5 Fenomena Sosial yang Kerap Dirasakan Anak Rantau, Setuju?

Proses adaptasi itu gak mudah bagi anak rantau

Menjalani kehidupan sebagai anak rantau memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Terkadang bahkan ada banyak tantangan yang harus siap untuk dihadapi, mulai dari faktor lingkungan, masyarakat, hingga budaya setempat. Tentunya hal ini membutuhkan proses hingga benar-benar merasa betah di negeri rantau.

Hal inilah yang kemudian mendatangkan banyak fenomena sosial baru, khususnya pada anak rantau. Tak jarang justru menjadi fenomena sosial ini menjadi proses baru dan juga hal umum yang kemudian kerap dirasakan oleh para perantau. Untuk memahaminya lebih lanjut, maka kamu perlu tahu beberapa fenomena sosial yang kerap dirasakan anak rantau.

1. Culture shock

5 Fenomena Sosial yang Kerap Dirasakan Anak Rantau, Setuju?ilustrasi culture shock (unsplash.com/@lexoge)

Mendengar istilah culture shock tentu sudah bukan hal baru lagi untukmu, bukan? Culture shock merupakan sebuah istilah yang merujuk pada rasa keterkejutan akibat suatu hal baru, termasuk yang juga kerap dirasakan anak rantau. Mereka akan cukup banyak menemui culture shock dalam proses adaptasinya.

Melansir Participate Learning, culture shock biasanya akan memakan beberapa bulan untuk proses adaptasi dan rentangnya bisa berbeda-beda, dari mulai perbedaan cuaca, bahasa, hingga kebiasaan dari masyarakat lokal. Tak mengherankan bahwa hal ini terkadang yang menjadi tantangan mental bagi para perantau untuk dapat beradaptasi dengan baik.

2. Proses adaptasi yang tak selalu mudah

5 Fenomena Sosial yang Kerap Dirasakan Anak Rantau, Setuju?ilustrasi adaptasi (unsplash.com/@sharonmccutcheon)

Para orang-orang yang merantau pada suatu tempat biasanya akan mengalami proses adaptasi yang mungkin tak selalu mudah. Hal ini tergantung pada diri setiap orangnya, serta bagaimana cara mereka dalam menerima setiap perbedaan yang ada.

Mengutip Oxford Academic, biasanya konsep adaptasi yang dirasakan oleh para perantau akan dimulai dari persepsi positif, sehingga kemudian akan membuat mereka perlu sebuah antisipasi dan perencanaan guna membuat aktivitasnya tetap berjalan lancar. Jika tidak demikian, maka rasanya akan tetap sulit dalam melewati proses adaptasi tersebut.

Baca Juga: 5 Alasan Ngeri-Ngeri Sedap Jadi Pengingat Pulang untuk Anak Rantau 

3. Perselisihan paham dengan masyarakat lokal

dm-player
5 Fenomena Sosial yang Kerap Dirasakan Anak Rantau, Setuju?ilustrasi bertengkar (unsplash.com/@javaistan)

Bagi para perantau, biasanya aktivitas yang dijalani juga terkadang tidak selalu berjalan dengan lancar. Hal ini karena ada risiko tersendiri yang berkaitan dengan perselisihan, salah satunya bersama masyarakat lokal di sana. Tentu saja secara umum penyebab utamanya berasal dari perbedaan yang terkadang sulit diterima salah satu pihaknya.

Perbedaan yang dimaksud bisa dari segi perbedaan kepercayaan agama, hubungan sosial antar tetangga, hingga status sosial yang dimiliki, seperti dilansir Cultural Survival. Hal inilah yang kemudian harus dihadapi para perantau dengan bijak, jangan sampai sama-sama keras kepala dan kemudian menimbulkan masalah yang semakin luas.

4. Memiliki paguyuban tertentu

5 Fenomena Sosial yang Kerap Dirasakan Anak Rantau, Setuju?ilustrasi paguyuban (unsplash.com/@omarlopez1)

Ketika berada jauh dari kampung halaman, memang terkadang banyak orang yang merindukan suasana hangatnya rumah. Hal inilah yang kemudian banyak diwujudkan oleh orang banyak melalui komunitas atau paguyuban tertentu, khusus untuk para perantau dalam satu wilayah.

Paguyuban atau komunitas ini penting untuk tetap saling bahu membahu layaknya keluarga. Fungsi lain dari paguyuban tersebut adalah untuk membuat para perantau tetap merasa dekat dengan 'keluarga', sebab kesamaan daerah asal, bahasa, hingga makanan lokalnya, seperti dikutip Nomads Giving Back. Sebagai contohnya adalah paguyuban bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di suatu negara, sehingga mereka kerap mengadakan acara-acara nasionalis tertentu yang dilakukan bersama-sama.

5. Proses akulturasi budaya yang mulai terjadi

5 Fenomena Sosial yang Kerap Dirasakan Anak Rantau, Setuju?ilustrasi sikap orang Asia (pexels.com/@Allan_Mas)

Proses akulturasi adalah peleburan dua budaya berbeda yang biasanya terjadi, sebab masuknya budaya baru. Hal inilah yang juga tentu dirasakan oleh para perantau yang tinggal pada satu wilayah, dengan beragam perbedaan yang cukup signifikan. Selain itu, proses akulturasi memang dibutuhkan oleh para perantau.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yijälä dan Luoma (2019) mengemukakan bahwa, akulturasi akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk mendukung proses adaptasi tersebut. Tak mengherankan bahwa akulturasi memang perlu, selama tidak sampai melenceng dari keyakinan dan prinsip yang dipegang.

Rasanya tentu tak mudah bagi para perantau untuk tinggal dalam satu wilayah baru. Meski demikian, proses adaptasi yang melibat masyarakat lokal juga tetap diperlukan. Harus paham caranya beradaptasi dengan baik, ya!

Baca Juga: 5 Pesan yang Harus Diingat Anak Rantau, Jaga Diri Baik-baik!

Salsabila Manlan Photo Verified Writer Salsabila Manlan

Jangan bosan menebarkan ilmu baru pada sesama!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya