Waspadai 5 Hal yang Mengurangi Kemampuanmu Berempati, Latih Lagi yuk!

Kamu cenderung menyepelekan pengalaman orang

Memiliki empati yang tinggi bukan hanya untuk mencegahmu menjadi pelaku kejahatan. Empatimu terhadap orang lain juga menunjukkan dukungan yang akan menguatkannya dalam menghadapi persoalan.

Namun, perlu kamu ketahui, kemampuan berempati tidak selalu konstan. Kamu dapat saja penuh empati saat ini dan kehilangan kemampuan tersebut di lain waktu karena lima sebab berikut. Semoga gak keterusan, ya!

1. Terlalu yakin kamu tak akan mengalami kejadian seperti yang menimpa orang lain

Waspadai 5 Hal yang Mengurangi Kemampuanmu Berempati, Latih Lagi yuk!ilustrasi pengalaman traumatis (pexels.com/RODNAE Productions)

Telah disebutkan di awal bahwa kamu bisa terlihat penuh empati kemarin, tetapi tidak dengan sekarang. Misalnya, terkait perbedaan peristiwanya. Kemarin kamu berempati pada teman yang kehilangan pekerjaan sebab hal serupa pernah menimpamu.

Akan tetapi, hari ini kamu gagal menunjukkan empati pada korban kekerasan. Kamu tak pernah mengalaminya dan menjadi yakin hal-hal seperti itu tidak akan terjadi padamu. Apalagi mengingat kamu sekarang sudah besar, kuat, dan cerdas untuk melakukan perlawanan.

2. Merasa pernah mengalami peristiwa yang jauh lebih buruk daripada orang lain

Waspadai 5 Hal yang Mengurangi Kemampuanmu Berempati, Latih Lagi yuk!ilustrasi korban kekerasan (pexels.com/Gustavo Fring)

Adanya kata "merasa" pada subjudul di atas menjadi penting karena setiap pengalaman sesungguhnya bersifat subjektif. Pengalaman yang bagimu biasa saja, untuk orang lain yang masih dalam keadaan syok jelas terasa amat buruk dan tak tertanggungkan.

Oleh karena itu, agar mampu berempati, kamu tidak boleh melihat suatu peristiwa hanya dari kacamatamu saat ini. Kamu perlu membayangkan bagaimana rasanya menjadi dia ketika kamu sendiri belum pernah mengalami kejadian yang lebih berat.

3. Terlalu mengandalkan logika dan tak mengimbanginya dengan perasaan

Waspadai 5 Hal yang Mengurangi Kemampuanmu Berempati, Latih Lagi yuk!ilustrasi ketidakpedulian pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Ketika terlalu mengandalkan logika, kamu malah dapat terjebak pada sikap cenderung menyalahkan orang lain yang mengalami musibah atau menjadi korban kejahatan. Contohnya, mengenai anak korban kekerasan seksual.

Berdasarkan logika, kamu menyudutkan anak tersebut yang seperti tidak melakukan perlawanan. Kamu tidak mampu menggunakan perasaanmu untuk memahami perasaan korban ketika kekerasan seksual tersebut terjadi.

dm-player

Kamu mengabaikan rasa takutnya pada orang yang jauh lebih dewasa, ancaman-ancaman yang diterimanya, dan kepolosannya sebagai anak-anak yang mempercayai pelaku. Jalan pikiranmu tentang peristiwa tersebut hanya tentang tindakan logis yang seharusnya diambil.

Baca Juga: 5 Manfaat Jadi Cowok yang Tak Segan Meningkatkan Empati pada Sekitar

4. Adanya kepentingan melindungi diri atau kelompokmu

Waspadai 5 Hal yang Mengurangi Kemampuanmu Berempati, Latih Lagi yuk!ilustrasi memberi dukungan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Manusia memang makhluk yang sulit lepas dari kepentingannya sendiri. Sekalipun sesungguhnya kamu mampu berempati, kemampuan ini bisa seketika tumpul setelah kamu memutuskan untuk melindungi kepentingan diri atau kelompokmu.

Yang muncul kemudian adalah sikap memojokkan orang lain. Kamu membuat pernyataan-pernyataan menyudutkannya demi mengamankan posisimu sendiri.

Kamu mungkin tahu bahwa seharusnya dirimu mempertanggungjawabkan sesuatu, tetapi kamu tak ingin disalahkan. Kegagalanmu dalam berempati merupakan dampak dari keinginan yang terlalu keras dalam membela diri.

5. Hidup yang cenderung mulus

Waspadai 5 Hal yang Mengurangi Kemampuanmu Berempati, Latih Lagi yuk!ilustrasi pria dalam masalah (pexels.com/Pavel Polyakov)

Diberi jalan hidup yang relatif mulus dan tanpa kesulitan berarti merupakan anugerah yang wajib disyukuri. Akan tetapi, pahami pula sisi bahayanya. Bila kamu hanya berfokus pada pengalaman hidupmu yang minim kesulitan, bakal susah buat kamu berempati pada orang lain.

Pastinya kamu tak usah sengaja mempersulit kehidupanmu supaya lebih bisa berempati. Kamu hanya perlu lebih banyak mendengar, melihat, serta mengasah kepekaanmu akan penderitaan orang lain. 

Jangan menghadapi orang lain dengan cermin yang berada di antara kalian. Kamu hanya akan melihat bayangan dirimu di cermin itu dan bukannya sosok orang lain. Ini perumpamaan agar kamu tak melulu menjadikan kehidupanmu yang berjalan mulus sebagai rujukan.

Walaupun kemampuanmu dalam berempati dapat naik dan turun, penting untuk memastikan responsmu atas berbagai hal tak dirasa terlalu kejam bagi orang lain. Pikirkan dan rasakan dahulu apa yang hendak kamu katakan. Jangan berkomentar baru berpikir kemudian, ya.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Dikenal Kurang Memiliki Empati pada Orang Lain

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya