Kisah Eli, Anak Petani Gurem yang Lulus Jadi Sarjana Kedokteran

Eli merupakan mahasiswa berprestasi

Jember, IDN Times - Cita cita menjadi seorang calon dokter tidak harus dari keluarga orang berpunya. Di Jember, Jawa Timur, terdapat anak seorang petani "gurem" yang mampu mengantarkan anaknya hingga lulus kuliah di fakultas kedokteran, Universitas Jember. Petani gurem, merupakan istilah untuk menyebut kelas petani yang tidak memiliki lahan persawahan, dan hanya menjadi buruh tani atau menyewa.

1. Anak buruh tani 

Kisah Eli, Anak Petani Gurem yang Lulus Jadi Sarjana KedokteranEli saat mengikuti proses wisuda di Universitas Jember. IDN Times/Istimewa

Febri Fatma Lailatul Laeli, S.Ked, merupakan anak petani gurem asal, Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan yang sanggup mewujudkan cita-citanya menjadi seorang sarjana kedokteran. Tinggal selangkah lagi, anak dari ayah Suyono dan Surip itu akan menjadi seorang dokter.

"Alhamdulillah, tahapan perkuliahan di Fakultas Kedokteran telah saya lalui dengan baik, tinggal mengikuti pendidikan profesi. Semoga juga diberi kelancaran agar cita-cita saya menjadi dokter dapat terwujud,” ujar Febri Fatma Lailatul Laeli yang akrab disapa Eli, Sabtu (20/2/2021).

Eli mengikuti wisuda pada hari ini, periode II tahun akademik 2020-2021 bersama 1.046 lulusan lain secara virtual. Eli merupakan mahasiswa yang meraih beasiswa Bidikmisi yang sekarang beralih menjadi KIP-Kuliah.

Eli mengatakan, sehari-hari ayahnya bekerja di sawah. Selain menjadi buruh tani, ia juga menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di musim hujan.

Ayah Eli juga jagung menanam jagung bila musin kemarau tiba. Bila ada uang lebih, ayahnya akan bertaruh keberuntungan dengan menanam tembakau.

"Kalau sedang tidak mampu menyewa lahan, ayah saya menjadi buruh tani," ujarnya.

2. Mendapat dukungan penuh orang tua 

Kisah Eli, Anak Petani Gurem yang Lulus Jadi Sarjana KedokteranProses wisuda berlangsung secara virtual di Universitas Jember. IDN Times/Istimewa

Perjuangan Eli untuk meraih cita-cita kuliah di jurusan kedokteran berawal dari prestasi yang diraih semasa sekolah di SMAN Ambulu. Lewat prestasinya, ia mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Saat mengikuti seleksi SNMPTN, Eli mantap memilih Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan selanjutnya.

"Awalnya sempat ragu juga dengan masalah biaya. Ternyata saat saya mengutarakan niatan masuk ke Fakultas Kedokteran orang tua sangat mendukung. Justru Bapak lah yang aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan, kenalan, bahkan kepada kakak kelas saya yang sudah kuliah. Maklum kemampuan kami terbatas sehingga harus benar-benar berhitung. Dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi membuat saya yakin bisa kuliah," jelasnya.

dm-player

Eli melanjutkan, sejak kecil ia sudah memiliki cita cita menjadi seorang yang bekerja sebagai tenaga kesehatan.

“Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya dokter sebab menurut saya profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang," katanya.

Baca Juga: Unej Jadi Klaster Baru, 17 Pegawai Positif COVID-19 Setelah Dites Swab

3. Calon dokter pertama di desanya 

Kisah Eli, Anak Petani Gurem yang Lulus Jadi Sarjana KedokteranEli sarjana kedokteran saat bersama kedua orangtuanya. IDN Times/Istimewa

Selama kuliah di fakultas kedokteran, Eli tidak menyiakan kesempatan kuliah lewat Bidikmisi. Sebab bila waktu maksimal tanggungan beasiswa habis, ia harus menanggung biaya semester. Eli selalu membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.

“Biasanya saya belajar di dini hari menjelang sholat shubuh agar lebih konsentrasi, berusaha belajar sungguh-sungguh supaya harapan orang tua agar saya jadi dokter terwujud, apalagi belum ada warga desa kami yang jadi dokter,” jelasnya.

Selama menjalani kuliah, Eli juga sering membantu orang tuanya di sawah saat pulang ke rumah. Ia tidak malu meski telah dikenal sebagai seorang calon sarjana kedokteran yang terkesan elit.

“Jika Bapak sedang menanam tembakau, maka saya ikut memetik tembakau di pagi hari kemudian diteruskan di sorenya dengan mempersiapkan tembakau untuk proses dikeringkan, atau dalam istilah di desa kami disebut sujen. Sementara jika belum panen yah saya membantu Bapak ikut membersihkan rumput dan gulma di sawah,” ujarnya.

Eli berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yakni 3,71. Capaian nilai tersebut tidak hanya ia habiskan hanya dengan di bangku kuliah. Eli juga aktif di organisasi mahasiswa dan aktif mengikuti lomba.

Pada tahun 2018, Eli pernah juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan juara ketiga karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Saat kuliah di fakultas kedokteran, Eli mengambil konsentrasi Agromedis, yakni aplikasi ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan masyarakat pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Dirinya mengenal betul jika masyarakat agraris memiliki permasalahan kesehatannya sendiri yang berbeda dengan komunitas lain.

“Kebetulan saya berasal dari keluarga petani, sehingga tahu permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, termasuk belum tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam bekerja di lahan. Semoga ilmu yang sudah saya terima di bangku kuliah dapat saya sumbangkan untuk kemaslahatan petani, paling tidak untuk warga desa saya,” katanya.

Sementara itu, Rektor Universitas Jember mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam gelaran wisuda Universitas Jember untuk kali pertama di tahun 2021 ini.

“Teruntuk para wisudawan, selamat atas keberhasilannya, walaupun pandemi COVID-19 belum berakhir, saya berharap tetap optimis menatap masa depan. Wisudawan harus tangguh, adaptif, kreatif dan inovatif,” tutur Iwan Taruna.

Baca Juga: Paling Diminati, Tahun Lalu FK Unej Hanya Terima 48 dari 1.171 Siswa

Mohamad Ulil Albab Photo Verified Writer Mohamad Ulil Albab

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya