Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebal

Inspirasi Ramadan IDN #Part12

Kita tentu sudah terbiasa diajarkan untuk hidup di dalam keberagaman. Indonesia sendiri merupakan negara dengan suku plural dan agama yang heterogen. Tenggang rasa merupakan hal yang patut ditanamkan dalam masing-masing pribadi, jika ingin sukses hidup beriringan meski warna kulit, kebudayaan, dan keyakinan tak sama.

Adanya banyak keyakinan berbeda di Indonesia juga memunculkan ragam institusi di negeri ini yang berlandaskan keyakinan tertentu. Misalnya saja sekolah muslim, universitas Kristen, atau asrama Katolik. Keberadaan institusi tersebut bukan bermaksud mengotak-ngotakkan, karena tidak ada diskriminasi ketika ketika ada individu berkeyakinan lain masuk ke salah satu institusi tersebut. Justru, mereka mendapat pelajaran berharga yang bisa digunakan sebagai bekal kehidupan mendatang.

Seperti salah satu pengalaman kawan saya yang akrab disapa Bilqista Hernindya Pradnyaparamitha, 25 tahun. Seorang muslim yang tinggal di Asrama Katolik di kota pelajar, Yogyakarta, selama empat tahun.

1. Masuk ke lingkungan yang berbeda tentu ada penyesuaian di sana-sini, tapi ini bukan halangan yang berarti.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebaldeseretnews.com

Tentunya, adaptasi dibutuhkan saat pertama kali masuk ke asrama Katolik. Salah satunya adalah masalah ibadah. Di luar itu, tak ada kerepotan dalam beradaptasi. Peraturan yang dibuat oleh asrama justru membuat semua orang yang tinggal di dalamnya (apapun agamanya) lebih disiplin dan menghargai waktu. Bahkan, asrama Katolik yang ditinggali oleh banyak orang dari suku berbeda bisa jadi pelajaran penting untuk lebih bertenggangrasa.

2. Berdoa dan ibadah bukan jadi hal sulit, mereka tak masalah berbagi ruangan untuk salat.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebalbaikaja.com

Beribadah di asrama Katolik bagi mereka yang beragama non-muslim tidaklah sulit. Sebab, para penghuni asrama akan sangat senang menyediakan ruangan untuk salat. Mereka juga akan hening sejenak untuk tidak ribut ketika Maghrib tiba. Bahkan, saling memperingatkan yang lain untuk tidak berisik karena ada salah satu teman yang sedang beribadah menurut keyakinannya.

3. Ketika jam doa tiba, semua warga asrama diwajibkan berdoa kecuali yang berbeda keyakinan.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebalabc7chicago.com

Di asrama Katolik, jam berdoa terbilang ketat. Ada doa pagi dan juga doa malam yang wajib dilakukan oleh semua warganya. Terutama pada bulan Mei dan Oktober yang menjadi bulan Maria. Semua umat Katolik rutin mengadakan doa Rosario. Namun, hal ini tentu bukan merupakan kewajiban bagi mereka yang tak memeluk Katolik. Tidak ada paksaan untuk ikut berdoa.

"Saya selalu diberikan waktu untuk ibadah saya sendiri."

4. Untuk makanan yang haram bagi umat muslim, mereka bakal mengingatkan dan tidak menjerumuskan, atau menggodanya hingga ingin mencoba.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebalberitakotaonline.com

Berbeda dengan umat Katolik yang tidak memiliki pantangan makanan dan minuman, umat Islam memiliki batasan tersendiri. Misalnya, minuman beralkohol dan makanan yang mengandung babi diharamkan bagi umat Islam. Aturan-aturan dasar tersebut telah dipahami warga Katolik yang tinggal di asrama. Mereka akan mengingatkan kami yang beragama Islam jika ada makanan atau minuman yang haram dikonsumsi. Bukan malah menjerumuskan atau menggoda kami untuk mencobanya.

dm-player

Baca juga : Inspirasi Ramadan : Indahnya Ramadan Bagi Seorang Mualaf

5. Puasa menjadi tantangan tersendiri, tapi niat berpuasa ditempa lebih kuat di sini.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebalpopsugar.com

Niat berpuasa justru menjadi semakin kuat dari lingkungan asrama ini. Jika sudah ada niat, maka godaan apapun bisa dijadikan penyemangat. Jadi, tidak masalah mau berpuasa di tengah umat muslim atau Katolik sekalipun, karena semuanya kembali pada diri sendiri. Yang penting adalah niatnya. Selain itu, di asrama juga menyediakan menu sahur bagi yang muslim, sehingga kami tidak perlu repot-repot mencari makanan di luar.

6. Kalau ada keinginan nggak puasa, justru teman-teman non-muslim yang mengingatkan untuk tetap teguh dan kuat menahan lapar dan dahaga.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebalnytimes.com

Keinginan untuk membatalkan puasa tentu saja pernah ada. Misalnya, karena cuaca sedang panas-panasnya atau ketika tak kuat menahan godaan di sekitar. Namun, seringnya peringatan untuk meneruskan puasa justru didapatkan dari teman-teman non-muslim. Mereka menghargai dan berusaha turut menjaga niat kami.

7. Saya memberi ucapan Selamat Natal, mereka mengucapkan Selamat Lebaran.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebaltwitter.com/ichalyssa25

Hari Raya merupakan hari bahagia bagi semua orang. Saat Natal, saya memberikan ucapan selamat, begitu sebaliknya. Ketika hari lebaran, umat nasrani pun tak segan untuk mengucapkan Minal Aidin wal Faizin. Semuanya berjalan selaras dan seimbang. Perbedaan justru membawa banyak kebahagiaan.

"Saya diberi ucapan selamat lebaran, saya pun balik mengucapkan selamat Natal. Selama bertahun-tahun ada dalam lingkup perbedaan agama, saya merasa tidak terancam maupun mengancam."

8.  Keberagaman itu indah. Saya dan mereka bisa hidup rukun di bawah atap yang sama.

Tinggal di Asrama Katolik Membuat Imanku Semakin Tebalblog.adidas-group.com

Pernah tinggal di asrama Katolik membawa banyak pelajaran. Mereka mengimani apa yang mereka percayai, begitu juga saya sendiri. Tidak pernah ada intervensi yang didapatkan. Saya bisa menjalankan kewajiban menurut agama saya dan keyakinan pribadi justru makin tebal. Kebahagiaan pun berlipat-lipat karena saya memiliki banyak kawan dari berbagai kalangan. Mulai dari yang beragama tak sama hingga dari suku yang berbeda.

"Asalkan kita memiliki toleransi dan iman yang kuat, perbedaan agama tidak menjadi halangan."

Baca juga : Inspirasi Ramadan: Meski Umat Kristiani, Aku Ikut Puasa Penuh

Topik:

Berita Terkini Lainnya