[PUISI] Kenangan Selepas Pergimu

Katamu pamit sebentar, tapi kau tak bisa ditarik ulur

Saat itu aku duduk di depanmu, kita sama-sama menatap semesta.
Namun, semesta dan hati kita sedang berlarian di luar kepala, menciptakan cenung tanpa sengaja.
Kemudian, mata kita saling menumbuhkan gelak tawa tak terkira, sudah ribuan kilo perjalanan ditempuh.
Aku!
Mencuri - curi celah untuk melihat keringatmu menetes dengan sempurna, mendarat tepat di kedua pelipismu.
Lalu aku mencoba mengacak -acak rambutmu, barangkali ketombe yang pura-pura kukatakan benar ada.
Kau hanya menyisakan senyum mahal seperempat sungging, sedang aku yang sedari tadi yang masih rajin mengusilimu berhenti sejenak.
Menyisakan dua tangan yang kembali digenggam lalu saling berkata "Cukup Kita, semesta dan sang pencipta untuk menemani suka duka romantis kita" .
Aku mengangguk paham, seterusnya pundakmu berpamitan untuk absen beberapa sesi dari kehidupanku.
Katamu sebentar, tapi kata orang kau sudah tidak bisa ditarik ulur.
Hanya kenangan manis, perasaan, dan perjanjian yang kau tinggalkan.
Selebihnya aku merapikan lagi kenangan yang teramat pekat hingga muncul mendung-mendung yang berujung pada sedu sedan; sebab kau.

dm-player

Ruteng, Juli 2019.

Baca Juga: [PUISI] Jika Aku Jatuh

Mutiara Hami Photo Writer Mutiara Hami

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya