5 Fakta Tulak Bola, Tradisi Menolak Bala Bersama-sama dari Pasaman

Dilakukan jika ada musibah yang melanda

Pasaman merupakan salah satu kabupaten di Sumatra Barat yang dikenal dengan tradisinya yang masih sangat kuat. Di kabupaten ini dapat dijumpai kepercayaan dan kebiasaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat.

Salah satu tradisi dari Pasaman yang cukup jarang dibahas adalah tulak bola atau tolak bala. Tradisi ini biasanya dilakukan untuk menolak bala yang datang pada suatu kampung. Berikut ini fakta-faktanya yang menarik untuk disimak!

1. Dilaksanakan saat ada musibah yang menyerang kampung

5 Fakta Tulak Bola, Tradisi Menolak Bala Bersama-sama dari Pasamanilustrasi orang sakit sedang minum obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Tradisi tulak bola dilakukan saat ada bala atau musibah yang melanda suatu kampung. Musibah itu dapat berupa wabah penyakit yang menjangkit penduduk, terjadinya gagal panen, atau munculnya berbagai hama pada tanaman yang ditanam.

Tulak bola juga dilakukan apabila seorang atau sebagian penduduk melihat wujud balanya (api yang menyerupai bentuk-bentuk tertentu). Jadi, jika dirasa sudah ada yang melihat wujud bala, penduduk kampung biasanya akan mulai memikirkan bagaimana cara agar bala itu dapat diusir.

2. Harus dilakukan oleh dua kampung secara bersama-sama

5 Fakta Tulak Bola, Tradisi Menolak Bala Bersama-sama dari Pasamanilustrasi orang berunding (unsplash.com/Ave Calvar)

Tradisi tulak bola harus dilakukan oleh dua kampung secara bersama-sama. Hal itu karena jika hanya satu kampung yang melakukannya, dikhawatirkan bala yang ditolak justru singgah ke kampung yang lain.

Tulak bola dilakukan setelah para sesepuh di kedua kampung berunding. Misalnya, kampung A berada di sebelah kampung B. Apabila kampung A ini menjadi kampung yang didatangi bala, maka sesepuh dari kampung A akan mengajak sesepuh dari kampung B berunding mengenai pelaksanaan tulak bola.

Setelah para sesepuh dari kedua kampung sepakat, pelaksanaan tulak bola kemudian akan diumumkan di surau-surau atau masjid. Jadi, penduduk dari kedua kampung akan berkumpul di satu titik, biasanya di hutan yang membatasi kedua kampung, lalu secara bersama-sama menolak bala yang ada.

Baca Juga: 14 Tradisi Menyambut Ramadan di Berbagai Kota di Indonesia

3. Perempuan dan anak-anak dianjurkan untuk tetap berada di rumah

dm-player
5 Fakta Tulak Bola, Tradisi Menolak Bala Bersama-sama dari Pasamanilustrasi anak-anak tinggal di rumah (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Tulak bola tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan. Tradisi ini biasanya hanya dilakukan oleh laki-laki, sedangkan anak-anak dan para perempuan lebih dianjurkan untuk tetap berada di rumah.

Setelah tulak bola diumumkan, penduduk di kampung akan berkumpul di lapangan dan mengelilingi kampung dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Setelah itu barulah mereka berkumpul dengan penduduk di kampung sebelahnya di perbatasan kedua kampung untuk menolak bala.

4. Selama tulak bola dilakukan, setiap rumah harus mematikan lampu dan menutup pintu

5 Fakta Tulak Bola, Tradisi Menolak Bala Bersama-sama dari Pasamanilustrasi warga berkeliling kampung membawa obor (unsplash.com/firman fatthul)

Penduduk yang melaksanakan tulak bola harus membawa obor ketika berkumpul. Masyarakat setempat percaya bahwa bala yang ditolak itu menyukai cahaya dan membawa obor adalah cara yang tepat untuk memancing bala tersebut.

Ketentuan yang sebaliknya berlaku untuk mereka yang tidak ikut melaksanakan tradisi ini. Penduduk yang berada di rumah harus mematikan setiap lampu dan menutup pintu rumah. Jika ada satu saja lampu yang dihidupkan, konon rumah itu akan didatangi oleh bala yang diusir.

Kedatangan bala ditandai dengan adanya suara orang yang memanggil dan mengetuk pintu sang empunya rumah ketika sudah tengah malam. Jika hal tersebut terjadi, sang empunya rumah tidak dibenarkan untuk menjawab atau membukakan pintu karena jika dilakukan ia akan sakit dan meninggal.

5. Ada berbagai bentuk bala yang mengharuskan pelaksanaan tulak bola

5 Fakta Tulak Bola, Tradisi Menolak Bala Bersama-sama dari Pasamanilustrasi bola api (unsplash.com/Daniel Park)

Wujud atau bentuk dari bala yang mengharuskan penduduk Pasaman melaksanakan tradisi tulak bola ada beragam. Bala dapat berwujud api yang menyerupai bola, pedati, dan obor.

Sebagai contoh, ada seorang warga yang dari kejauhan melihat seseorang membawa obor di malam hari. Namun, ketika didekati ternyata tidak ada orang, melainkan hanya obor itu sendiri yang berjalan. Maka dapat dipastikan itu adalah salah satu bentuk bala dan harus segera ditolak dari kampung tersebut.

Jika kamu berkunjung ke Pasaman, kamu mungkin akan mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan tradisi tulak bola di sana. Apakah di daerahmu hingga sekarang juga masih ada tradisi sejenis ini?

Baca Juga: 7 Tradisi Masyarakat Jawa untuk Menyambut Bulan Ramadan 

Nunung Munawaroh Photo Verified Writer Nunung Munawaroh

Anyeong!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya