Belajar dari Machiavelli, 5 Hal Ini Bisa Kamu Petik dari Sang Pangeran

Untuk hidup yang lebih baik

Pernahkah kalian disebut Machiavellian? Kata ini umumnya cenderung digunakan sebagai sinonim dari perbuatan jahat. Namun jika kita memikirkannya, ada banyak kebijaksanaan dalam cara berpikir dan memandang kehidupan lewat Machiavellianisme. Sikap ini mungkin tidak menyenangkan dan ideal, tetapi cukup realistis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang diketahui, Machiavellianisme sendiri sangat erat dengan karya Niccolò Machiavelli yang paling terkenal, The Prince (Sang Pangeran). Buku ini sendiri mengajarkan kebijaksanaan dan bagaimana untuk berpolitik dan memerintah. Sang Pangeran ditulis pada tahun 1513 oleh Machiavelli, dan hebatnya masih relevan sampai hari ini.

Jika kalian ingin tahu tentang kebijaksanaan yang ditawarkan oleh Sang Pangeran tetapi belum atau enggan untuk membacanya, maka artikel ini sangat tepat untuk kalian baca. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak daftar di bawah ini.

1. Fokus pada kehidupan nyata, bukan pada kehidupan ideal kalian 

Belajar dari Machiavelli, 5 Hal Ini Bisa Kamu Petik dari Sang Pangeranpexels.com/freestocks

Machiavelli adalah seorang filsuf yang cukup percaya diri. Lihatlah kutipannya di bawah ini:

"Ada kesenjangan antara bagaimana seseorang hidup dan bagaimana seseorang harus hidup. Dia yang mengabaikan apa yang sedang dilakukan untuk apa yang ingin dilakukannya akan belajar dari kehancurannya daripada pelestarian hidupnya."

Jelas sekali dalam kalimat tersebut kalau Machiavelli tidak main-main. Dia benar-benar yakin tentang fakta bahwa fantasi yang berlebihan akan mengalihkan perhatian kita dari hal nyata yang sedang terjadi di depan kita. Tentu saja, satu-satunya hasil yang logis jika kita hidup seperti itu adalah serangkaian kekacauan dan kegagalan dalam hidup.

2. Jangan pernah mengandalkan keberuntungan 

Belajar dari Machiavelli, 5 Hal Ini Bisa Kamu Petik dari Sang Pangeransteemit.com

"Saya berpendapat bahwa mungkin benar kalau keberuntungan telah memutuskan setengah dari tindakan kita. Namun, dia masih meninggalkan setengah lainnya, atau dekat dengan itu, untuk diputuskan dan diperintah oleh kita sendiri."

Di sini, Machiavelli mengakui bahwa kita tidak dapat mengendalikan segalanya, tetapi dia masih percaya bahwa kita harus terus mencoba. Dia sendiri menggambarkan kekayaan sebagai sebuah sungai yang ganas yang akan menghancurkan segalanya, sebagai kekuatan alam yang tidak bisa diprediksi. 

Namun, meski sulit, bukan berarti bahwa kita harus menyerah. Ini berarti bahwa kita harus selalu siap dengan segala kemungkinan, khususnya lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi "badai" yang akan datang.

3. Sikap "licik" tidak selalu berarti jahat, tetapi untuk bertindak secara lebih efektif  

Belajar dari Machiavelli, 5 Hal Ini Bisa Kamu Petik dari Sang Pangeranbreakingbad.fandom.com
dm-player

Okay, pertama-tama, apa yang salah dengan menjadi ambisius dan bekerja keras untuk untuk mencapai tujuan kita? Nyatanya, memperhitungkan tindakan dengan hati-hati dan mempelajari reaksi yang muncul dari orang lain tidak serta merta membuat kita sebagai orang yang manipulatif.

Toh, lagipula jika kita manipulatif, siapa yang akan peduli? Bukankah pada dasarnya kita semua manipulatif? Di dalam kehidupan ini, segala hal yang kita lakukan dapat dilakukan dengan hasil yang diinginkan oleh pikiran kita. Dalam hal ini, Machiavelli hanya ingin skema hidup kita menjadi lebih efektif dan "rapih."

Baca Juga: 5 Alasan Logis Pentingnya Menjadi Sosok Pendengar yang Baik!

4. Selalu bersiap dari sekarang  

Belajar dari Machiavelli, 5 Hal Ini Bisa Kamu Petik dari Sang Pangeranactive-consultants.com

Jika kalian sudah membaca Sang Pangeran, maka kalian akan menyadari kalau Machiavelli sering memberikan nasihat kepada para pemimpin untuk selalu bersiap dalam menghadapi masa depan. Menurutnya, para pemimpin yang baik tidak hanya membayangkan masa depan seharian. 

Untuk mempersiapkan masa depan, mereka juga harus memperhatikan dengan cermat keadaan saat ini, karena semua hal yang akan terjadi di masa depan sangat bergantung dari apa yang terjadi di masa sekarang. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kutipan di bawah ini:

"... Jika seseorang sudah bersiap di suatu titik, mereka akan segera melihat gangguan yang muncul dan dapat memperbaikinya dengan cepat. Namun jika seseorang tidak siap, mereka hanya akan mendengar kabar ketika gangguan tersebut sudah menjadi besar dan tidak bisa dihentikan lagi."

5. Jangan pernah larut pada pujian yang berlebihan 

Belajar dari Machiavelli, 5 Hal Ini Bisa Kamu Petik dari Sang Pangerantoluna.com

Pertanyaannya adalah, apakah kalian ingin mendapatkan teman atau penggemar? Hal ini patutnya dipikirkan kembali, khususnya jika melihat kondisi saat ini ketika pemikiran positif, perawatan diri, dan afirmasi menjadi sangat populer di sekitar kita. Machiavelli sendiri sudah memperingatkan kita tentang pujian, khususnya lewat kutipan ini:

"... Tidak ada cara lain untuk 'menjaga diri' dari para penyanjung kecuali membiarkan orang-orang mengerti bahwa mereka dapat mengatakan yang sebenarnya tanpa menyinggung perasaanmu."

Jika orang-orang selalu menyanjung kita, kita akan selalu merasa puas. Tentu saja, kritik yang berlebihan tidak akan membantu kita, tetapi kita juga membutuhkan teman-teman sejati untuk mencerminkan siapa diri kita sebenarnya sehingga kita dapat belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri dan tumbuh dari kesalahan kita.

Itu tadi 5 pelajaran penting dari Machiavelli untuk hidup yang lebih baik. Beberapa bagian dari The Prince memang cukup sinis, tetapi hal itu akan menjernihkan pikiran kita, khususnya untuk mengetahui sisi lain dari diri dan motivasi pribadi kita. Hal ini, tentunya, dapat membantu kita untuk lebih dari sekadar mewujudkan cita-cita ideal yang sering kali mengarah pada kekecewaan.

Baca Juga: Ingin Jadi "Superman" Ala Filsuf Nietzsche? Ikuti 12 Langkah Ini!

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya