Aku Putuskan untuk Percaya Bahwa Aku Cantik, dan Hal Ini yang Terjadi Padaku

Belum pernah aku merasa sebebas ini

Harus keluar rumah dan menjalani peranku sebagai seorang Public Relations atau pelaku hubungan masyarakat membuatku harus berada dalam penampilan prima setiap saat. Dalam hal ini, sebagai cewek aku sedikit merasa dirugikan. Bagaimana tidak, kita, cewek, dinilai prima dan berada dalam penampilan maksimal hanya jika kita mempersiapkan diri dalam bentuk dandanan dan pakaian bagus. Mengapa cowok tidak pula diukur dengan hal yang sama dan usaha yang sama dengan kaum hawa?

Aku Putuskan untuk Percaya Bahwa Aku Cantik, dan Hal Ini yang Terjadi PadakuSumber Gambar: fashionstars.cc

Stereotipe bahwa cewek cantik adalah cewek yang wajahnya berselaput make-up dan memperhatikan penampilan sebagai atribut utama mau nggak mau menghantuiku setiap hari dengan profesi ini. Namun, aku pun yakin kalau para wanita dari profesi lain juga pasti merasakan hal yang sama. Hanya saja, saat dituntut untuk terjun ke masyarakat, sosok cewek selalu dipandang sebelah mata jika tidak dipoles atau dibungkus dengan sesuatu yang spesial saat para cowok bisa dengan mudah mendapatkan rasa hormat.

Sebenarnya, apa sih ukuran kecantikan? Benarkah kecantikan adalah soal bawaan fisik sejak lahir? Benarkah hanya soal wajah yang ditampilkan dengan sepatutnya saja? Atau badan yang proporsional? Atau kepiawaian memoles wajah hingga memungkinkan terjadinya transformasi yang memukau? Aku benar-benar tidak mengerti. Begitu banyak suara berbeda mengenai kecantikan dan rasanya tidak ada satupun yang kusetujui.

Aku Putuskan untuk Percaya Bahwa Aku Cantik, dan Hal Ini yang Terjadi PadakuSumber Gambar: terriunger.com

Aku memutuskan untuk mendobrak semua batasan mengenai kecantikan di mata masyarakat. Suatu hari, aku datang ke kantor tanpa memoles wajahku sedikit pun. Aku hanya mencuci mukaku lalu memasang krim pelembab wajah serta pelindung dari matahari. Kubiarkan rambutku tergerai bebas, tanpa adanya sentuhan pengeriting instan maupun catokan panas yang membuat rambut lebih tertata.

Awalnya, aku merasa sedikit terekspos. Biasanya, maskara pelentik bulu mata, pelembab bibir, pensil alis dan mata serta perona pipi jadi topengku, jadi perisai pelindungku dari mata yang menghakimi wujud asliku. Kini, aku telanjang, tak ada perlindungan, hanya aku dan kulit asliku. Aku sedikit ketakutan, makanya kulepas lensa kontakku dan kupakai kacamata besar yang biasanya hanya berani kupakai di rumah.

Aku Putuskan untuk Percaya Bahwa Aku Cantik, dan Hal Ini yang Terjadi PadakuSumber Gambar: 7-themes.com
dm-player

Ketakutan pertamaku adalah takut tidak dikenali. Bukan, bukan takut dilupakan atau diusir dari kantor. Aku takut tidak dikenali, karena itu berarti aku hanya diingat karena penampilanku yang berselaput makeup saja, bukan karena diriku sesungguhnya. Aku takut tidak dikenali, karena itu berarti aku sukses bertransformasi menggunakan makeup, dan aku takut saat transformasi itu tidak terjadi, aku tidak akan dipandang setara dengan diriku yang biasanya mengenakan pulasan makeup.

Sebenarnya, kalau boleh aku jujur, hari itu wajahku terasa lebih ringan. Hidungku tidak disesaki aroma khas make-up yang meskipun wangi, tapi tetap saja menyengat. Saat wajahku terasa gatal, aku bisa menggaruknya tanpa takut menghapus make-up yang kukenakan. Saat aku ingin menutup muka karena malu, atau saat aku ingin membasuh muka karena ngantuk, tidak ada lagi yang menghalangiku: Aku bebas.

Aku Putuskan untuk Percaya Bahwa Aku Cantik, dan Hal Ini yang Terjadi PadakuSumber Gambar: jordanbunker.uk

Respon pertama yang aku dapatkan secara mengejutkan cukup positif. Beberapa orang memuji kacamata yang kukenakan, beberapa lainnya berkata aku terlihat lebih segar. “Bagaimana mungkin?” pikirku, “Mereka pasti cuma bercanda.” Sekali lagi, kekhawatiran akan omongan miring kembali melanda. Tapi, aku mengambil keputusan untuk percaya segala pujian mereka yang mungkin cuman basa-basi, dan tersenyum berterimakasih.

Seketika itu juga, perasaanku lebih ringan. Apa yang sebenarnya selama ini kutakutkan? Apa yang sebenarnya selama ini membuatku membatasi diri, mengkotakkan diri berdasarkan apa yang dianggap benar oleh masyarakat? Aku tidak tahu kalau membuang semua anggapan fiktif dari pikiran sempit adalah kebebasan sejati, dan hari ini aku mengalaminya.

Aku Putuskan untuk Percaya Bahwa Aku Cantik, dan Hal Ini yang Terjadi PadakuSumber Gambar: uhdwallpapers.org

Aku percaya aku cantik tanpa make-up, tanpa tatanan berlebihan pada eksterior penampilanku. Aku percaya orang lain akan bisa melihatku sebagai wanita, sebagai individu utuh, meski tanpa balutan busana terbaik dan penampilan terprima. Aku, bukanlah dandananku. Aku, adalah seutas pemikiran yang dengan berani kuutarakan dan kuimplementasikan, aku adalah karakterku. Dan jika bagi beberapa orang itu tidak cukup, aku seharusnya tidak pernah peduli. Aku bebas dan aku cantik, sebagaimana adanya aku.

Aku sudah memahaminya.

Topik:

Berita Terkini Lainnya