6 Sikap Bijak Menghadapi Perceraian Orangtua, Kuatkan Mentalmu!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada usia berapa pun, menghadapi perceraian orangtua bukanlah hal yang mudah. Sebelum keinginan bercerai itu muncul, konflik di antara mereka pasti telah kerap terjadi. Keinginan untuk berpisah hanyalah puncaknya.
Terkejut, sedih, marah, dan tak percaya adalah perasaan yang wajar kamu alami. Meski demikian, tetaplah berusaha mengendalikan diri. Demi kebaikanmu sendiri, bersikaplah penuh kehati-hatian seperti di bawah ini.
1. Jangan kabur dari rumah
Apabila kamu benar-benar tak tahan lagi berada di rumah, boleh saja kamu pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Namun, pastikan kamu telah memberi tahu orang di rumah tentang tujuanmu. Jangan asal kabur saja dan membuat semua orang bingung.
Kamu dapat bermalam di rumah saudara atau kakek dan nenek. Berada di rumah orang yang kamu kenal dengan baik menghindarkanmu dari berbagai potensi bahaya. Pasalnya, kondisi psikismu sedang tidak stabil.
2. Berceritalah hanya pada orang yang bisa dipercaya
Di saat seperti ini kamu pasti membutuhkan teman bicara. Kamu ingin menumpahkan unek-unekmu, mendapatkan ketenangan dan dukungan, mungkin juga masukan.
Kebutuhan ini terasa sangat mendesak buat segera dipenuhi. Namun, tetaplah berhati-hati dalam memutuskan pada siapa kamu hendak membicarakannya. Bagaimanapun, perceraian masih sering dianggap tabu.
Sembarangan mengajak bicara orang bisa-bisa hanya mendatangkan masalah baru untukmu. Misalnya, mereka mencecarmu perihal penyebabnya dan mengapa kamu tak mampu mencegah perceraian itu. Bukannya tenang, kamu justru bakal tambah tertekan.
Baca Juga: 5 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraian
3. Jaga fokusmu pada pendidikan atau pekerjaan supaya tak berantakan
Memang sukar untuk konsentrasimu tak terganggu sama sekali oleh masalah serius dalam hubungan orangtua. Walau demikian, berusahalah buat mempertahankan sisa-sisa konsentrasimu.
Meski itu berarti kamu perlu mengungsi ke rumah saudara atau ngekos, misalnya. Ingat, bukan kabur, ya. Intinya, agar kamu lebih tenang dan fokus saja. Jika pernikahan orangtuamu harus berakhir, pendidikan atau pekerjaanmu jangan sampai ikut berantakan.
Editor’s picks
4. Tak perlu memihak kalau tidak jelas siapa yang benar dan tertindas
Orangtuamu adalah dua orang dewasa. Mereka yang paling tahu masalahnya. Meski kamu boleh saja memberikan saran demi mempertahankan pernikahan mereka, pada akhirnya biarkanlah mereka menyelesaikannya sendiri.
Keberpihakanmu pada ayah akan melukai hati ibumu, begitu juga sebaliknya. Kecuali, ada alasan yang kuat untuk itu. Seperti salah satu menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran, atau perselingkuhan. Jika masalahnya lebih pada ketidakcocokan di antara mereka, bersikaplah netral.
5. Jangan melarikan diri ke hal-hal yang negatif
Seperti disebutkan dalam poin pertama, kondisi psikismu sedang tidak stabil. Kamu akan lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain, terutama dalam hal-hal negatif. Di samping itu, kemarahanmu pada orangtua juga dapat memunculkan keinginan untuk 'menghukum' mereka.
Dalam benakmu timbul pemikiran buat sengaja melakukan hal-hal buruk supaya mereka merasa bersalah bahkan malu. Pemikiran seperti ini menyesatkan. Sekalipun kamu berhasil 'menghukum' mereka, yang paling rugi tetap dirimu sendiri.
Kehidupanmu bakal rusak untuk selamanya apabila kamu tak mampu membebaskan diri dari hal-hal negatif tersebut. Ini serupa dengan keinginanmu buat merasakan lumpur di telapak kakimu. Namun yang terjadi kemudian, kamu justru terperosok begitu menginjaknya dan sulit keluar dari sana.
6. Tidak tergesa-gesa menganggap mereka tak menyayangimu
Sangat dimengerti apabila sekarang kamu berpikir keputusan orangtua untuk bercerai amatlah egois. Mereka seperti tidak mau tahu soal perasaan dan pendapatmu. Adalah hakmu buat merasa demikian.
Namun, suatu saat nanti kamu mungkin akan berubah pikiran. Seiring pertambahan usia serta pengalaman hidup, kamu membagi perceraian setidaknya dalam dua kategori.
Kategori pertama ialah perceraian sebagai dampak dari keegoisan suami istri. Pasangan seegois ini seolah-olah tak pernah dewasa dan terlalu mudah menjadikan perceraian sebagai solusi atas berbagai masalah.
Kategori kedua adalah perceraian sebagai jalan terbaik setelah seluruh upaya untuk mempertahankan rumah tangga gagal. Atau bahkan, keputusan tersebut diambil demi menyelamatkan jiwa dan raga pihak yang selalu tertindas termasuk kamu sebagai anak.
Tidak mudah memang menghadapi permasalahan orang dewasa yang serumit ini. Meski kamu juga bukan anak-anak lagi, manusiawi jika kamu tetap merasa terguncang. Jangan lupa untuk terus mendekatkan diri pada Tuhan. Ia sebaik-baik penolong dan pemberi ketenangan.
Baca Juga: 6 Cara Mengurangi Tekanan Psikis Pasca Perceraian
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.