Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Dunia

Asisten doktor di Universitas ternama Jepang, lho!

Sastia Prama Putri merupakan peneliti perempuan dengan spesialisasi riset mikrobiologi. Ia mengawali studinya di ITB, lalu melanjutkan program magister sekaligus master di Jepang dengan beasiswa penuh.

Melalui Instagram live @journalofindonesiaemas (28/6), Sastia menceritakan kiprahnya menjadi seorang peneliti, hingga tips dan trik bagi mereka yang ingin terus melakukan penelitian berkelanjutan. 

1. Sastia mengawali perjalanan kariernya di Jepang setelah mendapat fellowship di bidang Bioteknologi dari UNESCO

Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Duniaitb.ac.id

Setelah lulus sebagai sarjana Biologi ITB tahun 2004, awalnya Sastia tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan studi apalagi menjadi seorang peneliti. Namun, ia menemukan minatnya dalam penelitian setelah mendapat pengalaman riset di Jepang. 

Tahun 2004, Sastia berhasil mendapat fellowship dari pemerintah Jepang untuk mengikuti UNESCO Postgraduate Inter-University Course di bidang Bioteknologi. Di sana ia dibimbing selama satu tahun oleh Prof. Nihira, seorang ahli antibiotik dari mikroba.

2. Menjadi satu-satunya orang Indonesia dalam lab, Sastia memiliki ambisi untuk mengharumkan nama Indonesia

Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Duniatwitter/SastiaPutri

Saat berada di Jepang pertama kalinya, Sastia tentu mengalami rasa gugup dan takut. Terlebih karena dirinya adalah orang Indonesia pertama yang berada di laboratorium penelitian tersebut.

"Aku merasa gak boleh jelekin nama baik indonesia. Jadinya, waktu awal-awal aku sudah download 20 paper dan aku baca semua dalam waktu satu minggu. Profesornya kaget dan di situ first impression-ku sudah bagus," cerita Sastia.

Ia juga menjelaskan bahwa memang jurnal penelitian di Jepang lebih beragam daripada di Indonesia. Hal ini membuatnya semakin bersemangat untuk belajar.

3. Berkat potensinya, ia lalu mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Jepang untuk memperoleh gelar S2 dan S3 dalam kurun waktu 3,5 tahun

Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Duniatwitter/SastiaPutri

Berkat potensi dan minat besar Sastia, ia mendapat tawaran program beasiswa penuh dari pemerintah Jepang untuk memperoleh gelar S2 dan S3. Apabila jenjang S2 dan S3 biasanya ditempuh dalam 5 tahun, Sastia bisa memperolehnya dalam kurun waktu 3,5 tahun.

dm-player

"Banyak yang bilang aku lancar banget kuliah S2 dan S3 nya, tapi sebenarnya gak juga. Waktu itu aku masih muda, jadi masih semangat untuk cepat selesai. Fokusnya kerja keras agar bisa lulus karena waktu itu kan dapat beasiswa. Jadi, sebisa mungkin jangan buang waktu," ungkapnya.

Sastia akhirnya berhasil meraih gelar master di pertengahan tahun 2010. Hal ini menjadikannya lulusan pertama yang memperoleh gelar PhD dalam waktu 1,5 tahun dalam Frontier Biotechnology Program.

Baca Juga: Catherine Hindra Sutjahyo, Perempuan Hebat di Balik GoFood

4. Ketika sidang, ia tengah mengandung 8,5 bulan. Menurutnya, pengalaman inilah yang jadi titik terberatnya dalam memperoleh gelar master

Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Duniaitb.ac.id

Ada kisah menarik di balik kisah sukses Sastia mendapat gelar PhD dalam waktu 1,5 tahun. Ternyata, menjelang persiapan sidang, ia tengah mengandung 8,5 bulan! 

Sang profesor sempat menawarkan dirinya agar fokus beristirahat hingga melahirkan, kemudian melanjutkan sidangnya sebulan setelah melahirkan. Namun, Sastia memilih untuk tetap melanjutkan studinya sesuai rencana.

"Waktu ambil PhD juga, saya lagi hamil hampir 9 bulan. Jadi saya dapat ujian mental dan fisik. Benar-benar berjuang maksimal hingga akhir," ungkapnya.

5. Gak ada kata pulang sebelum menang! Yuk, tantang diri sendiri untuk gak berhenti berjuang!

Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Dunialangitperempuan.net

Kini, Sastia menjadi asisten profesor di Osaka University. Ia juga aktif di berbagai perkumpulan akademisi, terutama di International Metabolomics Society sebagai Board Member dan ForMind (sebuah perkumpulan saintis muda di Indonesia).

Dari perjalanannya, ia tahu bahwa menjadi seorang peneliti bukan hal yang mudah. Namun, ia percaya bahwa setiap tantangan harus dilalui untuk mendapat keberhasilan.

"Pembelajaran yang paling berat itu melawan diri sendiri dan itu yang harus kita ingat. Kalau menurut saya, kenapa saya gak boleh berhenti? Karena itu ujian yang berat dan memang harus dilewati. Istilahnya, gak ada kata pulang sebelum menang!" tutupnya.

Baca Juga: Novia Wijayanti, Body Builder Wanita yang Penuh Inspirasi!

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya