Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusi

Kampanye lingkungan yang menyenangkan bagi penikmat fashion

Memakai baju baru sering kali menjadi kebanggaan, terutama untuk wanita. Perkembangan tren fashion yang begitu cepat, akhirnya membuat kita tergoda untuk terus membeli baju. Padahal, tak semua baju dipakai sehari-hari dan akhirnya menumpuk.

Mungkin kita merasa menumpuk pakaian ini sebagai hal yang biasa. Namun, apakah kamu tahu cepatnya perubahan tren ini menghasilkan limbah yang berbahaya untuk lingkungan?

Menanggapi masalah ini, sebuah gerakan muncul untuk memberi kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya fesyen berkelanjutan. Penasaran dengan kampanye ini? Yuk, simak cerita lengkapnya di bawah!

1. Industri pakaian dan tekstil adalah pencemar terbesar kedua di dunia setelah minyak

Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusidok. Tukar Baju

Selama ini, kita mengetahui sampah plastik sebagai ancaman berbahaya untuk pencemaran lingkungan. Ternyata, tanpa disadari, limbah pakaian dan tekstil jauh lebih berbahaya. 

"Kedua setelah minyak, industri pakaian dan tekstil adalah pencemar
terbesar di dunia," ungkap Naurah Nazhifah, Campaign Activation Tukar Baju - Zero Waste Indonesia, Jumat (18/2/20).

Menurut fashionalliance.org, industri mode menyumbang 20 persen dari limbah air dunia yang berdampak pada ketersediaan air bersih. Tak sebatas itu, industri mode juga menyumbang 10 persen dari total emisi karbon dunia yang berdampak pada perubahan iklim. 

Salah satu faktor yang menyebabkan menumpuknya limbah tekstil dan pakaian ini adalah cepatnya perubahan tren fesyen di dunia. Bahkan data Dailymail menyebutkan, perempuan masa kini hanya mempergunakan pakaian dalam 7 kali pakai. 

"Pesatnya perkembangan fesyen di Indonesia, tanpa sadar memengaruhi gaya berbusana, khususnya bagi para wanita. Mereka ingin selalu berbelanja pakaian demi mengikuti tren gaya terbaru," lanjut Naura.

2. Memperpanjang umur pakaian dapat mengurangi limbah pakaian dan tekstil. Dari sinilah, Tukar Baju hadir sebagai solusi

Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusidok. Tukar Baju

Berdasarkan fashionrevolution.org memperpanjang umur pakaian hingga sembilan bulan lagi akan mengurangi jejak karbon, limbah, dan air masing-masing sekitar 20-30 persen. Berangkat dari data ini, hadir kampanye #TukarBaju untuk memperpanjang umur pakaian.

Kampanye ini digagas oleh Zero Waste Indonesia sejak tahun 2019 sebagai solusi sampah fesyen dan limbah tekstil di Indonesia. Harapannya, masyarakat tahu bahwa ada jenis sampah lain selain plastik yang digunakan sehari-hari dan sangat lekat dengan tubuh, yakni pakaian kita sendiri.

"Tukar Baju memberi alternatif untuk kita yang masih ingin bergaya, berganti
mengikuti mode, tapi tidak dengan mengonsumsi hal baru. Memberikan makna
baru untuk sebuah kata ‘baru’," papar Naura.

3. Tukar Baju hadir lewat konsep menukarkan pakaian yang tak terpakai dengan pakaian milik orang lain

Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusidok. Tukar Baju

Dari namanya, kita mungkin sudah punya bayangan akan konsep dari kampanye ini. Naura menjelaskan bahwa lewat Tukar Baju, orang-orang bisa membawa pakaian tak terpakainya untuk ditukarkan dengan pakaian milik orang lain. Dengan begitu, masing-masing bisa memakai pakaian baru.

dm-player

"Tukar Baju adalah sebuah konsep dimana orang-orang membawa pakaian bekas layak pakainya lalu menukarnya dengan pakaian milik orang lain. Solusi hemat dan ramah lingkungan untuk tetap berganti-ganti gaya fashion tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli pakaian baru," terang Naura.

Pada tahun 2019, telah terselenggara 15 kali pop-up event di 5 kota besar, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Pada event inilah, orang-orang bisa mencari baju-baju baru yang akan ditukar dengan baju lamanya.

Baca Juga: ISEF 2020, Peluang Industri Fesyen Muslim Unjuk Gigi di Era Pandemik 

4. Kampanye ini menyadarkan kita bahwa pencemaran limbah fashion & tekstil tak dapat dibiarkan lagi

Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusidok. Tukar Baju

Tak disangka, kampanye ini mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Dalam 15 kali pop up event tahun kemarin, terdapat kurang lebih 4.500 pengunjung dengan 13.500 baju yang ditukar. Jumlah baju ini setara dengan menyelamatkan 5,4 ton baju yang berpotensi menjadi limbah tekstil.

"Antusiasme masyarakat sangat tinggi dengan kampanye ini. Kami senang semakin banyak yang mulai concern dengan isu yang terjadi di industri fesyen. Sedikit demi sedikit masyarakat sadar bahwa memulai fesyen berkelanjutan itu tidak sesulit yang dibayangkan," ungkap Naura.

Sayangnya, pandemik COVID-19 menunda kegiatan pop-up event Tukar Baju selama tahun 2020. Oleh karena itu, Tukar Baju menggelar sub-kampanye online bertajuk "Mulai Dari Lemari" (MDL) sebagai tantangan masyarakat agar tak membeli pakaian baru selama tiga bulan.

"Saat ini, sudah ada 3.000 orang lebih yang berkomitmen dari target 5.000 orang. Pendaftaran komitmen masih dibuka sampai 14 Oktober 2020. Tidak perlu takut akan hasilnya nanti, dengan ikut MDL, kita bisa berproses bersama dan setiap proses itu patut dihargai," lanjutnya.

5. Mulai dari diri sendiri, lalu berdampak pada orang lain, ini saatnya kita beralih dari fast fashion ke fashion berkelanjutan

Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusidok. Tukar Baju

Perubahan tren dan model fashion yang cepat dalam konsep fast fashion, membuat orang-orang tergiur untuk terus membeli baju baru. Namun, kampanye ini mengajak masyarakat untuk beralih pada konsep fesyen berkelenjutan. 

"Aku tipe orang yang suka beli baju baru, apalagi kalau ada acara, pasti beli baju baru. Aku pengin ngurangin kebiasaan beli baju fast fashion yang sebenarnya gak terlalu dibutuhin. Aku juga pengin ikut mengajak circle atau followers aku di Instagram supaya tahu kalau industri fast fashion itu punya dampak nyata terhadap lingkungan lho!" papar Veronica Dian Sari yang kini aktif mengikuti sub-kampanye Mulai Dari Lemari. 

"Lemariku udah penuh banget, tapi suka gak tahan kalau lihat baju baru. Tapi di sini, aku bisa mendonasikan baju sekaligus dapat baju baru. I live it happier that way! Ketemu orang di display baju dan dia pegang baju aku itu rasanya senang. Ternyata baju aku dicintai lagi sama mereka," ungkap Risa Vibia yang sempat mengikuti pop-up event Tukar Baju di Yogyakarta.

6. Alangkah bijaknya kita untuk menemukan arti & definisi dari cara berpakaian kita sendiri daripada sekadar ikut tren

Tampil Badai Sambil Tetap Menjaga Bumi, Tukar Baju Hadir Jadi Solusidok. Tukar Baju

Tukar Baju gak hanya mengajak kita untuk turut menjaga bumi dari berpakaian, namun juga bertanggung jawab akan pakaian yang kita miliki. Temukan arti dan definisi dari cara berpakaian kita, maka kita pun akan merasa cukup dengan pakaian yang kita punya. 

"Semakin banyak yang dibagi, semakin banyak edukasi. Semoga semakin banyak yang tergerak untuk ikut serta dan memulai untuk menjadi lebih baik. Dimulai dari lemari, dimulai dari lebih bijak dan bertanggung jawab dalam berpakaian. Semoga menginspirasi," tutup Naura.

Baca Juga: Cerita Model Papan Atas Jalani 'Slow Fashion', Jarang Beli Baju Baru!

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya