5 Cara Menanamkan Rasa Syukur Menurut Psikologi 

Sudahkah kamu bersyukur hari ini?

Banyak orang yang memiliki ketidakmampuan untuk mengontrol perasaannya ketika mengalami peristiwa yang di luar kendalinya. Meskipun rasa syukur dikaitkan dengan manfaat bagi kesehatan mental dan hubungan interpersonal, rasa syukur juga sering ditanggapi dengan skeptis karena dikaitkan dengan toxic positivity.

Toxic positivity adalah perkataan yang mendorong kita untuk mengabaikan masalah yang kita miliki dan mendorong kita untuk melihat suatu peristiwa dari sisi baiknya atau dari sisi positifnya. Menanamkan lebih banyak rasa syukur ke dalam hidup kita dapat meningkatkan pola pikir kita dengan melihat kehidupan melalui lensa yang berbeda. Berikut adalah 5 cara untuk menanamkan mindset rasa syukur dilansir Psychology Today. 

1. Latihan meditasi syukur dengan konsisten 

5 Cara Menanamkan Rasa Syukur Menurut Psikologi ilustrasi meditasi (pixabay.com/users/pexels-2286921/)

Rasa syukur mungkin tidak datang secara alami bagi sebagian orang, bahkan mungkin akan terasa tidak wajar saat pertama kali seseorang mencoba berlatih meditasi syukur. Hal ini adalah wajar karena seperti halnya latihan apa pun, kuncinya adalah berlatih secara konsisten.

Caranya adalah dengan meluangkan beberapa menit per hari untuk merenungkan dan merasa bersyukur atas berkat dalam hidup kita. Seiring berjalannya waktu, kita dapat mengembangkan wawasan baru dan merasa lebih mudah untuk mengalami rasa syukur.

2. Menolong mereka yang membutuhkan 

5 Cara Menanamkan Rasa Syukur Menurut Psikologi ilustrasi menolong orang (pexels.com/@rodnae-prod)

Ketika sedang mengalami masalah yang cukup berat, kita sering fokus pada masalah kita sendiri dan lupa bahwa banyak orang yang memiliki hidup yang kurang beruntung dari kita. Dengan melayani mereka yang membutuhkan dapat membantu kita tetap membumi sambil membuat dampak positif dalam kehidupan orang lain.

Misalnya adalah di Tijuana, Meksiko di mana terdapat sebuah rumah kecil untuk sebuah keluarga lokal yang strukturnya hanya terdiri dari dua kamar kecil tanpa listrik atau air mengalir. Namun, betapa bersyukurnya keluarga itu karena mereka dilindungi dari cuaca buruk sementara banyak di antara kita yang tidak ingin hidup dalam kondisi seperti itu.

Perlu diingat bahwa kamu tidak perlu pergi ke luar negeri untuk menolong mereka yang kurang beruntung, karena di sekitar kita masih banyak yang memerlukan pertolongan. Dengan membantu orang lain, maka dalam diri kita akan tumbuh rasa syukur dengan sendirinya.

Baca Juga: 5 Tips Praktis Tingkatkan Rasa Syukur dalam Diri agar Hidup Bermakna

3. Menggunakan bahasa yang mendorong rasa syukur 

dm-player
5 Cara Menanamkan Rasa Syukur Menurut Psikologi ilustrasi orang mengobrol dengan gembira (pexels.com/@freestockpro)

Bahasa yang kita gunakan akan memengaruhi persepsi kita tentang keadaan hidup. Baik ketika berkomunikasi dengan orang lain maupun ketika berbicara dengan diri sendiri. 

Salah satu caranya adalah dengan mengganti kalimat toxic positivity dalam kehidupan sehari-hari. Karena dapat berbahaya bagi kesehatan mental kita.

4. Mengapresiasi orang lain

5 Cara Menanamkan Rasa Syukur Menurut Psikologi ilustrasi mengapresiasi orang lain (pexels.com/@theo-decker)

Mengucapkan terima kasih kepada orang lain adalah cara yang ampuh untuk mengalami lebih banyak rasa terima kasih dalam kehidupan pribadi kita. Mulai dari pikirkan semua orang yang selalu membantu dalam perjalanan hidup kita.

Contohnya seperti anggota staf yang membantu di tempat kerja, pasangan yang mendukung, mentor yang peduli, atau orang tua yang penuh kasih. Luangkan waktu sejenak untuk benar-benar berterima kasih atas bantuan mereka, atas support mereka selama ini. Ini dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan kita, sekaligus mengingatkan mereka betapa berartinya mereka bagi kita.

5. Jangan membanding-bandingkan

5 Cara Menanamkan Rasa Syukur Menurut Psikologi ilustrasi membandingkan (pexels.com/@maksgelatin)

Theodore Roosevelt mengatakan bahwa "perbandingan adalah pencuri sukacita." Kita cenderung membandingkan diri kita dengan mereka yang tampaknya memiliki lebih dari apa yang kita inginkan. Dan hal ini hanya memicu perasaan iri sehingga menghancurkan kebahagiaan kita.

Menggunakan orang lain sebagai tongkat pengukur tidak baik bagi kesehatan mental karena kita akan selalu menemukan seseorang yang lebih dari kita, sehingga membuat kita terjebak dalam siklus tak berujung untuk mengejar sesuatu tanpa akhir yang terlihat. Oleh karena itu, alihkan fokus pada progress kita menuju tujuan pribadi kita. Luangkan waktu sejenak untuk menghargai di mana posisi kita saat ini dan ke mana kita menuju. Selalu ingat bahwa kita semua mendaki gunung yang berbeda.

 

Dari kelima cara tersebut sudahkah kamu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Juka belum, yuk segera lakukan demi kesehatanmu juga!

Baca Juga: 5 Kebiasaan Buruk yang Mengikis Rasa Syukur, Yuk Jauhi!

Latisha Asharani Photo Verified Writer Latisha Asharani

Umbrellas don't mean anything to the unprecedented pouring rain

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya