5 Rasa Bersalah yang Harus Disudahi biar Gak Jadi Beban Lagi

Kamu tidak bisa mengendalikan semuanya

Merasa bersalah pada dasarnya hal yang baik. Ini menandakan hati kecilmu masih bekerja dengan jernih, tidak serta-merta membenarkan semua yang kamu lakukan. Kamu mampu bersikap objektif pada diri sendiri.

Namun, rasa bersalah yang terlalu kuat juga buruk buat kamu. Kamu akan merasa bersalah untuk hal-hal yang sebenarnya bukan kesalahanmu. Sudah waktunya buat kamu meninggalkan beban berat yang ditimbulkan oleh rasa bersalah yang tidak tepat, seperti:

1. Rasa bersalah karena lama merantau, tapi belum sesukses harapanmu maupun keluarga

5 Rasa Bersalah yang Harus Disudahi biar Gak Jadi Beban Lagiilustrasi perantau (pexels.com/Alberto De Nart)

Kamu telah bekerja keras, tapi nasib baik belum berpihak padamu. Bedakan kondisi ini dengan bila kamu tidak melakukan apa-apa. Garis bawahi bahwa dirimu bukan pemalas atau sekadar suka berangan-angan kosong.

Jadi, jangan sampai rasa bersalah karena belum sesukses harapan kamu sendiri maupun keluarga membuat peluhmu terasa sia-sia. Selain kamu butuh lebih bersabar, barangkali makna kesuksesan yang selama ini dipegang olehmu serta keluarga perlu diperbaiki.

Kamu sudah mampu mengalahkan rasa malas saja, sebenarnya dapat dipandang sebagai kesuksesan. Begitu juga kerasnya hidup tak berhasil menggodamu untuk melakukan kejahatan demi kesuksesan yang instan dan semu.

2. Rasa bersalah sebab kejujuranmu telah menyakiti perasaan orang lain

5 Rasa Bersalah yang Harus Disudahi biar Gak Jadi Beban Lagiilustrasi pria murung (pexels.com/Ron Lach)

Rasa bersalah ini muncul karena kamu telah melihat akibat dari kejujuranmu. Seseorang mungkin menangis saat kamu berkata tidak mencintainya. Orang yang berbeda barangkali sampai menjadi tahanan setelah kamu buka suara perihal perbuatan korupnya.

Namun, seandainya kamu tidak jujur, apakah ini dapat dipastikan membuat orang lain 'terselamatkan'? Mengakui tiadanya rasa cinta dalam hatimu pada seseorang tetap lebih baik daripada kamu terus memberinya harapan palsu dan akhirnya melukainya juga. Bahkan menghabiskan waktu yang seharusnya dapat digunakannya untuk berkencan dengan orang lain.

Sementara itu, menjebloskan satu orang ke penjara akibat ulahnya sendiri sama dengan menyelamatkan nasib lebih banyak orang yang berpotensi dirugikannya. Dengan kejujuranmu membuka tindak korupsinya; semoga dia menjadi tak memperpanjang dosa, memperparah perbuatannya di masa mendatang, dan punya banyak kesempatan guna memperbaiki diri.

Baca Juga: 5 Tips Menghentikan Kebiasaan Merasa Bersalah, biar Harimu Bahagia

3. Rasa bersalah lantaran kamu tak mampu mendamaikan orang-orang dalam keluarga

5 Rasa Bersalah yang Harus Disudahi biar Gak Jadi Beban Lagiilustrasi perempuan tertekan (pexels.com/cottonbro)
dm-player

Apakah kamu terlahir dengan tugas khusus menjadi seorang juru damai? Tidak, kan? Bahkan meski konflik tersebut terjadi dalam keluargamu, kamu tak boleh terlalu membebani diri. 

Semua saudara bahkan kedua orangtuamu telah dewasa. Kehendak untuk berdamai harus muncul dari diri mereka, bukan tekanan darimu. Kamu memang perlu berusaha menjembatani pihak-pihak yang bertikai.

Akan tetapi, partisipasi aktif serta niat baik mereka menjadi yang utama. Kalau mereka saja tak menganggap penting hubungan yang harmonis, mengapa kamu masih merasa perlu serepot itu? Tinggal tunggu saja salah satu atau kedua pihak menghubungi dan meminta bantuanmu buat mediasi.

4. Rasa bersalah akibat tidak bisa memberikan pengobatan terbaik sehingga orang terdekat meninggal

5 Rasa Bersalah yang Harus Disudahi biar Gak Jadi Beban Lagiilustrasi memandangi foto (pexels.com/RODNAE Productions)

Barangkali saat itu kamu belum punya cukup uang untuk rutin membawanya berobat. Secara tidak langsung, kamu dapat sampai merasa telah 'membunuh' orang terdekatmu sendiri. Tidak, kamu tak sejahat itu.

Cobalah menempatkan segala sesuatu pada waktu kejadiannya. Walaupun kini kamu memiliki penghasilan yang jauh lebih besar, masa sakit dan meninggalnya orang terdekatmu terjadi di masa lalu. Lebih dari itu, kematian adalah ketetapan Tuhan yang tak mampu diundur sebentar saja oleh manusia.

Ajal tetap menghampiri orang-orang yang sudah berusaha maksimal dalam menyembuhkan penyakitnya. Malaikat maut bahkan menjemput orang sehat melalui berbagai cara. Seperti kecelakaan lalu lintas, keracunan makanan, terpeleset di tangga, dan sebagainya.

5. Rasa bersalah lantaran kegagalan mempertahankan hubungan

5 Rasa Bersalah yang Harus Disudahi biar Gak Jadi Beban Lagiilustrasi pria berbaring (pexels.com/MART PRODUCTION)

Setiap kali rasa bersalah ini muncul, ingatlah masalah besar di antara kamu dan mantan. Bukan biar kamu tambah membencinya, melainkan semata-mata membuka kembali kesadaranmu bahwa kalian benar-benar tidak lagi menemukan kecocokan.

Hitung juga berapa kali kamu maupun dia berusaha memperbaiki hubungan. Artinya, perpisahan itu terjadi bukan disebabkan oleh tindakan tanpa pikir panjang. Sekarang, tugasmu hanya dua.

Pertama, menetralkan perasaan apabila kamu sempat sangat benci padanya. Kedua, bila kalian telah memiliki anak, tetaplah menjadi orangtua yang baik dan mampu diandalkan oleh mereka. Tujuannya, memperkecil dampak perpisahan kalian pada tumbuh kembang anak.

Untuk mengatasi rasa bersalah seperti di atas, berpikirlah selogis mungkin. Bila sulit, mintalah orang yang mengerti masalahnya untuk membantu meluruskan cara berpikirmu yang kurang tepat. Orang itu bisa sahabat maupun seorang yang ahli seperti psikolog.

Baca Juga: 5 Alasan Seseorang Sulit Meminta Maaf walaupun Bersalah

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya