6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hidup

Sesekali tidak masalah untuk dilakukan

Jadwal kuliah dan tugas yang padat, pekerjaan kantor yang menumpuk, berada dalam lingkungan dan suatu hubungan yang tidak menyenangkan, terkadang membuat kita ingin lari dan meninggalkan semua hal tersebut, ya?

Padahal kata orang, lari dari realita atau kenyataan seperti diatas tidak boleh dilakukan.

Namun, nyatanya "lari dari kenyataan" sesekali perlu untuk dilakukan demi kebahagiaan diri, lho! Dalam konteks psikologi, pelarian yang perlu dilakukan dalam hidup itu disebut dengan eskapisme. Apa, sih?

1. Apa itu "eskapisme"?

6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hiduppexels.com/Pragyan Bezbaruah

Banyak orang yang menganggap bahwa kenyataan hidup haruslah dihadapi. Lari dari kenyataan dianggap sebagai bentuk ketidak bertanggung jawabnya diri dari kehidupan yang dijalani.

Tapi jika hal tersebut dapat mengganggu keberlangsungan hidup seseorang yang mengalami kenyataan dan biasanya tidak mengenakan tersebut, pelarian sangat dibutuhkan.

Eskapisme atau pelarian merupakan sebuah tindakan yang dilakukan seseorang untuk menarik diri dan menjauhi hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya. Sesekali, pelarian diri ini sebenarnya harus dilakukan demi kesehatan mental.

Dengan kata lain, orang tersebut lari dari kenyataan yang sedang dihadapi, dengan tujuan sebenarnya untuk menyelamatkan kehidupan masa depan yang lebih baik.

2. Pro dan kontra sebuah "eskapisme"

6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hiduppexels.com/mikoto

Jika dilakukan sesekali dengan cara yang benar, eskapisme sangat boleh untuk dilakukan. Lalu hal tersebut dilakukan dengan tujuan mengistirahatkan dan membuat diri lebih kuat menghadapi realita yang sedang dihadapi.

Ada banyak cara eskapisme yang dapat dilakukan, seperti membaca buku favorit, menonton film, travelling, mengerjakan hobi yang sempat tidak dilakukan karena rutinitas yang menjenuhkan, bahkan tidur pun bisa dilakukan sebagai upaya eskapisme.

Namun, pro dan kontra biasanya memiliki perbedaan yang sangat tipis. Di sisi lain, eskapisme perlu dilakukan. Tapi di sisi lain ia akan menambah masalah-masalah yang lebih besar.

Ketika eskapisme dilakukan tanpa kontrol diri yang baik, ia justru akan membuat orang lupa dan tidak berusaha untuk menyelesaikan masalah dan realita yang sedang dihadapi. Karena terlalu asyik dan terlena dengan "eskapisme" yang salah tersebut.

Baca Juga: 5 Dampak Positif Akan Kamu Rasakan Saat Menyendiri, Mau Cobain?

3. Eskapisme positif

6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hiduppexels.com/Negative Space

Eskapisme positif adalah bentuk pelarian yang memberikan manfaat seperti hiburan dan tentunya membuat diri lebih sehat. Ada banyak "pelarian" baik yang dapat dilakukan ketika merasa jenuh bahkan mengalami depresi dari kenyataan tidak mengenakan tersebut.

dm-player

Seperti bermain game, mendengarkan musik, menonton film, membaca buku favorit, travelling, kumpul bersama teman, melakukan hobi, hingga tidur dapat dilakukan sebagai upaya dalam menjalankan eskapisme yang sehat dan positif.

Eskapisme diatas dapat membuat emosi dan suasana hati kembali menjadi baik, dan mendatangkan manfaat jika dilakukan dengan benar tanpa melupakan masalah yang ada. 

4. Eskapisme negatif

6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hiduppexels.com/Pixabay

Semua hal di dunia ini bagaikan dua belah mata pisau, memiliki hal baik di satu sisi, dan hal buruk di sisi yang lain. Eskapisme yang dilakukan dikatakan negatif, jika ia memberikan kesenangan hanya di awal saja, namun justru menimbulkan masalah di akhir.

Seperti melakukan "eskapisme positif" yang berlebihan dengan melupakan masalah sama sekali. Makan boleh saja membuat suasana hati menjadi baik, namun makan berlebih akan membuat masalah baru. Seperti kenaikan berat badan misalnya.

Mungkin para perempuan, kebanyakan akan melampiaskan kekesalan hati dengan belanja, boleh saja. Tapi sifat belanja yang berlebihan atau impulsif akan memberikan dampak buruk di kemudian hari.

Seperti kehabisan uang sebelum waktunya, tagihan yang membengkak, bahkan penyesalan karena telah membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan.

5. Tips Eskapisme #1: "Think right, do right!"

6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hiduppexels.com/Pixabay

Selalu pastikan eskapisme yang dilakukan tidak merugikan. Pelarian di luar batas kewajaran, justru akan menimbulkan masalah di lain waktu. Dan biasanya, masalah tersebut akan lebih berat dari masalah sebelumnya. 

Seperti penyesalan karena kehilangan waktu berharga ketika melakukan "eskapisme positif" yang kebablasan. Hingga tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dari masalah yang tidak terselesaikan tersebut, akan menimbulkan masalah baru yang lebih rumit.

Salah satu contoh yang lebih mengerikan, melarikan diri dari masalah dengan menggunakan obat-obatan terlarang. Masalah bisa dilupakan, tapi kecanduan dan hukum adalah masalah baru yang lebih berat lagi.

6. Tips Eskapisme #2: Mengetahui dengan benar untuk apa dan hal yang dibutuhkan oleh diri sendiri

6 Fakta Eskapisme, Ketika Lari dari Kenyataan Diperlukan dalam Hiduppexels.com/Engin Akyurt

Contohnya, ketika jenuh dengan sebuah tugas kuliah atau pekerjaan kantor yang menumpuk. Cobalah sejenak untuk melakukan aktifitas lain yang membuat suasana hati dan pikiran menjadi lebih segar, menonton film bergenre komedi misalnya.

Ketika suasana hati maupun pikiran sudah lebih baik, segera kembali pada tugas dan pekerjaan agar cepat terselesaikan.

Itulah beberapa fakta tentang eskapisme. Terkadang "lari dari kenyataan" perlu dilakukan, kok demi kebaikan diri sendiri. Namun tetap harus dalam aturan agar tidak kebablasan. Jadi, sudah siapkah kamu melakukan eskapisme ketika diperlukan?

Baca Juga: 5 Alasan Menjadi Pribadi yang Suka Menyendiri Tidak Melulu Buruk

Aqeera Danish Photo Verified Writer Aqeera Danish

edith

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya