Agus Noor: Sastra yang Baik Mampu Membongkar Cara Pandang Dunia

#IWF2020

Agus Noor adalah sastrawan kebangsaan Indonesia yang telah berkarya sejak tahun 1990. Ia mempunyai sepak terjang tinggi dalam dunia sastra sebagai cerpenis, novelis, penulis prosa, hingga penulis naskah teater.

Dalam Indonesia Writers Festival 2020 pada Sabtu, (26/9/2020), Agus membagikan pandangan sekaligus tips dan triknya dalam dunia sastra. Berikut pemaparannya!

1. Tumbuh pada era Orde Baru, Agus Noor merasa menulis adalah caranya menyelamatkan diri dari kegilaan

Agus Noor: Sastra yang Baik Mampu Membongkar Cara Pandang Duniayoutube.com/IDN Times

"Menulis bagi saya adalah cara menyelamatkan diri dari kegilaan dan rasa tidak bahagia," ungkap Agus Noor dalam momen virtual conference tersebut.

Pria asal Tegal ini, lahir pada tahun 1968, dua tahun sejak dimulainya era Orde Baru. Bukan rahasia lagi bahwa Orde Baru merupakan sejarah kelam Indonesia. Pemerintahan Soeharto dikenal otoriter sehingga tidak ada kebebasan berpendapat dalam masa itu.

Tumbuh dalam dunia yang kelam ini, membuat Agus mencari cara untuk memperjuangkan gagasannya. Dari sinilah, ia jatuh cinta dengan dunia menulis dan akhirnya mulai berkarya di tahun 1990.

2. Dari pengalamannya, ia merasa sastra terbaik mampu membongkar, mempertanyakan, bahkan menyusun ulang cara pandang kita terhadap dunia

Agus Noor: Sastra yang Baik Mampu Membongkar Cara Pandang Duniayoutube.com/IDN Times

Agus Noor terkenal dengan gaya parodi bahkan satir dalam karya-karyanya. Gaya menulis ini terbentuk dari pengalamannya menulis di era Orde Baru. Menurutnya, saat itu karya tulis yang kerap menjadi perbincangan adalah karya yang 'aneh', yang mampu membolak-balikan dunia.

“Sastra yang baik itu bukan mengafirmasi dunia, tapi membongkar, mempertanyakan, dan bahkan menyusun ulang kita terhadap cara pandang dunia ini," ungkapnya.

Baginya, karya yang mampu mengajak orang untuk merenung dan berpikir dua kali akan apa makna di balik realita yang mereka hadapi itu, sangat menarik. Orang-orang akhirnya sadar bahwa dunia tidak seperti apa yang mereka lihat.

3. Untuk menghasilkan sastra terbaik itu dibutuhkan sensibilitas dalam melakukan riset

Agus Noor: Sastra yang Baik Mampu Membongkar Cara Pandang Duniayoutube.com/IDN Times

Untuk membuat karya yang mampu membongkar dan mempertanyakan cara pandang dunia itu, gak mudah. Butuh riset mendalam dan pengumpulan fakta-fakta yang kemudian dirajut dalam karya yang menarik.

dm-player

Untuk itu, Agus merasa penulis harus memiliki sensibilitas dalam melakukan riset. "Kemampuan kita untuk peka terhadap cara mereka ngomong, emosi mereka, dan hal-hal tak terlihat lain Itu yang unik. Saya menyebutnya sensibilitas," papar Agus.

Lantas untuk melatih rasa sensiblitas itu, Agus menyarankan kita untuk berlatih menjadi pendengar yang baik dan memiliki pandangan terbuka. Dengan begitu, kita mampu menangkap makna-makna tersirat dari suatu realita.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Poin Penting yang Harus Penulis Miliki ala Agus Noor

4. Zaman sekarang, banyak penulis menghasilkan karya untuk memuaskan pasar. Menurutnya, hal tersebut tak masalah

Agus Noor: Sastra yang Baik Mampu Membongkar Cara Pandang Duniayoutube.com/IDN Times

Tentunya, zaman sudah berubah. Tidak seperti Orde Baru, era Reformasi membebaskan kita untuk berkarya, berpendapat, bahkan mengkritik pemerintah. Perubahan ini pun akhirnya menggeser minat pasar juga.

Kini, banyak masyarakat senang dengan karya yang dekat dengan mereka. Alhasil, penerbit pun juga mencari karya yang sesuai dengan selera pasar. Gak heran kalau umumnya karya yang laris di pasaran terlihat serupa.

Meskipun begitu, Agus Noor tidak merasa hal tersebut masalah dengan hal tersebut. Toh, ia menulis untuk memperjuangkan gagasannya.. 

"Laku atau tidak itu bagi saya tidak masalah. Tapi, kalau kamu memang ingin menjadi penulis best seller atau penulis yang mengikuti keinginan pasar, itu tidak apa-apa. Tidak ada yang salah," ungkapnya.

5. Menulis itu pilihan. Temukan motivasimu dan teruslah berusaha!

Agus Noor: Sastra yang Baik Mampu Membongkar Cara Pandang Duniayoutube.com/IDN Times

"Bagi saya, menulis itu pilihan. Biasanya dalam kelas-kelas menulis, saya nanya ‘apa motivasimu dalam menulis’?"

Melanjutkan poin sebelumnya, Agus merasa menulis itu memang pilihan. Tidak masalah ingin menulis agar disenangi pasar dan tidak masalah juga menulis untuk memperjuangkan gagasan seperti dirinya. Yang penting kita mau terus berusaha dan gak pernah berhenti menyerah dalam menulis.

IDN Times menggelar Indonesia Writers Festival 2020. Acara yang juga dikenal dengan IWF 2020 ini adalah pertemuan independen yang berkomitmen untuk memberdayakan Indonesia melalui bidang menulis. Acara dengan slogan Empowering Indonesians Through Writing ini dilangsungkan pada 21 hingga 26 September 2020 melalui zoom dan Youtube channel IDN Times.

IWF 2020 sendiri menghadirkan lebih dari 20 pembicara kompeten di berbagai latar belakang seperti Nadin Amizah, Sal Priadi, Agus Noor, Ivan lanin, Tsana, Kalis Mardiasih, dan masih banyak lainnya.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Trik Jitu Cari Inspirasi ala Nadin Amizah dan Sal Priadi

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya