5 Memoar Perempuan yang Menginspirasi, Ada Michelle Obama
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesetaraan gender dan penuntutan hak-hak perempuan masih menjadi topik yang relevan dan perlu untuk diperbincangkan. Nyatanya, masih banyak perempuan yang masih merasakan diskriminasi, tindakan semena-mena, dan perampasan hak-hak dasar seperti pendidikan dan kebebasan berpendapat.
Bagi kamu yang tertarik dengan isu-isu kesetaraan gender dan women empowerment, membaca beberapa memoar perempuan inpiratif bisa jadi pilihan kegiatan yang bermanfaat. Tidak hanya inspiratif, buku-buku memoir berikut ini juga mengandung banyak insight dan motivasi. Yuk, baca sampai habis!
1. Small Fry
Apa yang ada di pikiranmu mengenai Steve Jobs? Mungkin pendiri perusahaan Apple, mengenakan turtle neck hitam dan kacamata, atau public speaker yang handal. Namun bagi Lisa Brennan-Jobs, ayahnya tidak pernah sesimpel itu.
Memoar Brennan-Jobs yang berjudul Small Fry memuat hubungan rumit antara sang tokoh teknologi revolusioner dengan anak sulungnya. Buku ini juga memaparkan bagaimana Silicon Valley telah mempengaruhi hidup sang penulis.
2. Becoming
Saat penobatannya, Barack Obama tidak hanya menggemparkan dunia sebagai presiden Amerika Serikat berkulit hitam pertama, tapi sang istri juga dinobatkan sebagai First Lady berkulit hitam pertama yang tinggal di Gedung Putih.
Dalam memoarnya, Michelle Obama mengungkap perjalanannya dari seorang gadis biasa yang tinggal di South Side, Chicago menjadi seorang pengacara handal dan sukses hingga menjadi seorang First Lady di Gedung Putih. Sejak perilisannya, Becoming telah terjual sekitar 14 juta kopi di seluruh dunia, termasuk 8 juta kopi terjual di Amerika Serikat dan Kanada.
3. Educated
Editor’s picks
Tara Westover tidak pernah mengenyam bangku pendidikan dasar. Ia dan kakaknya dibesarkan oleh orangtua survivalist, golongan orang yang hidup bergantung pada alam dan menjauhkan diri dari interaksi komunitas dan pemerintah. Tidak ada sekolah, dokter, atau supermarket.
Namun di umur 17 tahun, hidup Tara berubah saat dirinya memasuki kelas di Brigham Young University. Ketika itu dirinya menyadari bahwa hidup begitu bergerak dan indah. Ia pun menemukan kecintaannya pada ilmu pengetahuan dan berjanji akan menjelajahi dunia demi ilmu.
Baca Juga: 5 Buku dari Korea Wajib Baca, Gak Kalah Seru dari KDrama
4. Unbowed
Wangari Maathai merupakan seorang profesor, pemenang penghargaan Nobel, serta aktivis yang memberdayakan perempuan di Kenya untuk menjadi pelopor stabilitas pangan. Pada masa perjuangannya, ia dipenjara, dipukuli, dan terluka tapi ia tidak pernah menyerah dan tunduk.
Di memoarnya, ia memaparkan perjalanan hidupnya yang berawal dari sebuah desa di Kenya hingga memprakarasai The Green Belt Movement di tahun 1977 yang menjadi gerakan untuk membangun stabilitas pangan yang kuat untuk negaranya.
5. The Girl Who Smiled Beads
Clemantine Wamariya merupakan seorang penyintas dari Genosida Rwanda yang terjadi pada tahun 1994, salah satu kasus genosida paling menggemparkan dunia. Tanpa mengetahui bahwa orangtuanya masih hidup, ia dan kakaknya menghabiskan waktu 6 tahun sebagai pengungsi dan berpindah-pindah ke 6 negara berbeda di Afrika.
Hidupnya berubah ketika ia akhirnya mendapat izin sebagai pengungsi di Amerika Serikat dan diadopsi oleh sebuah keluarga. Ia dapat bersekolah di sekolah privat dan berkuliah di Yale University. Meski begitu, ia masih berusaha untuk merasionalisasikan hidupnya saat ini dan hidupnya dulu.
Selain menginspirasi, membaca memoar di atas juga memperluas wawasan kita terhadap berbagai kesulitan dan permasalahan yang di alami oleh perempuan-perempuan di belahan dunia yang lain. Selain itu, deretan memoar ini dapat menjadi sumber motivasi kamu. Selamat membaca!
Baca Juga: 7 Rekomendasi Buku Biografi tentang Putri Diana yang Wajib Dibaca
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.