IWF 2020: Agus Noor, Menulis Bisa Menyelamatkan Diri dari Kegilaan! 

Setiap orang punya alasan sendiri dalam menulis #IWF2020

Sastrawan, novelis, dan cerpenis adalah sosok yang digambarkan dari seorang Agus Noor. Ia sudah malang melintang di dunia tulis menulis sejak tahun 1990 hingga sekarang. Telah banyak karyanya yang dikenal masyarakat seperti Matinya Toekang Kritik, Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia, Jalan Asmaradana, Cerita Buat Para Kekasih, dan tentu masih banyak lainnya.

Dalam kesempatan ini, IDN Times mengadakan Indonesia Writers Festival 2020 dalam sesi "Riset dalam Penulisan Novel" bersama Agus Noor. Kegiatan yang bisa diikuti secara daring ini membahas tentang banyak hal terkait dunia kesusastraan, tips and tricks dalam menuliskan sebuah naskah, dan juga hal-hal yang memotivasi lainnya.

Baginya menulis bisa menyelamatkan diri dari kegilaan. Kenapa begitu? Yuk, intip lima hal penting yang disampaikan Agus Noor dalam talkshow IWF 2020 berikut.

1. Apapun motivasi dalam menulis tidak ada yang salah 

IWF 2020: Agus Noor, Menulis Bisa Menyelamatkan Diri dari Kegilaan! unsplash.com/Bermix Studio

Seorang penulis pastinya memiliki banyak latar belakang yang memotivasi dirinya dalam menulis. Menurutnya, menulis itu adalah pilihan setiap individu sehingga tidak ada salah atau benar untuk pilihan tersebut. Apakah seseorang menulis untuk selera pasar, menjadi best seller, atau terkenal itu sah-sah saja. Asalkan itu adalah pilihan yang sadar dan kamu memperjuangkannya.

Sedangkan baginya, menulis adalah caranya dalam menyelamatkan diri dari kegilaan. Di eranya menulis adalah tentang bagaimana cara memperjuangkan pikiran dan gagasan. Jadi, menulis juga sepertinya bisa berangkat dari keresahan individu tentang suatu hal yang kemudian mampu dituangkan dalam tulisan.

2. Substansi riset dalam menulis antara dulu dan sekarang tidak terlalu berbeda 

IWF 2020: Agus Noor, Menulis Bisa Menyelamatkan Diri dari Kegilaan! unsplash.com/ Thomas Drouault

Menurutnya zaman memang berubah tetapi ada hal-hal yang masih tetap sama, yakni kepekaan penulis, komitmen dan juga apa yang menjadi fokus dalam penulisan. Zaman sekarang mungkin orang lebih banyak mencari sumber secara online, dan orang dulu akan banyak mencari ke perpustakaan atau ke akses data lain.

Namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa fokus dan tau apa yang kita ingin cari dalam riset. Kita hanya perlu mencari klarifikasi, baik dengan turun ke lapangan, atau pun menggunakan metode riset lainnya. Empati dan kepekaan saat menghadapi fakta atau riset lapangan untuk bertemu langsung dengan orang yang kompeten terhadap isi tulisan kita juga penting.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Poin Penting yang Harus Penulis Miliki ala Agus Noor

3. Riset dalam penulisan selain sebagai seni juga bisa menemukan cara pandang lain 

IWF 2020: Agus Noor, Menulis Bisa Menyelamatkan Diri dari Kegilaan! pixabay.com/Kaboompics
dm-player

Dalam riset saat melakukan penelitian kita akan dihadapkan pada banyak pilihan dalam menuangkan sebuah ide. Hal yang paling ditekankan Agus adalah kepekaan, empati dan perasaan saat menghadapi fakta saat riset lapangan.

Kita akan bisa merasakan emosi, getar suara, ekspresi, tatapan mata dari orang-orang yang menjadi sumber penulisan. Sehingga kita bisa menemukan sudut pandang yang menarik yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.

4. Menjadi pendengar yang baik adalah cara untuk meningkatkan sensibilitas 

IWF 2020: Agus Noor, Menulis Bisa Menyelamatkan Diri dari Kegilaan! unsplash.com/Christin Hume

Riset dalam penulisan itu bahkan bisa dilakukan dengan lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Misalkan hanya dengan mendengarkan curhat seorang teman itu adalah salah satu hal untuk bisa ‘peka terhadap momentum’. Kita harus berpikiran terbuka dengan tidak pernah memaksakan pandangan kita, meskipun kita tidak setuju.

Kita bisa menemukan ekpresi seseorang saat sedang bercerita yang bisa dijadikan highlight tokoh yang ingin kita buat. Dan biasanya para penulis peka terhadap hal tersebut. Sudut pandang yang unik tersebut akan mampu meningkatkan sensibilitas penulis.

5. Pengalaman impersonal dan sosial sebagai sumber inspirasi juga penting 

IWF 2020: Agus Noor, Menulis Bisa Menyelamatkan Diri dari Kegilaan! unsplash.com/Ben White

Mencari sumber inspirasi ternyata tidak hanya dari hal yang terlihat sulit saja. Bahkan menurutnya, sekelas Pramoedya Ananta Toer dan banyak penulis Perancis menggunakan diskusi dengan teman-temannya sebagai sumber inspirasi. Atau kita bisa ‘meminjam’ cara berpikir orang lain sebagai bahan dalam penulisan untuk bisa diolah bersama gagasan kita.

Membuat tulisan yang baik itu ternyata ada banyak indikator dan alasan di dalamnya ya. Nah, buat para penulis pemula yang ingin mulai menulis bisa mempertimbangkan hal-hal yang telah disampaikan oleh Agus Noor di atas. Selamat melanjutkan literasi!

IDN Times menggelar Indonesia Writers Festival 2020. Acara yang juga dikenal dengan IWF 2020 ini adalah pertemuan independen yang berkomitmen untuk memberdayakan Indonesia melalui bidang menulis. Acara dengan slogan Empowering Indonesians Through Writing ini dilangsungkan pada 21 hingga 26 September 2020 melalui zoom dan Youtube channel IDN Times.

IWF 2020 sendiri menghadirkan lebih dari 20 pembicara kompeten di berbagai latar belakang seperti Nadin Amizah, Sal Priadi, Agus Noor, Ivan lanin, Tsana, Kalis Mardiasih, dan masih banyak lainnya.

Simak terus keseruannya di situs idntimes.com, ya!

Baca Juga: IWF 2020: 5 Hal yang Sering Bikin Para Editor Kesal, Hindari Yuk!

It's Me, Sire Photo Verified Writer It's Me, Sire

A dusk chaser who loves to shout in the silence..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya