3 Hal yang Paling Sering Jadi Bahan Overthinking Anak Pertama

Ungkapan bahwa anak pertama adalah sosok yang kuat sepertinya bukan isapan jempol biasa. Sejak kecil, mereka sudah dituntut menjadi sosok yang sempurna dan mampu jadi panutan bagi adik-adik mereka. Gak heran, hingga beranjak dewasa, kebanyakan anak pertama akan terus mengemban tuntutan tersebut. Mereka bahkan mempersiapkan diri untuk menerima konsekuensi sebagai tulang punggung keluarga.
Meskipun terlihat selalu tegar di hadapan adik-adiknya, anak pertama juga tentunya bisa rapuh. Ada beberapa hal yang selalu melekat dalam pikiran mereka hingga menjadi bahan overthinking. Hal tersebut mampu menjadi motivasi, tetapi juga bisa menjadi penyebab rapuhnya mental mereka, lho. Apa saja hal yang paling sering jadi bahan overthinking anak pertama? Ini dia ulasannya.
1. Karier dan masa depan
Seorang anak pertama punya anggapan bahwa mereka harus menjadi sosok yang bisa diandalkan. Karena itu, sejak kecil, seorang anak pertama biasanya akan mengantungkan mimpi-mimpi besar. Memasuki usia remaja pun mereka mulai merancang masa depan sedemikian rupa agar nantinya bisa mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Ini bukan hanya untuk dirinya saja, tetapi juga untuk keluarga.
Setiap anak tentu ingin bisa membantu kondisi finansial keluarga, begitu pun dengan anak pertama, apalagi jika anak pertama tersebut berasal dari keluarga menengah ke bawah. Tentunya, ia secara sukarela akan bekerja keras demi dapat membantu kebutuhan keluarga. Karena itulah, jika mereka merasa karier dan masa depannya masih belum jelas, anak pertama akan mulai khawatir dan sering overthinking.
Baca Juga: 5 Manfaat Berhenti Overthinking sebelum Tidur, Sambut Hari Esok
2. Kesehatan dan usia orangtua
Editor’s picks
Semakin dewasa, seorang anak pertama akan semakin menaruh perhatian yang lebih kepada kedua orangtua. Ketika usianya bertambah, yang ia pikirkan adalah bertambahnya juga usia kedua orangtuanya. Ada rasa takut yang menyelimuti pikiran anak pertama. Anak pertama takut kehilangan kedua orangtuanya sebelum siap secara mental dan finansial untuk menjadi pengganti mereka untuk adik-adiknya.
Karena itu, kebanyakan anak pertama akan terus berusaha untuk menyokong kesehatan orangtua. Mereka juga sering terlihat cerewet soal jenis asupan pangan yang dikonsumsi orangtuanya. Meskipun terkesan menyebalkan, hal ini adalah bentuk rasa cinta anak pertama pada orangtuanya.
3. Kebahagiaan keluarga
Tidak sedikit seseorang yang mendefinisikan kebahagiaan saat mereka dewasa dengan menikah dan menempuh kehidupan baru bersama orang yang mereka cintai. Namun, hal tersebut gak berlaku untuk semua orang. Anak pertama justru cenderung mendefinisikan kebahagiaan saat mereka melihat kedua orangtua dan adik-adik mereka hidup tanpa rasa khawatir, terutama khawatir akan kestabilan finansial.
Ada banyak anak pertama yang memilih menunda pernikahan demi mewujudkan kebahagiaan keluarganya. Karena itulah, kebanyakan anak pertama akan terkesan pemilih dalam memutuskan orang yang mereka cintai. Mereka membutuhkan sosok yang mau mengerti dan mendukung keputusan yang ia buat demi keluarga.
Setidaknya, itulah tiga hal yang paling sering jadi bahan overthinking anak pertama. Gak selamanya bahan overthinking tersebut memberikan dampak negatif, justru dapat menjadi bahan bakar terampuh bagi anak pertama untuk terus melanjutkan perjuangan mereka. Gimana, nih? Anak pertama relate?
Baca Juga: 5 Kegalauan yang Sering Dialami Pejuang LDR, Pernah Merasakan?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.