5 Penyebab Kita Sulit Menjaga Perasaan Orang Lain, Gak Pakai Mikir

Kita sendiri tak suka diperlakukan seperti ini

Kita semua pasti menginginkan orang lain mampu menghargai perasaan kita. Namun, apakah kita sudah dapat melakukan hal yang sama pada mereka? Jangan-jangan, kita cuma getol minta dihargai perasaannya, tapi kerap menjadi sumber luka di hati orang lain.

Semoga tidak, ya. Meski menjaga perasaan orang lain kadang tidak mudah, mari kita tingkatkan kehati-hatian dalam berbicara, bertindak, bahkan menulis di media sosial. Lima hal ini wajib dihindari jika kita tak ingin lagi mudah menyakiti perasaan orang.

1. Dengan alasan kejujuran, merasa semua boleh dikatakan

5 Penyebab Kita Sulit Menjaga Perasaan Orang Lain, Gak Pakai Mikirilustrasi teman (pexels.com/cottonbro)

Jika kita menjadi saksi kunci dari suatu peristiwa yang merugikan orang lain, kejujuran harus dijunjung tinggi. Agar kebenaran terungkap dan orang yang bersalah menerima konsekuensi dari perbuataannya. Sementara itu, pihak yang telah dirugikan menemukan keadilan.

Namun bila kejujuran yang dimaksud hanyalah soal pendapat kita tentang berbagai hal, saring dulu mana yang perlu dinyatakan atau sebaiknya disimpan buat sendiri saja. Misalnya, pendapat kita tentang kehidupan atau penampilan teman. Kalau dia tidak meminta, hal itu gak perlu tahu-tahu diungkapkan.

2. Menjadikan komentar sebagai tanda kepedulian kita pada orang lain

5 Penyebab Kita Sulit Menjaga Perasaan Orang Lain, Gak Pakai Mikirilustrasi teman-teman (pexels.com/David Brtan)

Betul bahwa apabila kita mengomentari orang lain, sebelumnya kita pasti memperhatikannya. Akan tetapi, apakah kita lebih memperhatikan hal-hal baik dari dirinya atau cuma menyoroti sisi-sisi yang kita anggap kurang?

Bila kita fokus pada kekurangannya kemudian mengomentarinya, dia pasti merasa tidak nyaman. Contohnya, kita bertemu teman di jalan kemudian mengomentari pertambahan berat badannya. Sebegitu pentingkah setiap kilogram bobotnya buat kita? Yang ada kita justru melakukan body shaming.

Baca Juga: 5 Tips Menjaga Perasaan Orang Lain Tanpa Perlu Merugikan Diri Sendiri

3. Meyakini seseorang yang tersinggung oleh sikap kita sebagai terlalu baper

dm-player
5 Penyebab Kita Sulit Menjaga Perasaan Orang Lain, Gak Pakai Mikirilustrasi teman-teman (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kita tidak mungkin selalu menuduh orang lain baper. Barangkali kitalah yang perlu belajar untuk mengendalikan diri. Boleh jadi kita sudah amat gak peka dengan perasaan orang lain.

Alih-alih menyebut orang lain baper, seharusnya kita memikirkan kembali setiap kata yang terucap. Di antaranya mungkin saja ada bagian yang telah melukai perasaan seseorang. Orang yang terlalu baper memang gak baik, tetapi rendahnya kontrol diri kita masih jauh lebih buruk.

4. Terlalu ingin menyadarkan orang lain akan kekurangan diri biar tergerak buat memperbaikinya

5 Penyebab Kita Sulit Menjaga Perasaan Orang Lain, Gak Pakai Mikirilustrasi teman (pexels.com/Anna Tarazevich)

Kita seperti memiliki keinginan yang begitu besar untuk mengarahkan setiap orang. Kita sangat kritis terhadap kekurangan orang lain dan ingin segera melihatnya segera melakukan perubahan atas hal tersebut. Pernahkan kita memikirkan perasaan orang lain saat diperlakukan seperti ini?

Pertama, dia pasti malu berat karena kita telah menyoroti kekurangannya. Sesuatu yang tidak dibanggakannya. Kedua, kita seakan-akan hendak menyempurnakan orang lain ketika diri kita sendiri juga punya kekurangan. Mengapa kita tidak belajar memperbaiki kekurangan diri saja?

5. Kebiasaan bicara dulu baru berpikir kemudian

5 Penyebab Kita Sulit Menjaga Perasaan Orang Lain, Gak Pakai Mikirilustrasi teman (pexels.com/cottonbro)

Mulai sekarang kita harus membalik kebiasaan ini, menjadi berpikir dulu baru berbicara. Begitu pula saat hendak menulis status di media sosial. Sebab tanpa berpikir masak-masak, kita akan sering menyesali perkataan atau perbuatan sendiri.

Nanti untuk menenangkan diri, kita berdalih, "Ah, sudah telanjur. Mau bagaimana lagi? Semoga dia gak memasukkannya ke hati." Kita tidak boleh terus berdalih seperti ini. Itu justru membuat kita tidak termotivasi untuk mengubah kebiasaan dari bicara dulu baru berpikir menjadi berpikir dulu baru angkat bicara.

Penting buat kita belajar memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Hindari sikap semena-mena dengan perasaan orang lain, mengingat bahwa setiap kata yang keluar gak mungkin ditarik kembali. Bahkan menghapus tulisan yang telanjur dibaca orang pun menjadi sia-sia.

Baca Juga: 7 Bentuk Kehati-hatian dalam Hubungan, Jaga Perasaan Pasangan

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya