5 Tanda Kepatuhanmu Sudah Berlebihan, Bahaya dan Kudu Dihentikan

Jangan melestarikan ajaran kepatuhan mutlak

Sejak kecil, mayoritas kita didoktrin untuk menjadi anak yang penurut di rumah dan murid yang patuh di sekolah. Sikap kritis bahkan kerap dipandang sebagai bentuk kenakalan atau pembangkangan. Kamu pun harus mulai belajar melawan apabila kepatuhanmu selama ini telah mengarah pada kelima tanda berikut ini.

1. Menuruti perintah tanpa pertimbangan benar atau salah, baik atau buruk

5 Tanda Kepatuhanmu Sudah Berlebihan, Bahaya dan Kudu Dihentikanilustrasi kepatuhan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kepatuhan yang berlebihan juga buruk, lho. Bahkan sangat berbahaya dalam kehidupan masa anak-anak sampai dewasa. Kepatuhan kita berarti kita tunduk pada perintah orang lain. Masalahnya, apakah semua orang memberi perintah yang baik?

Bagaimana jika ada orang jahat yang memanfaatkan kepatuhan kita untuk melancarkan aksi kejahatannya? Sudah saatnya kita membatasi kepatuhan terhadap orang lain.

Di titik ini kamu telah menyerupai robot yang diprogram oleh seseorang. Kamu sebenarnya punya kemampuan berpikir, tetapi seperti tidak lagi menggunakannya. Suara hati kecilmu juga sudah kamu abaikan.

Begitu ada perintah, kamu menjalankannya. Kamu sama sekali tidak berpikir ulang, apalagi sampai ke konsekuensinya di masa depan. Ayo, kembalikan kemampuanmu sebagai manusia yang sesungguhnya. Jangan mau dikendalikan secara berlebihan oleh sesama manusia.

2. Kamu punya ide yang lebih baik, tapi tak pernah menyatakannya karena ada instruksi yang berbeda

5 Tanda Kepatuhanmu Sudah Berlebihan, Bahaya dan Kudu Dihentikanilustrasi kepatuhan (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Adanya instruksi dari orang lain yang berbeda dari idemu seketika membuat kamu berpikir gagasanmu tak penting lagi untuk dikemukakan. Bagaimana mungkin kamu tidak memberi tempat yang istimewa untuk buah pikirmu sendiri?

Bahwa instruksi orang lain sama sekali tidak menyerempet gagasan yang kamu pikirkan, bukan berarti itu tak akan berharga. Orang lain  boleh jadi hanya tidak terpikirkan soal ide tersebut. Seandainya dirimu tetap memberitahunya tentang apa yang kamu pikirkan, ia mungkin akan sangat berterima kasih.

Baca Juga: 5 Alasan Anak Lebih Patuh dengan Guru Dibandingkan Orangtua

dm-player

3. Mau saja diminta melakukan hal-hal di luar kemampuanmu

5 Tanda Kepatuhanmu Sudah Berlebihan, Bahaya dan Kudu Dihentikanilustrasi kepatuhan (pexels.com/Viktoria Slowikowska)

Patuh sih, patuh. Namun selain dua poin sebelumnya, perhatikan juga kemampuanmu. Kamu tidak harus selalu mencoba memenuhi permintaan orang lain. Ukur kemampuanmu dan katakan saja kalau kamu memang tidak mampu.

Kejujuranmu penting baik buat kamu sendiri maupun orang lain. Kamu jelas menjadi tidak kewalahan dalam berusaha memenuhi permintaannya. Sementara itu, dia bisa segera mencari bantuan dari orang lain yang mampu dan gak lagi berlebihan dalam berekspektasi padamu.

4. Sikap patuh menghambat perkembangan dirimu

5 Tanda Kepatuhanmu Sudah Berlebihan, Bahaya dan Kudu Dihentikanilustrasi kepatuhan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sikap patuhmu tidak boleh hanya membuat kamu selalu menomorsatukan orang lain. Sebaliknya, diri sendiri justru tak pernah diprioritaskan. Contoh, kamu dilarang mengundurkan diri dari pekerjaanmu. Padahal, itu hakmu sebagai karyawan.

Toh, kamu siap dengan konsekuensi dari pengunduran diri itu dan sudah terlebih dahulu memenuhi kewajibanmu seperti yang tertera dalam kontrak kerja. Kamu pun mengajukan pengunduran diri bukan tanpa alasan.

Di sana kamu tak memperoleh penghasilan yang layak. Kamu juga merasa kariermu berjalan di tempat. Sementara di kantor lain, kemampuanmu lebih dihargai dan itu penting untuk memastikan kamu dapat hidup dengan lebih layak bersama keluarga. Dalam situasi begini, waktunya menomorsatukan hidupmu sendiri ketimbang kemauan atasan.

5. Bersedia menjadi bumper untuk kesalahan orang lain

5 Tanda Kepatuhanmu Sudah Berlebihan, Bahaya dan Kudu Dihentikanilustrasi kepatuhan (pexels.com/Thirdman)

Kalau kamu tidak melakukan kesalahan, jangan mau 'menebus dosa' orang lain. Alih-alih bersedia dikorbankan, kalau orang itu tak juga mau mengakui kesalahannya, kamu saja yang langsung membeberkan kebenarannya. 

Tidak perlu terlalu takut dengan risiko dari keberanianmu ini. Sebab kesediaanmu menjadi bumper dari kesalahan orang lain dapat menghancurkan kehidupanmu bahkan orang-orang yang kamu sayangi. Jangan mau kamu ditumbalkan!

Mengingat buruknya akibat dari kepatuhan mutlak, kamu harus segera menguranginya. Kamu pun tak boleh melestarikan ajaran tersebut pada anak-anakmu kelak. Bersikap kritis juga penting asal tepat konteks dan caranya. Bila seseorang menyuruhmu terjun ke jurang, apakah kamu akan menurut saja?

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Belum Miliki Personal Boundaries, Patuh Melulu

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya