingga kini, Garamin telah memiliki 25 anggota yang sama-sama bersemangat mewadahi kaum difabel.

2. Ingin mengubah pandangan masyarakat tentang penyandang disabilitas

Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabelkegiatan Garamin memberdayakan teman-teman difabel (dok. GARAMIN)

Satu hal yang menjadi modal semangat Garamin dalam setiap aktivitasnya adalah ingin mengubah pandangan masyarakat tentang kaum difabel. Sebagaimana diceritakan Elmi, masyarakat dan pemerintah masih melihat kaum difabel dengan rasa iba, kasihan, dan menganggap mereka tidak berdaya.

“Mereka melihat disabilitas itu orang yang meminta-minta. Yang mau kita ubah bahwa ini adalah difabel berdaya, difabel bisa melakukan berbagai macam hal seperti orang-orang non difabel yang lain,” jelas Elmi.

Agar dapat mewujudkan visinya tersebut, Garamin pun melakukan beragam kegiatan dan pendekatan yang ramah kepada masyarakat serta pemerintah. Menurut Elmi, kuncinya adalah memberikan pemahaman terkait disabilitas dan menunjukkan bahwa penyandang disabilitas itu juga mampu berdaya.

Salah satu hal yang dilakukan Elmi adalah ikut melakukan riset terkait isu disabilitas sebagaimana yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Menurutnya, ia tertarik melakukan penelitian karena ingin tahu lebih banyak dan membuktikan bahwa orang difabel juga bisa melakukannya.

Selain itu, Garamin sendiri baru-baru ini menggelar kegiatan kelas jurnalisme warga yang bekerja sama dengan IOM. Garamin ingin meningkatkan keterampilan teman-teman difabel dalam hal menulis. Nantinya artikel terbaik mereka akan diterbitkan di website Garamin.

Tujuannya agar teman-teman difabel dapat menuliskan aktivitas mereka sehingga akan banyak orang yang membaca kisahnya dan menginspirasi orang lain.

3. Aktif bersosialisasi hingga menjalin pertemanan dengan pemerintah

Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabelkegiatan Garamin memberdayakan teman-teman difabel (dok. GARAMIN)

Mengubah pandangan terhadap teman difabel tidak cukup hanya membuat kegiatan. Elmi dan Garamin pun aktif bersosialisasi dan menjalin hubungan baik dengan komunitas hingga pemerintah.

“Selama ini kalau kami pergi ke pemerintahan, kami selalu dikira mau kasih proposal dan mau minta uang. Padahal kami mau silaturahmi,” kata Elmi.

Elmi bercerita, ketika ia dan Garamin datang ke pemerintah setempat pada Natal tahun lalu (2020), mereka bermaksud untuk menjalin silaturahmi. Mereka ingin berteman dengan pemerintah sehingga ke depannya bisa berkolaborasi dan menjalin kerja sama.

“Nah, dari situ kami mulai menjual ide-ide kami, dan kami mengajak pemerintah untuk berkolaborasi. Mengubah mindset seperti itu dengan cara menjadi teman pemerintahan,” kata Elmi.

dm-player

Garamin pun gencar memublikasikan setiap kegiatan melalui media sosial dan media massa. Sebab, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elmi di sebuah desa, masyarakatnya menganggap bahwa kaum difabel tidak bisa melakukan apa-apa. Sedih rasanya karena yang mereka lihat hanya kekurangan dari kaum difabel, bukan kelebihannya.

Oleh karena itu, Garamin mengampanyekan pemberdayaan penyandang disabilitas melalui seni, berbagi cerita, hingga sosialisasi kepada masyarakat. Garamin juga bekerja sama dengan wartawan media massa untuk meliput kegiatan mereka, sebab mereka percaya media memiliki peran yang sangat kuat dalam menanamkan opini.

“Semakin banyak bangun networking dengan media dan advokasi itu akan sampai ke orang-orang yang belum tahu tentang isu disabilitas,” begitu Elmi menegaskannya.

Baca Juga: Dari Korban Jadi Relawan, Mariana Yunita Beri Edukasi Seks pada Anak 

4. Tanggap bergerak ketika COVID-19 melanda

Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabelkegiatan Garamin memberdayakan teman-teman difabel (dok. GARAMIN)

Pandemik COVID-19 yang tiba-tiba melanda dunia pun memberikan dampak bagi kehidupan teman-teman difabel. Tentu masih menempel dalam benak bagaimana kehadiran COVID-19 mengubah keseharian kita. Dari yang mulanya bebas beraktivitas secara tatap muka, kini kita harus melakukannya semua dari rumah. Tak sedikit yang pada akhirnya harus putus sekolah dan berhenti kerja.

Di masa awal pandemik, ada banyak sekali gerakan bantuan seperti BLT dan BST yang menyasar kepada keluarga-keluarga tidak mampu yang terdampak pandemik. Cakupannya mungkin besar, namun ternyata belum banyak teman-teman difabel yang turut menerimanya. Hal ini menjadi pertimbangan Garamin untuk bergerak memberikan bantuan serta membuka diskusi dengan komunitas dan pemerintah terkait bantuan untuk kaum difabel.

“Kami buat grup WA tanggap COVID NTT inklusi. Di dalamnya ada pemerintah, difabel, LSM, individu. Mereka bergabung sebanyak 170 orang. Di sana kami berdiskusi terkait ide-ide dan kebutuhan atau masalah mereka saat pandemik,” kisah Elmi.

Garamin juga menggelar webinar terkait bantuan untuk teman difabel pada pandemik COVID-19. Mereka turut mengundang pemerintah, stafsus disabilitas, dan penyandang disabilitas untuk saling berdiskusi sehingga teman difabel bisa mendapatkan bantuan.

5. Garamin pun terdepan dalam program vaksinasi bagi penyandang disabilitas

Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabelkegiatan Garamin memberdayakan teman-teman difabel (dok. GARAMIN)

Tak cukup menggelar diskusi. Pemerintah yang sejak akhir tahun 2020 mulai menggencarkan program vaksinasi, Garamin turut maju memperjuangkan pemberian vaksin bagi teman difabel. Elmi yang kala itu menjadi koordinatornya mengungkapkan bahwa teman-teman difabel sempat kebingungan mencari tempat vaksin, padahal ke mana-mana sekarang wajib menunjukkan sertifikat vaksin.

“Saya dan teman-teman membantu mengirimkan surat permohonan vaksin ke Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi. Saya kerja sama dengan KKP dan pemerintah untuk dibantu proses vaksinasi kepada teman-teman difabel,” kata Elmi.

Namun, tidak mudah juga untuk mendorong teman difabel ikut vaksin karena banyak yang takut jarum suntik dan ada yang komorbid. Makanya, Elmi pun memberikan edukasi terlebih dulu kepada mereka mengenai program vaksin ini.

6. Impian Elmi menciptakan desa inklusif yang ramah difabel

Semangat Garamin Ubah Mindset tentang Penyandang Difabelkegiatan Garamin memberdayakan teman-teman difabel (dok. GARAMIN)

Meski terhitung “masih bayi”, sebagai organisasi berusia hampir 2 tahun ini Garamin telah menciptakan gerakan yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Perjalanan masih panjang dan hal itu membuat Garamin menuliskan lebih banyak mimpi untuk masa depan.

Salah satunya adalah membuat desa inklusif. Saat ini Garamin sudah memiliki desa dampingan untuk menciptakan inklusivitas. Nantinya, Elmi berharap Garamin bisa memperluas pendampingannya hingga ke 64 desa lainnya di Kabupaten Kupang.

Selain itu, setelah menjalin hubungan baik dengan pemerintah, Elmi mengungkapkan harapannya agar kita dapat mengimplementasikan kebijakan terkait disabilitas. Menurutnya, perjuangan inklusi disabilitas ini adalah tugas bersama dan perjuangan yang panjang. Di NTT sudah 10 tahun pergerakan untuk isu disabilitas, namun stigma buruk tentang disabilitas itu masih terjadi sampai sekarang.

“Kita semua atau anak muda bisa mendorong masyarakat sekitar untuk support disabilitas agar lebih percaya diri dan memberikan kesempatan yang sama dan bisa mengasah kelebihan diri,” tegas Elmi.

Satu hal yang terus menjadi penggerak semangat Elmi menjalankan misinya bersama Garamin tak lain adalah karena teman difabel itu tidak berbeda dengan yang lain.

“Saya merasa bahwa saya ini spesial di mata diri sendiri dan Tuhan. Apalagi keluarga juga support, organisassi dan orang di sekitar mendukung. Saya makin merasa bahwa saya tidak berbeda dengan yang lain,” katanya.

Motivasi ini dapat kita teladani untuk tidak berhenti memperjuangkan hak dan menunjukkan kepercayaan diri mengenai apa yang kita punya. Tersenyumlah Indonesia karena kita semua memiliki potensi yang berbeda-beda dan itulah yang membuat kita bisa semakin maju. Mewujudkan kita satu Indonesia pun tidak akan mustahil jika kita terus bergandeng tangan menuju tujuan bersama.

Baca Juga: Buah Manis Gede Andika Bangun Les Bahasa Berupah Sampah Plastik

Gendhis Arimbi Photo Verified Writer Gendhis Arimbi

Storyteller

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya