Tips Bijak dari Najwa Shihab untuk Anak Muda Sikapi Isu Politik

Boleh punya pilihan, tetapi harus cukup matang untuk itu

Dalam annual event Indonesia Writers Festival (IWF) 2018 by IDN Times yang diselenggarakan oleh IDN Media di Jiwa Jawa Ijen Resort, Banyuwangi, salah satu pembicara yang ditunggu banyak orang ialah jurnalis profesional cantik nan inspiratif, Najwa Shihab.

Kali ini Mbak Nana, sapaan akrab Najwa Shihab, tidak mewawancara tokoh-tokoh yang terkait dengan kasus politik seperti program yang biasa dibawakannya. Tetapi lebih kepada mengajak anak-anak muda merenung mengenai dampak dari pesatnya perkembangan teknologi digital, pentingnya banyak baca buku dan literasi, hingga pesan bijak mengenai sikap generasi millennials terhadap isu politik yang sedang memanas menjelang Pilpres 2019.

Seru banget pokoknya. Bikin penasaran kan? Yuk, kita simak bersama!

1. Dunia berubah, kita harus ikut berubah

Tips Bijak dari Najwa Shihab untuk Anak Muda Sikapi Isu Politiktwitter.com/oh_miyu

Dunia berubah begitu cepat. Salah satu alasannya adalah teknologi yang mengubah hampir seluruh aspek kehidupan. Najwa Shihab menceritakan seorang pelukis tersohor dari Prancis yang bisa melukis sangat mirip dengan objek aslinya dan diprediksi karyanya akan bertahan lama. Tetapi kemudian setelah kamera ditemukan dan kemampuannya menjadi tidak lagi relevan.

Sama halnya dengan penyampaian informasi yang kini lebih banyak disampaikan melalui media digital dimana masyarakat dunia sudah beralih minat ke informasi audio visual. Media cetak sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkan.

Benjamin Franklin mengatakan "If we finished changing, we finished." Mau tidak mau sebagai partisipan yang hidup di era ini, kita harus mengikuti perubahan jika tidak ingin tertinggal.

2. Sebagai salah satu pengguna social media terbanyak di dunia, Indonesia rentan terkena virus hoax

Tips Bijak dari Najwa Shihab untuk Anak Muda Sikapi Isu PolitikIDN Times/Reza Iqbal

Hoax atau fake news adalah fenomena yang terjadi di seluruh dunia. Indonesia pun sangat rentan terserang virus dusta karena masyarakatnya senang berseliweran di media sosial. Hampir 60 persen orang yang berkomentar di media sosial adalah pemilik akun asal Indonesia. Hal ini menyebabkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab mudah sekali menghasut dan menipu melalui penyebaran informasi hoax dengan tujuan membuat kekacauan.

Walaupun begitu daya tahan millennials terhadap kecepatan informasi dipercaya lebih kuat daripada generasi analog, yaitu generasi bapak-ibu kita yang dahulu menerima informasi hanya melalui media cetak, televisi dan radio saja. Mereka seakan terkaget-kaget dengan begitu cepatnya perubahan teknologi sehingga tidak menyadari informasi yang diterima hoax atau fakta. Tak heran tidak sedikit dari generasi bapak dan ibu kita yang mudah terprovokasi oleh share hoax di Whatsapp, Facebook dan Instagram.

Kita sebagai millennials yang paham teknologi, berkewajiban untuk ikut memberantas virus hoax dengan cara mencari informasi dari sumber aslinya dan mengklarifikasi fakta yang sesungguhnya.

dm-player

Baca Juga: Keseruan Indonesia Writers Festival 2018, Berlatarkan Alam Banyuwangi

3. Walau saat ini era-nya pencarian informasi melalui teknologi digital, millennials tidak boleh meninggalkan buku.

Tips Bijak dari Najwa Shihab untuk Anak Muda Sikapi Isu PolitikIDN Times/Reza Iqbal

Sejak 2016 dipilih menjadi Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab tak henti mengkampanyekan pentingnya membaca buku ke seluruh pelosok negeri. Buku adalah sumber literasi dan darinya kita jadi melek sejarah, berwawasan luas dan tidak mudah dibohongi.

4. Tips dari Mbak Najwa Shihab agar anak muda bijak menyikapi isu politik

Tips Bijak dari Najwa Shihab untuk Anak Muda Sikapi Isu Politiktwitter.com/oh_miyu

Dedek-dedek, begitu Najwa Shihab menyebut generasi millennial, akan sangat berbahaya jika menjadi anak muda yang 'merasa tahu politik'. Hal ini dikemukakan Najwa melihat pengguna media sosial saat ini sebagian besar adalah anak muda. Dan pertarungan politik terjadi di dunia maya.

Masa muda identik dengan masa pencarian jati diri. Seringkali anak muda merasa identitasnya dikuatkan dengan bergabung ke suatu kelompok. Dan yang lagi marak saat ini adalah Pilpres 2019. Media digital menjadi arena pertarungan politik yang sebagian besar pelakunya adalah anak muda yang mencari identitas dan fanatisme buta. Kalau tidak tergolong 'cebongers' ya berarti 'kampreters'. Isinya adalah komen berupa caci maki dan saling serang. Bahkan ada juga yang mahir mengedit foto serta membuat meme tapi tidak tahu dampak dari editan fotonya.

Agar tidak mudah terjerat provokasi dan ikut-ikutan menyebar fitnah, saran Mbak Nana antara lain:

  1. Harus mau belajar sedikit-sedikit tentang politik dengan banyak membaca dan mencari tahu dari pakarnya jangan dari orang yang tidak jelas.
  2. Harus punya pengetahuan khazanah sejarah biar tidak gampang dibohongi.
  3. Harus punya kematangan emosi untuk mengartikulasikan pilihannya, agar tidak mudah marah-marah dan memaki.
  4. Banyak bergaul terutama dalam komunitas yang mengajarkan kita menerima perbedaan dan toleransi secara positif.
  5. Jangan mudah percaya dari satu sisi informasi saja. Cari tahu informasi dari berbagai sumber berbeda sebanyak-banyaknya

 

"Anak muda boleh menunjukkan keberpihakan, tetapi pastikan kamu sudah melalui proses matang untuk berada dalam posisi itu", ujar Mbak Nana.

Bagaimana denganmu? Apakah sudah siap menjadi pemilih di Pilpres 2019? Mari kita saling menghargai perbedaan pendapat dan memilih dengan damai ya.

Baca Juga: 8 Kutipan Tegas Najwa Shihab yang Bikin Melek Millennial

muezzatika Photo Writer muezzatika

It's a must to work hard, but don't forget to pray harder ^-^

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya