Jauh dari Kata Primitif, 5 Falsafah Suku Baduy yang Harus Kamu Tahu

Sarat nasihat untuk generasi modern #MolekNusantara

Mendengar nama atau istilah Baduy bukanlah hal yang asing. Ketika nama ini disebut, maka masyarakat langsung mengatakan bahwa Baduy adalah nama sebuah suku yang ada di Indonesia. Suku Baduy atau yang bisa kita sebut sebagai 'Orang Kanekes' adalah salah satu suku yang mampu mempertahankan budayanya hingga saat ini. Populasi Suku Baduy sekitar 12.000 orang dan bertempat di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.

Suku Baduy terbagi menjadi 3 kelompok sosial yaitu Tangtu, Panamping, dan Dangka. Tiga kelompok ini masing-masing memiliki karakteristik khusus dalam menerapkan adat istiadatnya. Tangtu atau Baduy Dalam adalah kelompok yang masih erat mempertahankan adat istiadatnya, Panamping atau Baduy Luar adalah kelompok yang keluar dari Baduy Dalam karena hal-hal tertentu. Sementara itu, ada Dangka atau Kampung Dangka yang berfungsi sebagai buffer zone terhadap dunia luar.

Seperti yang dipaparkan di atas, Suku Baduy adalah salah satu suku yang menerapkan sistem isolasi dari dunia luar. Tetapi, hal ini tidak menjadikannya sebagai suku primitif, terbelakang, dan menakutkan yang biasa orang pikirkan. Justru sebaliknya, Suku Baduy terkenal dengan keunikannya dalam menjaga dan menghargai alam. Ada banyak aturan di suku ini yang bertujuan untuk menjaga alam dan bisa menginspirasi masyarakat modern masa kini.

Berikut ini 5 falsafah hidup Suku Baduy yang mungkin selama ini kamu abaikan. Yuk, simak!

1. Tidak menggunakan sabun mandi dan pasta gigi

Jauh dari Kata Primitif, 5 Falsafah Suku Baduy yang Harus Kamu Tahupinterest/Cultura Magazine

Mungkin, tidak menggunakan sabun mandi dan pasta gigi untuk membersihkan diri akan membuatmu bergedik geli membayangkannya. Tetapi, hal ini dilakukan Suku Baduy untuk menjaga alam, lho. Masyarakat Baduy menganggap penggunaan bahan kimia yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat modern hanya merusak alam. Termasuk penggunaan sabun mandi dan pasta gigi untuk membersihkan diri.

Alih-alih menggunakan bahan kimia, masyarakat Baduy lebih memilih sabut kelapa sebagai pengganti sabun mandi serta sirih untuk pengganti pasta gigi. Sangat hebat, bukan? Suku Baduy begitu memperhatikan alam meski itu berasal dari hal yang kecil. Mereka tidak perlu kampanye go green yang biasa masyarakat modern lakukan, mereka hanya perlu melakukan perubahan kecil yang memang sulit dilakukan tapi sangat berdampak pada lingkungan.

2. Tidak memerlukan kuburan untuk mengebumikan jenazah

Jauh dari Kata Primitif, 5 Falsafah Suku Baduy yang Harus Kamu Tahuinstagram.com/wisatasukubaduy

Dalam mengebumikan jenazah, masyarakat Baduy biasanya menggunakan lahan hutan atau tanah keluarga untuk menguburnya. Usai mengubur, mereka kembali meratakan tanah seperti semula dan tidak menggunakan nisan sebagai penanda. Bahkan, mereka membiarkan tanah itu kembali ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan liar.

Masyarakat Baduy mengajarkan kepada kita untuk tidak perlu meratap sedih kepada orang yang sudah meninggal. Mereka menganggap hal ini tidak perlu dilakukan dengan berlebihan dan mewah, mengadakan acara kematian selama 7 hari pun sudah cukup dilakukan. Prinsip mereka adalah bahwa orang yang sudah meninggal akan kembali ke tanah, tidak perlu meratapinya. 

dm-player

3. Tidak menggunakan kendaraan dan selalu bertelanjang kaki dalam menjalani aktivitas

Jauh dari Kata Primitif, 5 Falsafah Suku Baduy yang Harus Kamu Tahuinstagram.com/wisatasukubaduy

Masyarakat Baduy memiliki hubungan yang erat dengan alam. Menurut mereka, alam adalah rumahnya dan tempatnya berpijak sehingga menjaga dan menghargainya adalah sebuah keharusan. Oleh karena itu, membawa kendaraan dan menggunakan alas kaki untuk berjalan di wilayahnya adalah hal yang dianggap tabu karena dianggap dapat merusak alam.

Bukan tanpa alasan, sikap hidup penuh kesederhanaan ini mereka lakukan semata-mata untuk 'bersahabat' dengan alam. Menurut kepercayaan mereka, dengan menyentuh langsung tanah akan membuat jiwa mereka semakin dekat dengan alam. Bagi masyarakat Baduy, kesederhaan tersebut juga bukanlah bentuk kekurangan yang mungkin orang lain pikirkan. Namun, hidup sederhana dan bersahabat dengan alam adalah suatu arti kehidupan yang sangat berarti bagi mereka.

Baca Juga: Fakta di Balik Anak-Anak Suku Baduy yang Tak Enyam Pendidikan Formal

4. Eratnya rasa gotong royong dalam menyelesaikan pekerjaan di masyarakat demi kepentingan bersama

Jauh dari Kata Primitif, 5 Falsafah Suku Baduy yang Harus Kamu Tahuinstagram.com/wisatasukubaduy

Gotong royong adalah hal yang selalu dibutuhkan dalam bermasyarakat. Dengan gotong royong, pekerjaan yang berat akan menjadi lebih mudah. Apalagi, gotong royong dapat mempererat ikatan dalam persaudaraan, sehingga ketika ada masalah, masalah itu dapat terselesaikan dengan baik secara bersama-sama.

Masyarakat Baduy menerapkan gotong royong dalam kesehariannya. Baik pekerjaan individu maupun kebutuhan infrastruktur sosialnya, masyarakat Baduy selalu mengerjakannya secara gotong royong. Jabatan, kemampuan, bahkan jenis kelamin tidak menghentikan mereka untuk saling bahu membahu demi kepentingan bersama. Hal ini dikarenakan masyarakat Baduy sangat menjunjung tinggi ajaran nenek moyangnya. Gotong royong adalah ajaran nenek moyangnya yang diturunkan turun temurun dan menjadi tradisi yang kental di Suku Baduy hingga saat ini.

5. Menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah ada sejak zaman nenek moyang

Jauh dari Kata Primitif, 5 Falsafah Suku Baduy yang Harus Kamu Tahupinterest/FactsofIndonesia.com

Pepatah orang Baduy mengatakan, "Panjang jangan dipotong, pendek jangan disambung. Kurang jangan ditambah, tambah jangan dikurangi." Dalam sekali dengar, kamu pasti bisa menangkap maksudnya. Meski terdengar sederhana dan umum, tetapi pepatah tersebut memiliki makna yang luar biasa, lho. Bagi masyarakat Baduy, dalam menjalani kehidupan diperlukan sesuatu yang sederhana dan 'apa adanya'. Sangat bermakna bukan? Mari kita lihat di sekitar kita, ada banyak hal yang dilakukan masyarakat modern untuk mencapai sesuatu meskipun itu harus merusak alam.

Bagi masyarakat Baduy, alam bukan hanya sebagai tempat tinggal mereka tetapi juga tempat mereka bergantung untuk hidup. Segala kecukupan kehidupan yang mereka butuhkan ada pada alam, sebab inilah walau mereka diterjang arus 'modernisasi' masyarakat Baduy masih mempertahankan aturan-aturan yang ada sejak zaman nenek moyangnya untuk senantiasa menjaga alam.

Nah, itu dia 5 falsafah hidup Suku Baduy yang bisa menginspirasi kita sebagai masyarakat modern. Hal ini pun membuka fakta bahwasannya suku-suku tradisional yang masih mempertahankan kebudayaannya justru memiliki keunikannya tersendiri, sangat jauh dari apa yang kita pikirkan kalau suku-suku tradisional itu primitif, terbelakang, dan kadang menakutkan.

Baca Juga: Rahasia Suku Baduy, Tetap Zona Hijau Setelah 6 Bulan Pandemik

Intan Sft Photo Verified Writer Intan Sft

extraordinary girl

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya