Cegah Kekerasan Seksual, The Body Shop Indonesia Buka Kelas Edukasi

#IDNTimesLife Sekaligus mengenalkan konsep No! Go! Tell!

Kasus kekerasan terhadap anak, termasuk Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Bahkan, tercatat pada 2015 silam ditemukan sebanyak 1.975 kasus dan meningkat jadi 6.820 kasus di tahun 2016. 

Menyadari permasalahan tersebut, The Body Shop Indonesia melalui rangkaian kampanye terbarunya, yakni No! Go! Tell! (Katakan Tidak, Jauhi, Laporkan) membuka kelas edukasi bertema perlindungan anak. Acara yang diselenggarakan pada Kamis (15/07/2021) ini menghadiri Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia.

Dalam kelas yang berlangsung selama 90 menit ini, Sigit memaparkan tentang apa itu kekerasan seksual termasuk bentuk kekerasan yang biasa menyerang dan cara mencegahnya. Tanpa berlama-lama lagi, mari simak informasi yang disampaikan Sigit dalam ulasan berikut.

1. Salah satu faktor yang memengaruhi maraknya kekerasan seksual adalah adanya bias dari personal value

Cegah Kekerasan Seksual, The Body Shop Indonesia Buka Kelas EdukasiKelas Edukasi tentang Perlindungan Anak bersama Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia yang diselenggarakan oleh The Body Shop Indonesia. 15 Juli 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Perlindungan bagi anak terhadap segala bentuk kekerasan, apalagi kekerasan seksual pada dasarnya wajib diberikan oleh negara. Terkait hal ini, Sigit menyampaikan bila salah satu faktor yang memengaruhi maraknya kekerasa seksual bisa jadi berkat adanya bias dari personal value.

"Salah satu faktor yang mempengaruhi maraknya kekerasan seksual adalah adanya bias dari personal value yang bertentangan dengan norma yang ada. Maka dari itu, Yayasan Plan Indonesia memprioritaskan mekanisme safeguarding untuk mengurangi kasus kekerasan seksual yang rentan dialami anak-anak, kaum muda, dan disabilitas," katanya. 

2. Selain itu, kesenjangan pengetahuan juga meningkatkan risiko rentannya kekerasan pada anak dan perempuan, bahkan di dunia digital

Cegah Kekerasan Seksual, The Body Shop Indonesia Buka Kelas EdukasiKelas Edukasi tentang Perlindungan Anak bersama Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia yang diselenggarakan oleh The Body Shop Indonesia. 15 Juli 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Ia juga menuturkan bila ada banyak faktor lain yang bisa memicu kerentanan suatu kelompok mengalami kekerasan seksual. Misalnya, karena faktor norma, budaya, relasi kuasa, bahkan kesenjangan pengetahuan.

"Adanya perbedaan pengetahuan, terkait di dunia digital, juga sangat berisiko meningkatkan kerentanan terhadap anak dan perempuan. Kekurangtahuan seseorang terhadap hal yang dilakukan bisa menjadikan dampak buruk bagi orang lain," jelasnya.

Sigit pun menambahkan contoh dari kekerasan yang terjadi akibat kesenjangan pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain.

"Misalnya, bila ada seseorang yang terbiasa melakukan kekerasan dan menganggap bila itu bukan kekerasan karena dalam konteks bercanda atau ketidaktahuan, itu bisa membuat kerentanan bagi anak dan perempuan," ceritanya.

3. Dampak kekerasan terhadap anak pun gak hanya berupa masalah fisik maupun psikis, melainkan juga menyangkut tingkat kemiskinan suatu daerah

dm-player
Cegah Kekerasan Seksual, The Body Shop Indonesia Buka Kelas EdukasiKelas Edukasi tentang Perlindungan Anak bersama Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia yang diselenggarakan oleh The Body Shop Indonesia. 15 Juli 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Akibatnya, kekerasan terhadap ini gak hanya menimbulkan masalah fisik maupun psikis saja. Bila ditarik lebih jauh lagi, Sigit mengatakan bila tingkat kekerasan terhadap anak yang tinggi bisa akan diikuti oleh tingkat masalah ekonomi yang kian tinggi juga. Artinya, dapat dikatakan bila adanya kekerasan terhadap anak dapat memicu tingkat kemiskinan dari suatu daerah. 

"Saat anak mengalami kekerasan tumbuh kembangnya akan terganggu, kesempatan dia untuk belajar dan sekolah itu jadi terganggu, sehingga bila pertumbuhan dan perkembangannya terganggu, di masa dewasa dia akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Dengan kata lain, kekerasan terhadap anak memiliki dampak buruk pada pertumbuhan ekonomi pada suatu kota, kabupaten, atau daerah tertentu," terangnya. 

Baca Juga: 5 Cara Cegah Kekerasan Seksual melalui Kampanye No! Go! Tell! 

4. Maka dari itu, hal pertama yang harus dilakukan terkait kekerasan seksual adalah pencegahan, kemudian baru merespons. Jangan sebaliknya!

Cegah Kekerasan Seksual, The Body Shop Indonesia Buka Kelas EdukasiKelas Edukasi tentang Perlindungan Anak bersama Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia yang diselenggarakan oleh The Body Shop Indonesia. 15 Juli 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Berbicara tentang kekerasan, Sigit juga memberikan pesan bila hal pertama dan paling penting yang harus dilakukan terlebih dahulu dalam menyikapi permasalahan tersebut adalah pencegahan. Setelah itu, baru kemudian kamu bisa memberikan respons pada korban atas kejadian yang menimpanya. 

"Hal pertama yang harus kita lakukan adalah pencegahan, kemudian baru merespons. Jangan sampai merespons terlebih dahulu baru mencegah. Setelah adanya respons dan perubahan, maka bisa masuk ke tahap selanjutnya, yakni rujukan," tegasnya.

5. Dalam memberikan respons, kamu bisa membuat safe space untuk membantu korban kekerasan

Cegah Kekerasan Seksual, The Body Shop Indonesia Buka Kelas EdukasiKelas Edukasi tentang Perlindungan Anak bersama Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia yang diselenggarakan oleh The Body Shop Indonesia. 15 Juli 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Terakhir, dalam memberikan respons Sigit memberikan tips yang bisa dilakukan agar tidak membuat korban kekerasan merasa lebih buruk. Menurutnya, ada tiga hal yang bisa kita lakukan, terutama fokus dalam membuat safe space bagi korban kekerasan. 

"Ada tiga hal yang  bisa kita lakukan untuk membuat safe space bagi korban kekerasan yaitu mendengarkan tanpa  memaksa, tidak menyebarkan cerita tanpa konsen korban, dan membantu korban dalam proses  pelaporan kasus," ucapnya.

 

"Kita tidak boleh bertanya dan langsung menggali ketika ada teman yang mengalami kekerasan. Usahakan agar kita bisa menjadi tempat bercerita, tempat curhat ketika ada orang yang mengalami hal tersebut," tambahnya.

Demikian ulasan mengenai pencegahan dan perlindungan korban kekerasan yang bisa kamu pelajari dari Kelas Edukasi bersama Sigit Wacono, selaku Child Protection Advisor Yayasan Plan International Indonesia. Mari bantu cegah kekerasan seksual, yuk!

Baca Juga: 5 Manfaat Edukasi Seksual pada Anak, Jadi Menghargai Diri Sendiri!

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya