7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahan

Gak apa-apa selama di sana tetap produktif

Perlu kebulatan tekad dan keberanian untuk siapa pun merantau ke kota yang lebih besar. Namun, bila suatu saat nanti kamu ingin pulang kampung saja, tak usah malu. Itu bukan artinya kamu gentar dan kalah dalam berjuang, kok.

Pergi dan pulangnya kamu dari perantauan merupakan hal yang wajar. Kapan pun dirimu boleh membuat keputusan berbeda. Terlalu kaku dengan keputusan awal merantau justru dapat membuatmu gak bahagia. 

Sebaliknya, kalau kamu melihat teman atau saudaramu memutuskan pulang kampung dan tinggal selamanya di sana, jangan mengolok-olok. Tetap hargai keinginannya dan pahami alasan-alasannya. Tujuh alasan ini pun bisa melatar belakangi seorang perantau akhirnya memutuskan untuk pulang kampung.

1. Tidak kuat dengan tekanan hidup di kota orang

7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi kelelahan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Umumnya orang merantau ke kota besar. Walaupun semula kota besar menjanjikan kehidupan yang lebih baik daripada kota kecil, faktanya gak selalu seperti itu. Buat mereka yang tidak kunjung memperoleh penghasilan sesuai upah minimum, tinggal di sana akan terasa sebagai perjuangan yang begitu keras.

Itu baru dari segi pendapatan vs kebutuhan hidup. Belum dari kepadatan kotanya, macet yang bukan main, dan membuat mereka kelelahan setiap hari. Perlu digaris bawahi, bahwa daya tahan setiap orang berbeda.

Untuk mereka yang merasa gak sanggup lagi hidup dengan tekanan sebesar ini, menyelamatkan mental dengan pulang kampung memang lebih baik. Hidup sekali jangan dibikin kelewat susah dengan pura-pura kuat tinggal di kota besar, padahal aslinya kelelahan secara fisik dan psikis.

2. Kehidupan di kampung halaman terasa lebih damai

7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi memancing (pexels.com/cottonbro studio)

Jika kondisi di perantauan terasa begitu menyesakkan seperti di poin pertama, kampung halaman menawarkan hal berbeda. Dengan beberapa kekurangannya, seperti fasilitas umum yang belum sebaik kota perantauan, daerah asal memberikan kedamaian yang gak diperolehnya di kota.

Damai karena orang masih bisa hidup layak dengan biaya yang lebih rendah. Damai lantaran ia sudah begitu lama hidup di sana sehingga kenal betul karakter masyarakatnya. Damai, karena udaranya relatif masih bersih dan ia gak perlu terjebak kemacetan setiap hari.

3. Tujuan merantau memang cuma buat mengumpulkan tabungan dan modal

7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi panen padi (pexels.com/Sorapong Chaipanya)

Sejak awal merantau, teman atau saudaramu barangkali telah membuat target waktu dan hasil. Misalnya, dia hanya akan merantau selama 5 tahun. Maksimal 10 tahun sampai ia berhasil mengumpulkan uang sebesar sekian.

Uang itu sebagian akan disimpannya sebagai tabungan, sebagian lagi bakal modal pulang dan bikin usaha di kampung halaman. Bisa juga membeli tanah pertanian dan hidup dari bagi hasil panen dengan penggarap.

Baca Juga: 7 Tips Mengatasi Homesick saat Tak Bisa Pulang Kampung

4. Kampung halaman sudah makin berkembang

dm-player
7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi jalan raya (pexels.com/Markus Winkler)

Kampung halaman yang ditinggalkan dapat berubah menjadi magnet yang menarik orang untuk pulang dan menetap selamanya di sana. Kalau dulu di sana masih sepi dan mau apa-apa susah, sekarang kondisinya telah makin baik.

Kawasan pertokoan sudah ada. Begitu pula minimarket yang buka 24 jam. Transportasi umum yang dahulu tak menjangkau rumahnya pun sekarang telah tersedia. Belum lagi layanan ojek online. Dengan kemudahan seperti ini, kembali ke daerah asal bukanlah ide yang buruk.

5. Merasa gak bakal bisa beli rumah di perantauan

7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi bermain dengan anak di rumah (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Kalau boleh jujur, semua pengontrak rumah atau anak kos pasti lama-lama capek juga. Setiap bulan harus membayar sewa dan terkadang ada sikap pemilik kontrakan atau kos-kosan yang gak mengenakkan. Namun hendak membeli rumah sendiri, cicilannya sudah gak sesuai dengan gaji.

Bagi mereka yang ingin sekali punya rumah, membeli di daerah pinggiran dan setiap hari melaju ke kantor yang jauh juga bikin penat abis. Total ongkos perjalanan plus rasa lelahnya bisa tak tertahankan. Lain halnya di kampung halaman, di mana mereka dapat membeli rumah dengan harga yang jauh lebih miring.

6. Ingin dekat dengan keluarga

7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi bersama keluarga (pexels.com/Văn Long Bùi)

Orang yang beberapa tahun belakangan mulai berancang-ancang pulang kampung karena rindu keluarga bukannya manja. Hanya saja terkadang timbul pertanyaan, apa yang jauh-jauh aku cari di kota orang selain uang?

Uang masih bisa diperoleh dari mana pun, tetapi keluarga kandung tetap tertinggal di kampung halaman. Kerinduan tinggal di dekat ayah, ibu, serta saudara-saudara juga perlu diperhatikan. Orangtua yang makin lanjut usia tak akan selamanya ada. Kalau bukan sekarang, kapan lagi ada kesempatan buat berkumpul?

7. Gak apa-apa tinggal di kampung yang penting rezekinya kota

7 Alasan Perantau Memutuskan Pulang Kampung, Bukan Tanda Kekalahanilustrasi keluarga (pexels.com/Denis Gvozdov)

Kalimat di atas hanyalah kiasan yang berarti mau tinggal di desa atau di kota yang penting dari segi pendapatan tetap oke. Bahkan, jika seseorang mampu berpenghasilan setara upah minimum kota, tetapi tinggal di daerah yang berbiaya hidup rendah, dia jadi lebih cepat kaya.

Para pekerja lepas yang dapat bekerja dari mana saja bisa menerapkan strategi ini. Tinggal di desa akan menggemukkan tabungan dengan cepat. Bila sesekali perlu pergi ke berbagai kota buat urusan pekerjaan, anggap saja sekalian piknik.

Tidak ada yang salah dari keputusan terus merantau atau pulang kampung saja. Sesuaikan dengan keinginan masing-masing. Hal yang terpenting, baik di kota orang maupun kampung sendiri kamu tetap produktif serta mampu hidup dengan layak. Itulah tujuan semua orang yang bekerja.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Seorang Perantau Enggan Pulang Kampung

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya