6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamu

Kesantunan berbahasa berdasarkan rambu-rambu di masyarakat

Kesantunan berbahasa merupakan modal utama dalam menjalin interaksi yang sehat. Tanpa kesantunan, orang tidak akan menghargai satu sama lain. Berbahasa santun juga dapat menjaga harkat dan martabat pembicara, sebagaimana pepatah Jawa ajining diri saka lathi yang berarti kehormatan diri didapat dari ucapan atau perkataan.

Masyarakat punya rambu-rambu yang dapat dijadikan kriteria kesantunan berbahasa. Rambu-rambu tersebut dapat menjadi sebab diterima atau tidaknya seseorang di lingkungan masyarakat. Apa saja kriteria kesantunan berbahasa berdasarkan rambu-rambu masyarakat? Yuk, simak 6 indikator kesantunan berbahasa di bawah ini.

1. Berbahasa santun artinya berbicara secara wajar tanpa dibuat-dibuat

6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamuilustrasi berbicara secara wajar (unsplash.com/brookecagle)

Kriteria kesantunan berbahasa yang pertama ialah kewajaran dalam berbicara. Wajar dalam artian tidak dibuat-buat atau dilebih-lebihkan. Berlebihan dalam bertutur kata dapat menyebabkan lawan bicara merasa digurui, didikte, bahkan berpotensi menyinggung perasaan. Singkatnya, kesantunan menghendaki interaksi berjalan secara luwes dan pas.

Untuk mencapai kesantunan berbahasa, gunakan gaya bahasa yang sederhana dan diksi yang baik. Kesederhanaan dalam bertutur kata membuat lawan bicara merasa dihargai dan dipahami maksud pikirannya. Jangan lupa, gunakan ragam bahasa sesuai situasi, ya!

2. Mengungkapkan pokok masalah tanpa mencampuradukkan dengan kepentingan lain

6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamuilustrasi mengedapankan pokok masalah (unsplash.com/cherrydeck)

Mencampuradukkan masalah lain di luar pokok pembahasan menimbulkan kesan tidak santun, lho! Tindakan tersebut bisa menyebabkan persoalan yang didiskusikan menjadi kabur. Istilahnya sih meleber ke mana-mana. Jadi, jika kamu masih memiliki pola komunikasi seperti itu, segera ubah ya?

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah cara mengungkapkan pokok masalah. Agar tak terhambat, pastikan fokus pada satu topik tertentu. Tips jitu supaya pembahasan tak monoton ialah dengan memberi contoh atau ilustrasi, dapat pula membandingkan ide satu dengan ide lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, kamu dianggap memenuhi kriteria kesantunan berbahasa.

Baca Juga: 5 Kerugian Tidak Memiliki Sopan Santun kepada Orang Lain

3. Dengan berprasangka baik, lawan bicara akan menaruh respek padamu

6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamuilustrasi berprasangka baik kepada lawan bicara (unsplash.com/brookecagle)

Kesantunan berbahasa tak akan tercapai jika satu hal ini dilewatkan. Dengan berprasangka baik, lawan bicara akan menaruh respek padamu. Hal ini harus berlaku pada semua pihak yang melakukan interaksi, ya! Jika ada yang berprasangka buruk kepadamu, kamu pasti merasa tak nyaman, kan? Ketidaknyamanan dalam berkomunikasi dapat menjadi indikasi tidak adanya kesantunan berbahasa.

dm-player

Untuk menampilkan kesan baik, pastikan senyuman selalu menghiasi wajah kamu, ya! Dengan demikian, lawan bicara akan merasakan energi positif dan betah di dekat kamu. Hindari gestur berkacak pinggang dan menyilangkan tangan di depan dada. Hal ini bisa menyebabkan kamu kehilangan aura santun.

4. Berbicara secara terbuka akan menampilkan kesan baik dan santun

6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamuilustrasi berbicara terbuka (unsplash.com/brookecagle)

Berbicara secara terbuka menjadi salah satu indikasi interaksi yang sehat. Namun, tetap perhatikan etika, ya! Jika kebablasan, lawan bicaramu bisa ngambek. Keterbukaan penting pula dalam menyampaikan kritik. Agar terkesan santun, sampaikanlah kritik secara umum, jangan menyerang individu tertentu secara khusus. Dengan demikian, kesantunan tidak harus menghindari kritik.

Bersikap terbuka tak hanya berlaku pada pembicara, tetapi juga pendengar. Pendengar yang baik akan menyimak pembicaraan secara seksama dan mampu menerima kritik secara lapang dada. Ketika hal ini diterapkan, komunikasi akan berjalan proporsional.

5. Menggunakan bahasa yang lugas memudahkan lawan bicara memahami pikiran kamu

6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamuilustrasi berbicara secara lugas (unsplash.com/wocintechchat)

Siapa yang masih suka bertele-tele ketika berbicara? Mulai sekarang, kamu harus mengurangi kebiasaan buruk ini. Pasalnya, bicara bertele-tele dapat membuat lawan bicara bosan karena banyak informasi yang tidak diperlukan dalam tuturanmu. Akibatnya, kamu justru terkesan tidak santun. Basa-basi sebetulnya sah-sah saja dilakukan, asal dengan porsi yang pas.

Kesantunan berbahasa mensyaratkan bentuk bahasa yang lugas. Tujuannya, agar maksud yang hendak disampaikan dapat dipahami lawan bicara. Tentu, hal ini juga memberi kemudahan pada pendengar karena lebih mudah menangkap pokok pembahasan. Di samping itu, terdapat bentuk verbal yang menyiratkan kesantunan, yakni kata "tolong", "maaf", dan "terima kasih".

6. Kemampuan memahami situasi juga bagian dari kriteria kesantunan berbahasa

6 Kriteria Kesantunan Berbahasa, Pastikan Ada di Kamuilustrasi situasi bercanda (unsplash.com/heftiba)

Kemampuan memahami situasi menjadikan seseorang luwes dalam memilih ragam bahasa yang tepat. Dalam situasi formal, menggunakan ragam bahasa gaul akan terkesan tidak santun. Sebaliknya, menggunakan bahasa formal dalam lingkup pergaulan akan terkesan kaku dan canggung. Oleh karena itu, pastikan kamu memiliki kemampuan satu ini, ya?

Masalah sering timbul karena ketidakmampuan seseorang memahami situasi. Seringkali orang tidak dapat membedakan situasi bercanda dengan serius. Akibatnya, komunikasi jadi macet. 

Nah, itu dia 6 kriteria kesantunan berbahasa. Kalau semua kriteria di atas ada padamu, selamat kamu orang yang santun! Kalau belum, jangan sedih, kamu masih bisa belajar, kok!

Baca Juga: 5 Budaya Sopan Santun yang Mulai Diabaikan, Enggan Ucap Salam

Himatul Aliyah Photo Verified Writer Himatul Aliyah

Anak mbarep yang lahir otodidak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya