Mengenal Lebih Dekat tentang Kesehatan Mental, Dapat Diobservasi Lho!

Ini dapat dilihat dari pikiran, perasaan, dan perilaku

10 Oktober telah diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia sejak tahun 1992 silam. Tujuan awal tercetusnya hari ini adalah untuk mengampanyekan kesehatan mental dan mendidik masyarakat tentang isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.

Bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini (10/10), Storial.co melakukan diskusi tentang buku fiksi berjudul 'Penyap' karya Sayyidatul Imamah di Kinokuniya Bookstore, Plaza Senayan (10/10). Sebagai pembicara, hadir pula dr. Andreas Kurniawan, psikiater dan Naajmi Wicaksono, bipolar & BPD survivor.

Mereka berbagi pengalaman dan pengetahuannya tentang kesehatan mental. Mau tahu seperti apa? Berikut kisah mereka untuk kamu yang ingin mengenal lebih dekat dengan kesehatan mental.

1. Orang yang menderita kesehatan mental, bisa dilihat dari tiga hal. Ketiganya adalah pikiran, perasaan, dan perilaku

Mengenal Lebih Dekat tentang Kesehatan Mental, Dapat Diobservasi Lho!iDN Times/Geralda Talitha

Dalam ilmu psikologi, kesehatan mental seseorang bisa dilihat dari tiga hal. Ketiganya adalah pikiran, perasaan, dan perilaku. "Seandainya kita ada kondisi pada hidup yang melibatkan masalah pada pikiran, perasaan, dan perilaku, lantas menimbulkan penderitaan atau disfungsi, itu merupakan suatu hal yang perlu dikonsultasikan," papar dr. Andreas.

Kondisi mental tidak memiliki bentuk yang bisa dilihat, namun bisa diobservasi. Dr. Andreas juga menjelaskan bahwa orang-orang yang menderita depresi, secara otak berbeda dengan mereka yang tidak pernah merasakan depresi sepanjang hidupnya.

2. Kondisi gangguan mental bisa muncul secara berkala & tak kenal usia. Berani mengungkapkan adalah langkah awal mengatasinya

Mengenal Lebih Dekat tentang Kesehatan Mental, Dapat Diobservasi Lho!IDN Times/Geralda Talitha

Beberapa dari antara kita, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah bipolar. Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan mental yang drastis. Naajmi Wicaksono pun telah menyadari hal tersebut pada mulanya. Lantas selama enam tahun, ia menderita gangguan mental itu.

Awal mulanya, ia tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan gangguan itu. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan psikiater tentang perubahan emosi yang dialaminya. Pada ujungnya, ia didiagnosis memiliki bipolar. Ia juga menceritakan bahwa dirinya mengidap gangguan ini di usia dewasa meski tak ada riwayat keturunan bipolar.

Dr. Andreas turut menambahkan bahwa penderita bipolar yang berada di tahap penyembuhan, belum tentu menjadi jaminan jika gangguan tersebut akan benar-benar hilang. Sewaktu-waktu, gangguan tersebut bisa saja muncul secara berkala. Tidak lagi mengonsumsi obat pun bukan jaminan gangguan mental telah hilang sepenuhnya.

Ia menyarankan konsultasi pada psikiater ketika gangguan tersebut muncul lagi. "Bipolar rentan diderita pada anak di usia muda, mulai dari SMA sampai akhir 20 tahunan. Sebenarnya, remaja ada di kondisi dengan depresi yang cukup tinggi dibandingkan populasi umum. Pada lansia, rentan terkena depresi yang lebih tinggi," papar dia.

3. Ada beberapa faktor yang membuat gangguan mental menyerang orang dewasa dan semuanya melalui tahap tertentu

Mengenal Lebih Dekat tentang Kesehatan Mental, Dapat Diobservasi Lho!IDN Times/Geralda Talitha
dm-player

Gangguan mental menyerang orang dewasa karena berbagai faktor. Penderitanya pun tidak secara langsung mengidap gangguan ini. Ada proses atau tahapan yang dilalui olehnya. Awalnya terlihat seperti orang normal pada umumnya, karena berbagai faktor, ia bisa menderita gangguan ini. 

Dr. Andreas menjelaskan bahwa gangguan jiwa adalah penyakit yang menyerang otak dan sejauh mana kerusakannya. Kerusakan otak yang diderita oleh pengidap bipolar, tidak selalu terlihat layaknya orang yang menderita stroke.

Jika ingin tahu apakah dirimu atau orang terdekat menderita gangguan jiwa, kamu bisa melihatnya dari pikiran, perasaan, dan perilaku. Tiga hal tersebut bisa menimbulkan penderitaan dan disfungsi bagi orang-orang yang menderita gangguan mental 

Baca Juga: 5 Manfaat Dahsyat Pilates bagi Kesehatan Mental, Patut Dicoba!

4. Menyalurkan ekspresi bisa menjadi salah satu cara bagi penderita gangguan mental untuk menuangkan perasaannya

Mengenal Lebih Dekat tentang Kesehatan Mental, Dapat Diobservasi Lho!IDN Times/Geralda Talitha

Penderita gangguan mental perlu mengekspresikan apa yang dirasakan di dalam batinnya. Ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan agar mereka tidak merasa depresi. Salah satunya adalah terapi. "Orang yang menderita bipolar bisa menggunakan media menggambar untuk menuangkan perasaannya," jelas dr. Andre.

Dari aktivitas menggambar, terapis bisa menilai segi warna dan tema yang dipilih oleh penderita gangguan mental. Ini karena kedua hal tersebut bisa menceritakan tentang perasaan yang dimiliki oleh penderita gangguan ini. Tidak hanya menggambar, media lain yang bisa digunakan untuk mengurangi stres adalah menulis cerita atau lagu.

5. Mendengarkan menjadi salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk memahami kondisi penderita gangguan mental

Mengenal Lebih Dekat tentang Kesehatan Mental, Dapat Diobservasi Lho!IDN Times/Geralda Talitha

Seseorang yang menderita gangguan mental, sering merasakan depresi yang teramat berat. Mereka merasa bahwa orang-orang di sekitarnya tidak akan mengerti tentang kondisi yang dialami. Oleh karena itu, ada beberapa orang yang sulit menceritakan apa yang sebenarnya dirasakan. 

Dr. Andreas menyarankan orang-orang di sekeliling penderita untuk mendengarkan dan tidak memberikan penilaian yang buruk tentang dirinya. "Sebenarnya penderita gangguan mental perlu diberi ruang untuk mencurahkan yang dirasakan. Kita hanya bisa berposisi sebagai pendengar," ujarnya.

Naajmi pun menceritakan pengalamannya saat menghadapi penderita gangguan mental. Ia pernah mendapatkan pesan dari seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya lewat media sosial. "Saya temani dia di direct message dan mengobrol apa saja. Saya ingin pikirannya teralihkan," kisahnya.

Jika kita dalam kondisi tidak bisa memberi saran atau nasihat, jangan memaksakan diri untuk mengerti yang dirasakan penderita gangguan mental. Naajmi lebih menyarankan untuk mendatangi psikiater agar bisa membantu menyelesaikan masalah.

Baca Juga: 5 Cara Orangtua untuk Menjaga Kesehatan Mental Anak

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya