Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik Kultur

Semua orang punya kesempatan yang sama

Batik menjadi salah satu warisan yang harus terus kita lestarikan. Penggunaan batik saat ini sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, masa ke masa, disesuaikan dengan model maupun warna. Batik Kultur merupakan satu dari sekian banyak brand fashion batik yang selalu ditunggu karyanya.

Melalui Dea Valencia, Batik Kultur semakin melesat sejak launching pertamanya di tahun 2011 silam. Siapa sangka di balik kesuksesan Batik Kultur, tersimpan cerita yang menggelitik hati nurani kita semua. Kira-kira apa sih yang ingin disampaikan Batik Kultur?

1. Sosok Dea Valencia pendiri Batik Kultur

Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik KulturIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Kecintaannya pada kain batik membawanya terus bertahan di industri batik saat ini. Dea Valencia memulai bisnisnya dari berdagang batik lawasan, yakni sebuah kain batik yang diolah kembali alias second hand. Kemudian, Dea memberanikan diri untuk mendalami industri batik ini. Bersama satu karyawan, Dea memulainya di sudut rumah. Dalam perjalanannya selama 8 tahun ini, rupanya 50 persen karyawan Batik Kultur merupakan komunitas Difabel.

Tumini merupakan perempuan difabel pertama yang membantu Dea mendirikan Batik Kultur. Kekurangan yang dimiliki Tumini tidak menghalanginya untuk berkarya di Batik Kultur bersama Dea. Setelah Tumini, satu demi satu pengrajin difabel yang memiliki keahlian di berbagai bidang mulai bergabung dengan Dea hingga saat ini. "Saya percaya semua orang memiliki kesempatan yang sama. Hanya kita yang mau atau tidak untuk menjalani, berusaha, dan memperjuangkannya. Saya ini bukan penjahit, mereka inilah yang ada di balik kesuksesan Batik Kultur," ungkap Dea Valencia pemilik Batik Kultur di Tokopedia Office, Jakarta, Rabu (7/8).

2. Kelompok difabel penggerak di balik kesuksesan Batik Kultur

Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik KulturIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Pertemuan Dea dengan sejumlah pengrajin dari kelompok difabel rupanya menjadi gerbang kesuksesan Batik Kultur. Meski memiliki kekurangan, keterampilan yang mereka miliki sungguh luar biasa. Seperti misalnya Uum Mabruroh, salah satu karyawan Batik Kultur yang mengaku sangat senang bisa berkarya di Batik Kultur. "Sebelumnya saya magang di Batik Kultur, tapi siapa sangka malah langsung diajak kerja usai magang berakhir. Banyak hal yang saya pelajari selama bekerja di sini. Hampir setiap hari kami mengukur, memotong, menjahit, dan merangkai gambar untuk menghasilkan busana yang bagus. Sehingga, konsumen bisa puas dengan hasil yang diberikan."

Baca Juga: 10 Inspirasi OOTD Keluarga Seleb buat Kondangan, Gak Cuma Batik

dm-player

3. Keindahan Batik Kultur adalah ungkapan pengrajin difabel yang terdalam

Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik Kulturfoto istimewa

Dalam satu hari, masing-masing pengrajin bisa menghasilkan 3-4 busana. Satu baju dikerjakan oleh satu orang sehingga detail dan kerapian jahitannya terjamin. Bagi pengrajin dari kelompok difabel, memberikan yang terbaik adalah kebahagiaan yang tak pernah ada gantinya. Sebagai bentuk apresiasi, sebagai pemilik, Dea Valencia menaruh nama pengrajin yang mengerjakan baju tersebut. Jadi, bagi kamu yang membeli Batik Kultur bisa mengetahui siapa yang membuat baju yang kamu gunakan. 

4. Kolaborasi dengan E-commerce sebagai langkah baru memperkenalkan Batik Kultur lebih luas lagi

Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik KulturIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Batik Kultur melakukan kolaborasi bersama Tokopedia guna memperkenalkan dan membuat masyarakat cinta akan kain Indonesia. Mengingat gaya hidup millennial saat ini, Batik Kultur ingin memudahkan konsumen dalam berbelanja. "Ada kerinduan yang kami rasakan pada local brand. Oleh sebab itu, saya melakukan kolaborasi kain tradisional dengan Batik Kultur," kata AVP of Business Tokopedia, Jessica Jap.

5. Kampanye #CeritaDiBalikJahitan, insiatif Tokopedia melestarikan batik

Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik KulturIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Ini adalah aksi nyata Tokopedia untuk memperkenalkan kain batik pada masyarakat. Tokopedia akan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada produk lokal. Selama 10 tahun ini, Tokopedia telah berkolaborasi dengan banyak pihak. Oleh sebab itu, kini saatnya kita menunjukkan dan menumbuhkan kecintaan pada produk lokal terutama batik.

Nah, itulah keseruan dari Batik Kultur, sebagai generasi millennial sudah seharusnya menebarkan pengaruh positif di lingkungan sekitar. 

Baca Juga: 9 Motif Batik Tancep Gunungkidul yang Indah Bernilai Tinggi

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya