Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan Berkisah

minatnya terhadap isu gender dimulai sejak SMA

Sudah memiliki ketertarikan dengan isu gender di bangku sekolah, Alimah Fauzan akhirnya mendirikan komunitas "Perempuan Berkisah" pada tahun 2015. Hasratnya membuat ruang aman bagi perempuan untuk saling berbagi pengalaman, merupakan dorongan terbesarnya.

Dalam wawancara khusus IDN Times pada Senin lalu (16/11/2020) bersama Alimah, kita bisa menyelami pengalaman inspiratifnya kala mendirikan komunitas. Simak artikel berikut untuk tahu lebih lengkapnya!

1. Selain aktif berkomunitas, Alimah pun kini mengajar di salah satu perguruan tinggi

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan

Pandemik COVID-19 secara tak langsung membuat kegiatan komunitas harus beradaptasi. Semua kegiatan dan agenda diubah formatnya menjadi kegiatan berbasis online.

"Untuk rutinitas sehari-hari sebenarnya gak ada halangan, tapi berhubungan dengan agenda komunitas tentunya jadi halangan tersendiri," ujar Alimah.

Selain aktif mengelola komunitas "Perempuan Berkisah", dirinya juga memiliki beragam kesibukan lainnya. Salah satunya adalah mengajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tepatnya pada mata kuliah Sosiologi Komunikasi.

Kegiatan mengajar itu sudah dilakukannya sejak tahun 2014, ketika mulai bekerja sebagai gender specialist di Institute for Education Development, Social Religious, and Cultural Studies (INFEST) Yogyakarta. "Saat ini saya bukan dosen tetap, tapi saya hanya mengajar jika di semester itu saya bersedia saja," tambahnya.

2. Berawal dari sebuah media pembelajaran dan ruang berbagi kisah inspiratif, kini "Perempuan Berkisah" telah memiliki banyak pengikut

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan - Foto bersama tim konselor dan ilustrator @perempuanberkisah (Triya Amalina dan Ni Loh Gusti Madewanti)

"Kita mulai sejak tahun 2015, diawali dengan situs perempuanberkisah.com yang telah ganti domain menjadi perempuanberkisah.id pada tahun lalu," tutur Alimah.

Perjalanan komunitas ini dimulai pada tanggal 1 Agustus 2015. Ketika itu, Alimah membuat website khusus sebagai mediumnya untuk bercerita tentang proses kegiatan pemberdayaan perempuan yang dilakukannya di berbagai desa.

Dikutip dari situs resmi "Perempuan Berkisah", tujuan awal dari kegiatan ini adalah untuk berbagi wawasan, pengalaman, dan tentunya kisah inspiratif dari para perempuan di berbagai daerah.

Komunitas dengan tagline "media berbagi kisah inspiratif dan pembelajaran pemberdayaan perempuan dan marginal" ini, telah diikuti oleh banyak orang di akun Instagram. Terhitung hingga artikel ini ditulis, jumlah pengikut mereka mencapai angka lebih dari 50 ribu orang.

3. Saat ini, "Perempuan Berkisah" memiliki relawan yang aktif membantu kegiatan. Kegiatannya pun didukung oleh puluhan ribu followers

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan - Foto kegiatan komunitas Perempuan Berkisah

Untuk mencapai tujuan mulia komunitasnya, Alimah gak bekerja sendirian. Ia dibantu oleh 17 pengurus inti yang terdiri dari tim redaksi, konselor, serta admin media sosial. "Anggota komunitas yang sudah masuk grup dan kita terima melalui proses pelatihan sudah ada sekitar 150 orang," ujarnya.

Dalam pembuatan konten di situs dan media sosialnya, terdapat tim redaksi yang secara khusus menanganinya. Tim yang terdiri dari 9 orang ini memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda dan beberapa pun aktif berkegiatan di komunitas lain.

Adapun 9 nama tersebut adalah: Sandra Suryadana, Ni Loh Gusti Madewanti, Fanny Febiana, Triya Amalina Radaris, Romayana Sari, Poppy Dihardjo, Gabriella Regina, Septia Annur Rizkia, dan Nabilla Ghassani.

Bersama Alimah, mereka ingin membuat masyarakat terutama pengikut komunitasnya, ikut andil dalam pembangunan ruang aman bagi para kelompok rentan. "Bagi kami, mereka (followers) adalah orang yang membutuhkan informasi serta peduli pada persoalan perempuan," ujarnya.

Untuk Alimah, menjadi terkenal bukanlah tujuan utama dari komunitas ini. Akan tetapi, pencapaian yang coba ia raih adalah ketika para pengirim kisah atau pun konseli (perempuan yang melakukan konseling) dapat bertransformasi dari titel korban menjadi penyintas.

Ia juga memaparkan, "Korban yang telah bertransformasi menjadi penyintas adalah mereka yang sudah pulih dan berdaya, serta siap menjadi ‘manusia baru’. Dalam artian, mereka bisa jadi pelaku perubahan sosial".

Baca Juga: Mandy Marahimin: Kita Membutuhkan Pembuat Film Perempuan Lebih Banyak

4. Sudah memiliki minat tentang isu gender sejak duduk di bangku sekolah, Alimah telah menjadi Founder Komunitas Perempuan Berkisah

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan - Pertemuan dengan Community Leader Perempuan Berkisah di Yogyakarta, Septia Annur Rizkia

Ketika ditanya dari mana rasa ketertarikan terhadap isu gender itu dimulai, Alimah menjawab dengan lugas bahwa minat itu dimulainya sejak bangku SMA. Saat itu, ia mengikuti sebuah organisasi pelajar tingkat menengah atas.

Rasa ingin tahunya pun mendorongnya untuk lebih mendalami lagi kajian tersebut. Bahkan, hal ini membawanya pada kegiatan organisasi gerakan dan pembelajaran di lembaga studi kampus.

Ia menuturkan, "Saya merasa sebagai manusia, mahasiswa, dan perempuan, memiliki kebebasan untuk mendalami pengetahuan yang saya butuhkan dan mendapatkan pembelajarannya, termasuk wacana-wacana gender dan bagaimana saya menerapkan dalam aktivitas saya di mana pun."

dm-player

Baginya, wawasan dan kesadaran tentang kesetaraan gender punya peranan penting pada masyarakat karena bisa jadi pelindung untuk ketika menghadapi sebuah persoalan. Seiring waktu, Alimah semakin serius mengkaji wawasan tersebut. Ia menyandang status sebagai seorang Gender Specialist (GS) sampai tahun 2019. Pada awal 2020, Alimah lebih fokus pada kegiatan mengajar serta mengurus Komunitas Perempuan Berkisah yang didirikannya.

"Gender specialist itu adalah istilah sebuah posisi dalam sebuah lembaga, yang umumnya ada di lembaga NGO (Non-Governmental Organisation). Perannya untuk memastikan semua program dilaksanakan sesuai prinsip gender," ujarnya. Selain itu, GS pun bertugas untuk membantu proses identifikasi serta analisis aspek gender dalam tahapan kegiatan lembaga.

5. Mendapat stigma dan mengalami berbagai kendala ketika mendirian "Perempuan Berkisah", ia pantang menyerah dan bersikap positif

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan - Foto kegiatan komunitas Perempuan Berkisah

Dalam kehidupan personalnya, Alimah mengaku tak memiliki kendala yang begitu berarti. Termasuk, dalam dukungan yang diberikan oleh orang terdekatnya untuk aktif berkomunikasi.

Ia menuturkan, "Semua konsep yang belum akrab di masyarakat, apalagi di keluarga kita sendiri, pasti butuh strategi untuk menyampaikannya. Bisa dengan mempersuasi dengan bahasa asertif untuk memperjuangkannya."

Aktivitas sukarelawan yang dilakukannya pun, sering kali mendapat cibiran dari orang lain. Menurut Alimah, hal ini disebabkan karena perspektif masyarakat yang kurang menghargai profesi tertentu.

"Ketika kita sudah berdaya sejak dalam pikiran kita sendiri, maka apa pun stigma yang orang lain lemparkan kepada kita, maka kita akan tetap baik-baik saja dan yakin dengan yang kita perjuangkan," ujarnya.

Namun, ia pun tak menampik bahwa ada beberapa tantangan yang harus ia lewati saat aktif berorganisasi. Salah satunya adalah membuat para perempuan lainnya tergerak untuk memperjuangkan hal yang sama dan menciptakan ruang aman bagi penyintas.

Untuk menyelesaikan polemik tersebut, Alimah melakukan kolaborasi dengan komunitas lain. Selain itu, ia juga berusaha untuk menjaga keakraban di antara anggota komunitasnya.

"Berkolaborasi jadi salah satu cara untuk terus bertahan, berbagi peran dan berendah hati. Saat kami merasa itu bukan kapasitas dan wewenang kami, maka kami berkolaborasi dengan komunitas lain untuk pendampingan kasus," pungkasnya.

6. Cerita inspiratif dan pengalaman berharga banyak didapat Alimah setelah bertahun-tahun aktif berkomunitas

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan - Foto kegiatan komunitas Perempuan Berkisah

Bertahun-tahun bergelut dalam isu kesetaraan gender, telah membuka banyak perspektif baru untuknya. Ia merasa harus memperjuangkan apa yang baik untuk kehidupan.

"Hidup cuma sekali dan saya pilih untuk hidup dengan memperjuangkan passion dan bagaimana hal ini bisa bermanfaat untuk manusia lainnya, terutama perempuan," ujarnya seraya tersenyum.

Ia pun mengaku banyak mendapat pelajaran penting dari rekan komunitas serta para pengikut "Perempuan Berkisah". Alimah menuturkan, "Saya merasakan betapa banyak orang baik, terutama perempuan baik yang peduli dan mau menguatkan sesama perempuan.

Selain dampak positif yang ia rasakan secara personal, terdapat juga dampak langsung yang terjadi di masyarakat dari kegiatan komunitasnya. Misalnya, ruang aman yang lebih luas dan bisa menjangkau korban dengan lebih cepat.

Bersama dengan rekan komunitasnya, ia pun membangun sejumlah akun komunitas lainnya seperti @usaha.perempuan di Instagram. Akun itu dibuat untuk membantu para perempuan yang memperjuangkan taraf ekonominya.

Selain itu, dalam menanggapi kasus lonjakan tingkat kekerasan seksual dan KDRT pada perempuan saat pandemik COVID-19, "Perempuan Berkisah" juga berkolaborasi dengan komunitas dan lembaga khusus untuk membantu para korban agar tetap aman.

"Selama pandemik ini, ada banyak kasus. Tapi yang kita kawal untuk konseling di Ruang Aman dan pendampingan kasus itu sekitar 15 orang," tuturnya.

Ruang Aman yang dimaksud oleh Alimah adalah tempat para korban dan tim konselor "Perempuan Berkisah" menjalani proses konseling dan bisa saling menguatkan. "Prinsip kami adalah menguatkan mental korban melalui proses konseling berbasis pendekatan etika feminis, sehingga korban pulih, berdaya, dan siap menjadi penyintas," tambahnya.

7. "Perempuan hebat adalah perempuan yang mampu menguatkan diri dan perempuan lainnya," tutur Alimah

Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan BerkisahDok. Alimah Fauzan

"Sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia melalui pengarusutamaan gendernya sudah mulai mengurangi kesenjangan gender di Indonesia, meskipun sampai saat ini kesenjangan gender masih ada," ujar Alimah. Menurutnya, tantangan tersebut perlu ditangani dengan strategi yang mumpuni dan dibarengi dengan kesadaran meluas di masyarakat.

Sebab, dengan adanya stigma yang menempel pada perempuan, bisa membuat ruang gerak mereka terbatas. Ia menjelaskan, "Tantangan perempuan adalah bagaimana berdaya menghadapi stigma negatif dari masyarakat dalam banyak hal, dari lingkup terkecil mulai dari dirinya sendiri, keluarga, maupun lingkungannya."

Dalam perjalanan kariernya, Alimah bertemu dan mengobrol dengan banyak perempuan yang dianggapnya inspiratif dan hebat. "Perempuan hebat adalah mereka yang mampu menguatkan diri dan perempuan lainnya. Mau berendah hati mengapresiasi, mendukung dan menguatkan perempuan lainnya," definisi perempuan hebat baginya.

Itu dia hasil bincang-bincang khusus IDN Times dengan Alimah Fauzan. Cerita perjalanannya membangun komunitas, telah membawa banyak wawasan baru untuk kita tentang persoalan gender, ya? Semoga artikel memberi banyak insight baru untuk kamu!

Baca Juga: Kisah Menarik Yacko, Rapper Perempuan yang Merangkap Akademisi

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya