Tekad Teman Autis untuk Mewujudkan Indonesia Ramah Autisme

Demi lingkungan yang lebih baik untuk individu autis

Setiap tahun, jumlah anak dengan autisme di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun sayangnya, di Indonesia sendiri belum ada data yang akurat mengenai jumlah spesifik anak autisme setiap tahunnya. Bukan tanpa alasan, mengingat pemahaman masyarakat tentang gejala-gejala autisme itu sendiri masih rendah di Tanah Air.

Bahkan, kebanyakan orang Indonesia kerap kali mengecap autisme sebagai suatu penyakit menular yang harus dihindari atau memandang invidu penyandang autis sebelah mata, lho. Karena stigma negatif yang terus-menerus membayangi individu penyandang autis, Alvinia Christianty pun tergerak mendirikan Teman Autis sebagai jembatan edukasi dan informasi.

Tekad Teman Autis tentu tak main-main untuk mewujudkan Indonesia yang ramah autisme. Sejak 2018, mereka bertekad untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk individu penyandang autis dan keluarganya. Inilah dia ambisi dan mimpi Teman Autis dalam memperjuangkan keadilan bagi "si spesial". 

1. Berawal dari keresahan pribadi, terbentuklah Teman Autis pada 2018

Tekad Teman Autis untuk Mewujudkan Indonesia Ramah Autismepotret kegiatan Teman Autis (dok. Teman Autis)

Berawal dari 2017 lalu, saat perundungan terhadap individu penyandang autis sedang marak terjadi di bangku sekolah, Alvinia dan Ratih kemudian tergerak untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang autisme. Bahkan yang membuat miris, masyarakat masih sering memakai kata "autis" sebagai ledekan kepada individu penyandang autis.

"Tak jarang saya dan teman-teman mendengar penggunaan kata autis sebagai ledekan. Apalagi banyak individu autis yang dirundung bukan karena kesalahan mereka, tetapi akibat dari kondisi mereka. Oleh karena itu, kita bertekad untuk memberikan jembatan informasi kepada orang tua dan masyarakat," ungkap Alvinia saat diwawancarai pada Sabtu (26/11/2022).

Sebelumnya, Teman Autis sendiri dikenal dengan nama Light It Up, di mana tujuan awalnya adalah memberikan kesadaran kepada masyarakat Indonesia, bahwa autisme bukan suatu penyakit menular, tetapi merupakan gangguan perkembangan neurologis. Mereka akhirnya mulai mengadakan kegiatan jalan-jalan untuk mendekatkan diri kepada orang tua. 

Bahkan saat acara Car Free Day (CFD) di daerah Sudirman-Thamrin, mereka juga membawa spanduk untuk menyosialisasikan autisme kepada para pejalan kaki dan meningkatkan kesadaran mereka tentang gejala-gejala gangguan perkembangan neurologis tersebut. Para orang tua penyandang autis juga akhirnya memiliki ruang untuk berbagi keresahan mereka.

2. Membangun jembatan edukasi dan informasi seputar autisme

Tekad Teman Autis untuk Mewujudkan Indonesia Ramah Autismepotret kegiatan Teman Autis (dok. Teman Autis)

Sejak berdiri pada 2018 lalu, Teman Autis kemudian bertekad untuk memberikan kesadaran dan edukasi kepada orang tua serta masyarakat di lingkungan individu penyandang autisme. Apalagi meski internet memudahkan akses informasi di era digital, tetapi berita terkait autis masih tercerai-berai atau belum dikemas dalam satu wadah yang mudah untuk orang tua.

Mengingat stigma autisme di Indonesia cenderung buruk, sehingga orang tua pun terkadang enggan untuk terbuka terkait kondisi anak mereka yang menyandang autis. Bersama Teman Autis, orang tua akan diberikan edukasi untuk membesarkan anaknya dengan maksimal. Hal ini karena setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sama.

Di Indonesia, belum ada data yang akurat mengenai jumlah spesifik anak autis setiap tahun, sehingga akhirnya tidak tertangani sejak usia dini. Maka dari itu, Teman Autis berpartisipasi untuk memberikan ruang kepada orang tua untuk berbagi informasi tentang autisme dengan menggandeng lebih dari 100 klinik, tempat terapi, dan sekolah. 

"Ternyata orang tua penyandang autis mengaku kesulitan mencari klinik atau tempat terapi untuk terapi anaknya. Meski internet memberikan banyak informasi terkait klinik dan tempat terapi, tetapi justru tercerai-berai. Jadi, kita ingin memberikan wadah untuk mengumpulkan informasi untuk memudahkan orang tua penyandang autis," tandas Alvinia.

3. Memberikan akses yang mudah untuk para orang tua

Tekad Teman Autis untuk Mewujudkan Indonesia Ramah Autismepotret kegiatan Teman Autis (dok. Teman Autis)

"Bersama Teman Autis, kita ingin memberikan informasi terkait autisme yang tidak hanya bisa diakses oleh para orang tua, tetapi juga masyarakat melalui website dan media sosial Teman Autis sendiri," jelas Alvinia. 

dm-player

Bukan hanya angan-angan belaka, Teman Autis berhasil membuktikan tekad mereka untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dan nyaman untuk individu penyandang autis yang selama ini tidak luput dari sasaran perundungan. Bahkan berbagai informasi dasar sampai spesifik disediakan untuk membantu para orang tua dengan anak autis di pelosok negeri.

Dikutip dari laman Astra sendiri, sampai saat ini Teman Autis telah menggandeng lebih dari 100 klinik, tempat terapi, dan sekolah, lho. Bahkan Teman Autis juga turut memberi edukasi secara rutin terkait bagaimana membesarkan anak autisme melalui webinar maupun siaran langsung di media sosial Instagram Teman Autis setiap bulan, nih.

Selain memfasilitasi dengan informasi dan edukasi terkait autisme, Teman Autis juga hadir untuk merangkul para orang tua yang mengalami syok, serta sedih, khawatir sampai cemas saat pertama kali mengetahui anak mereka yang didiagnosis memiliki autisme. Oleh sebab itu, Teman Autis juga mengimbau masyarakat untuk bersama orang tua dengan anak autis.

Baca Juga: 5 Upaya Elmi Sumarni Ismau Kenalkan GARAMIN pada Publik, Salut!

4. Mengubah persepsi masyarakat terkait autisme

Tekad Teman Autis untuk Mewujudkan Indonesia Ramah Autismepotret kegiatan Teman Autis (dok. Teman Autis)

Sesuai tujuan utama dari Teman Autis, mereka hadir bukan hanya untuk memberikan ruang kepada para orang tua dengan anak autis saja, lho. Bahkan sebenarnya, edukasi terkait autis juga ditujukan kepada masyarakat. Apalagi mengingat anak ataupun orang dengan autisme sering kali dipandang "sebelah mata" ataupun dianggap "penyakit menular".

Faktanya, autisme bukanlah suatu hal yang berkonotasi negatif, nih. Secara medis, autisme adalah gangguan perkembangan anak dari berbagai aspek, meliputi gangguan bahasa atau komunikasi, fungsi sosial dan perilaku repetitif, serta interaksi sosial sehingga mereka acap dipandang "berbeda" oleh kebanyakan orang yang awam.

"Mimpi terbesar kita tentunya masyarakat Indonesia bisa menerima teman-teman autis ini di lingkungannya, sehingga mereka pun akan lebih mudah menjalani kegiatan sehari-hari. Bahkan di lingkungan kerja, masih banyak yang belum menerima teman autis karena kondisi mereka. Padahal secara skill, mereka bisa melakukan pekerjaannya," tuturnya. 

Oleh karena itu, Teman Autis kerap menggelar kegiatan yang bertujuan untuk mengedukasi para orang tua dengan anak autis serta masyarakat untuk menciptakan lingkungan nyaman dan lebih baik untuk "si spesial" yang sebenarnya tidak seharusnya menjadi sasaran pelaku bullying atau perundungan karena kondisi dan keadaan mereka.

5. Mengembangkan program konsultasi daring untuk mencapai pelosok negeri

Tekad Teman Autis untuk Mewujudkan Indonesia Ramah Autismepotret kegiatan Teman Autis (dok. Teman Autis)

Meski telah memberikan jembatan informasi dan edukasi melalui media sosial dan website Teman Autis, namun faktanya masih banyak klinik atau tempat terapi yang belum memadai di luar Pulau Jawa. Bahkan saat diwawancarai, Alvinia memaparkan bahwa masih terdapat banyak orang tua yang jauh-jauh terbang ke ibu kota untuk terapi anak autis mereka.

Dengan Teman Autis tersebut, Alvinia juga ingin memudahkan para orang tua yang memiliki anak autis untuk mendapatkan konsultasi yang terpercaya dengan berencana meluncurkan program konsultasi daring yang tentunya bisa mencapai pelosok negeri. Selain itu, program ini juga diharapkan juga bisa meringankan biaya para orang tua selama masa terapi.

"Selama masa pandemi, sudah banyak mitra yang sudah melayani konsultasi secara online, sehingga saat ada bantuan dari SATU Indonesia Awards ini, kita berusaha mengembangkan layanan ini menjadi lebih baik lagi untuk meringankan biaya transportasi para orang tua yang butuh konsultasi secara online karena dari luar Jawa," tegas Alvinia. 

Sejauh ini, program layanan konsultasi daring ini akan bisa diakses melalui website Teman Autis sendiri oleh para orang tua yang memiliki anak autis atau masyarakat yang penasaran tentang autisme. Setelah mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards, Teman Autis berkomitmen untuk segera memberikan pelayanan konsultasi daring terbaik.

Tentu saja menghapus stigma maupun persepsi tentang autisme di masyarakat merupakan pekerjaan rumah yang cukup sulit untuk Teman Autis sendiri. Tetapi, perlahan-lahan mereka akan mematahkan persepsi masyarakat tersebut melalui edukasi serta informasi di website dan media sosial Teman Autis. Tersenyumlah Indonesia!

Baca Juga: Justitia Avila dan Suara Lantangnya Dampingi Korban Kekerasan Seksual

Anis Photo Verified Writer Anis

من صبر ظفر

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya