Meski Buta, IPDA Ahmad Nurhadi Bangkit dari Trauma Bom Surabaya

#SetahunBomSurabaya Meski buta, Ahmad masih bisa bersyukur

Tepat satu tahun lalu, terjadi rentetan teror bom di tiga gereja Surabaya. Hal ini tentu menyisakan duka yang mendalam, termasuk bagi Ahmad. Ya, IPDA Ahmad Nurhadi merupakan anggota Kepolisian Sektor Gubeng, Polrestabes Surabaya yang menjadi salah satu korban bom Surabaya. Setiap hari Minggu, Ahmad bertugas sebagai Tim Patroli Sabhara untuk melakukan pengamanan di gereja.

Pagi itu, seperti biasanya Ahmad bergegas menuju Gereja Santa Maria Tak Bercela bersama rekannya, Junaidi. Gereja ini memang dikenal memiliki jemaat yang cukup banyak. Sehingga diperlukan anggota kepolisian untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas serta kejahatan. Namun tanpa ada firasat apa pun, hari itu memberikan cerita lain bagi Ahmad dan Junaidi.

1. Ahmad gak menyadari adanya pelaku yang menerobos masuk ke gereja

Meski Buta, IPDA Ahmad Nurhadi Bangkit dari Trauma Bom SurabayaIDN Times/Stella Azasya

Waktu menunjukkan pukul 06.30 saat misa sesi pertama di Gereja Santa Maria Tak Bercela selesai. Karena pengaturan jalan pun selesai, Ahmad menuju pos yang berada di pintu selatan gereja. "Kita ya duduk-duduk di situ, ngobrol sama sekuriti dan jemaat lainnya sambil saya mengisi buku mutasi. Kondisi sudah sepi, karena memang sesi pertama selesai. Menunggu sesi yang kedua, jemaat satu dua datang," jelas Ahmad kepada Tim IDN Times saat ditemui di rumahnya.

Karena terlalu berkonsentrasi menulis laporan, Ahmad gak menyadari adanya pelaku yang menerobos masuk ke gereja. Seketika suasana menjadi gelap dan Ahmad hanya bisa mendengar suara keriuhan di sekitarnya. "Saya gak sadar, tiba-tiba saja sudah tergeletak di bawah. Rasanya kayak terbakar semua, mata sudah gak bisa melihat dan saya sempat bingung. Begitu sadar, lho kok gelap dan dengar orang teriak-teriak gitu. Kok ramai dan saya coba angkat kaki terasa patah" tambah Ahmad. Bahkan Ahmad pun gak sempat mendengar ledakan bom kala itu, dia hanya bisa mengingat terakhir kali sedang bertugas di gereja.

2. Sebelum kejadian, Ahmad sempat berfoto bersama Bayu dan sekuriti gereja

Meski Buta, IPDA Ahmad Nurhadi Bangkit dari Trauma Bom SurabayaDok. IDN Times/Istimewa

Posisi yang terlalu dekat dengan ledakan bom membuat Ahmad langsung terjatuh dan gak sadarkan diri. Setelah ditanya oleh seseorang, Ahmad dibawa menuju ke rumah sakit bedah yang terletak gak jauh dari Gereja Santa Maria Tak Bercela. Dari informasi yang didapat, hampir semua yang dikenakannya saat itu hancur tak tersisa, termasuk celana, rompi tebal, HP dan juga kopel yang terbuat dari kulit.

Sebelum terjadinya ledakan, pria berusia 45 tahun ini sempat mengobrol dan berfoto bersama Bayu dan sekuriti yang ada di pos saat itu. Sebelum berfoto, Ahmad sempat mengingatkan untuk gak foto bertiga karena pamali. Lalu Bayu menjawab "Gak apa-apa, paling aku disik sing gak onok," dan alam seakan mendukung pernyataan Bayu ini. "Dari informasi yang yang saya terima, Mas Bayu yang menghadang pelaku ini. Biasanya kan sepeda motor kalau masuk dimatikan mesinnya, ini gak makanya Mas Bayu menghadang. Jadi Mas Bayu sama dua pelaku itu hancur semua sudah," tutur Ahmad sambil mengingat kembali memori kelam tersebut.

3. Karena kondisinya yang parah, Ahmad harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 3 bulan

Meski Buta, IPDA Ahmad Nurhadi Bangkit dari Trauma Bom SurabayaIDN Times/Stella Azasya

Keadaan Ahmad yang cukup parah membuatnya harus dilarikan ke RSUD Dr. Soetomo. Selama tujuh hari, Ahmad harus terbaring di ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif. Total tiga bulan lamanya, Ahmad harus menjalani perawatan untuk mata dan kakinya di RSUD Dr. Soetomo. Ahmad bersyukur masih mendapatkan bantuan pendanaan dari Polri dan Pemkot Surabaya.

dm-player

Sementara istrinya, Nunung Ifana terlihat sangat tabah menghadapi kondisi Ahmad saat ini. "Waktu itu saya tahunya dari TV, belum ada yang berani ngabarin. Sampai akhirnya Bu Kapolsek telepon kalau yang luka ada dua orang, Pak Ahmad dan Pak Junaidi," ujar Nunung.

Setelah itu dia langsung menyusul suaminya yang sudah berada di RSUD Dr. Soetomo. Sesampainya di sana, Nunung sangat shock dan mengaku bingung saat ditanya pihak rumah sakit bahwa mata Ahmad harus segera dioperasi. "Di Soetomo dikasih tahu ini matanya Pak Ahmad harus dioperasi, karena perlu diamputasi. Aduh Ya Allah langsung nangis Mbak, gak kuat saya," tambah Nunung dengan suara bergetar.

Baca Juga: Setahun Bom Surabaya, Ledakan di GKI yang Memecah Riang Car Free Day

4. Cara Ahmad menghilangkan rasa traumanya justru dengan bersyukur

Meski Buta, IPDA Ahmad Nurhadi Bangkit dari Trauma Bom SurabayaIDN Times/Stella Azasya

Ya, Ahmad mengalami kebutaan pada kedua matanya karena terkena serpihan bom. Meski Polri telah mengupayakan pengobatan hingga ke Singapura, namun kedua matanya sudah gak bisa diperbaiki karena telah mengenai sarafnya. Selain itu, Ahmad pun masih harus menanggung rasa nyeri akibat pen yang dipasangkan pada kakinya hingga saat ini.
"Kalau trauma ya manusiawi, kejadian kayak gini siapa yang gak trauma. Tapi saya mikir juga untuk apa dipikir terus. Saya siap bertugas lagi, gak merasa terancam. Risiko saya sebagai anggota Polri mengamankan masyarakat gitu kan," tutur Ahmad tanpa ada rasa takut sedikit pun.

Tanpa adanya penyesalan sedikit pun, Ahmad justru masih bisa bersyukur dengan keadaannya saat ini. Dia bersyukur hanya mata dan kakinya saja yang terluka, bukan tubuh atau pun nyawanya. Ahmad memasrahkan semuanya pada Yang Kuasa dan merasa lebih dekat dengan-Nya setelah kejadian ini. "Saya harus bisa menerima kondisi saya ini. Karena sudah ketentuan-Nya, gak bisa menolak. Jadi harus berserah diri seikhlas-ikhlasnya," ujar Ahmad dengan tegar.

5. Ahmad pun merasa bangga bisa mengabdi pada masyarakat meski harus terluka

Meski Buta, IPDA Ahmad Nurhadi Bangkit dari Trauma Bom SurabayaIDN Times/Stella Azasya

Telah berkorban ketika bertugas membuat Ahmad mendapatkan penghargaan berupa kenaikan pangkat. Awalnya Ahmad berpangkat Aiptu, kini pangkat IPDA bersanding lengkap dengan namanya. Meski demikian, Ahmad gak bisa bertugas seperti sedia kala karena kondisi fisik yang kurang memungkinkan.

Namun, Ahmad pun gak merasa sia-sia dan justru bangga mendapat penghargaan tersebut. "Kita sampai berkorban nyawa seperti ini, sampai kondisi fisik saya begini, kan masyarakat tahu kalau kita benar-benar pengamanan masyarakat, pengamanan tempat ibadah. Jadi saya bangga, meskipun saya begini saya bangga bisa mengabdi pada masyarakat," tutup Ahmad.

Tragedi bom Surabaya setahun lalu menggoreskan cerita pahit bagi kota yang dikenal dengan keberaniannya ini. IDN Times turut mengenang peristiwa ini dan mendoakan para korban agar bisa segera pulih. Semoga gak ada lagi kejadian serupa di mana pun di dunia ini. Ketika menghargai perasaan dan perbedaan itu terasa indah, untuk apa harus menebar kebencian dan kekerasan?

https://www.youtube.com/embed/LGSqVTSd40s

Baca Juga: Bom Gereja Pantekosta Itu Renggut Nyawa Daniel Si Little Hero

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya