Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratif

Berkarya seni di tengah pandemik jadi medium sebar awareness

Annisa Rizkiana Rahmasari atau akrab dipanggil Nisa, adalah salah satu seniman perempuan tanah air. Ilustrasi penuh warna dengan narasi yang manis merupakan ciri khasnya.

Mei 2020 lalu, IDN Times sempat mengobrol dengan Nisa mengenai perjalanan kariernya, peran penting seniman visual pada pandemik COVID-19, juga kegelisahannya tentang stigma yang menempel pada seniman perempuan.

Penasaran seperti apa isi obrolannya? Simak artikel di bawah ini!

1. Berkarya seni di tengah pandemik COVID-19, jadi medium untuk menyebarkan awareness sekaligus mengusir rasa jenuh

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica

Pandemik COVID-19 membawa banyak perubahan terhadap ragam sektor industri di dunia, termasuk industri seni. Sebagai seorang penulis dan komikus yang biasa bekerja di dalam rumah, Nisa mengaku ikut terdampak.

"Hambatannya itu sebenarnya untuk hal-hal minor saja," ujar Nisa. Ia pun akhirnya menggunakan bakat seninya sebagai senjata untuk memerangi rasa bosan di tengah karantina diri.

Ia mengatakan, "Jadi, rasanya kalau gak berkarya, aku benar-benar hampa. Hal itu (berkarya seni) emang membantu aku mengolah rasa sih." Ada banyak hal yang Nisa kerjakan selama di rumah.

Dari mengerjakan naskah buku kedua, berkolaborasi dalam pembuatan bisnis hampers, serta membuat komik edukasi COVID-19. Tuntutan bagi masyarakat untuk memperbarui informasi terkait wabah pandemik, membuat ia tergerak membantu lewat karya komik. 

"Aku bikin poster untuk orang-orang yang harus keluar rumah. Juga, tentang mereka yang sebetulnya punya peranan penting dalam situasi ini," tutur Nisa sambil tersenyum.

2. Cerita unik dalam proses pembuatan buku pertama Nisa yang berjudul "Jingga Jenaka"

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica

Perjalanan panjang Nisa menempuh passion di bidang seni dan literasi, akhirnya berbuah manis. Pada suatu pertemuan yang tak disengaja dengan penulis Rain Chudori, impian Nisa untuk menerbitkan buku pun tercapai di tahun 2019.

"Jadi uniknya tuh, ada satu naskah di situ (Jingga Jenaka) yang sudah selesai ditulis pada tahun 2012, yaitu naskah dongeng dari Jahe," ujar Nisa.

Konten buku pertama tersebut, banyak diisi oleh komik dan cerita pendek yang telah dibuatnya pada tahun sebelumnya. Dengan mata berbinar, Nisa menuturkan bahwa baginya, melahirkan mahakarya merupakan bentuk warisan kepada keturunannya kelak.

"Aku cuma pengen bisa bikin buku yang banyak, yang bisa kukasih ke cucu-cucuku. Jadi, semakin banyak buku yang aku bikin, akan semakin banyak pula warisan pengetahuan yang kuberi," tutur Nisa ketika ditanya apa tujuannya di masa depan.

3. Memanfaatkan seni sebagai medium terapi dan latihan mengolah rasa

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica

Hasrat Nisa pada dunia seni visual sudah dimulai sejak kecil. Kegemarannya itu terus berlanjut hingga pada tahun 2011. Ia baru menyadari betapa berartinya dunia seni bagi dirinya.

Ia pun mulai membuat zine. "Aku pakai aktivitas menggambar sebagai art therapy," tuturnya. Setiap kali ia merasakan emosi yang intens, ia mengalihkannya pada selembar kertas dan alat gambar.

Bagi Nisa, proses pembuatan zine bisa merangkum tiga hobinya sekaligus, yaitu menggambar, menulis, dan mengarsip. Hobi ini digarapnya semakin serius, hingga ia menghadiri pameran pertamanya di Jakarta Biennale empat tahun kemudian.

Guratan tangan Nisa dalam karya seninya punya karakter yang khas. Ia biasanya menggambar komik 4 panel, menggunakan diksi yang ramah dan bersahabat, memakai banyak warna yang cerah, serta mengangkat isu hangat di masyarakat.

Salah satu karyanya yang punya arti penting adalah komik berjudul "Pengumuman". Komik itu merupakan buah pikirnya pada kegentingan isu kesehatan mental di kalangan remaja.

"Sebagai seniman visual, aku merasa bertanggung jawab untuk menerjemahkan hal-hal buruk menjadi sebuah pengharapan," ucap perempuan berusia 28 tahun tersebut.

Baca Juga: Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan Mental

4. Terinspirasi dari sosok “Totto-Chan”, Nisa ingin membuat karya seni yang menumbuhkan harapan dan bisa dibaca segala kalangan usia

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica
dm-player

Rasa syukur karena diselamatkan oleh karya seni yang ia ciptakan, membuat Nisa ingin menyebarkan energi positif tersebut lewat karyanya.

"Kenapa aku bikin komik cuma empat panel dengan gambar yang lucu-lucu aja? Karena, aku pengen komik itu bisa menerjemahkan isu yang serius atau tabu tetapi dalam bahasa yang bisa diterima oleh semua orang," tuturnya.

Inspirasi tersebut juga hadir dari buku "Totto-Chan: The Little Girl at the Window" karya Tetsuko Kuroyanagi. Rasa hangat yang melekat pada buku itu, menginspirasi Nisa untuk membuat karya serupa. Sebuah karya yang bisa menjadi jembatan informasi antara anak kecil dan orang dewasa.

Selain itu, hubungannya kepada dunia anak-anak juga menjadi api semangat untuk Nisa agar terus bisa berkarya. Pengalamannya mengajar di sekolah informal di Yogyakarta, ternyata menjadi memori yang sangat berharga.

Nisa membagikan nostalgia manisnya tersebut pada IDN Times. Ia berkata, "Mereka jadi sosok yang terus menginspirasi aku untuk terus membuat karya yang warna-warni. Bahwa, sekecil apa pun karya yang kita buat, sebisa mungkin itu bisa ikut menciptakan harapan baru. Terutama untuk mereka, anak-anak muda."

5. "Jangan menyerah, terus disiplin, jangan berhenti belajar, dan jangan lupa bersenang-senang!" pesan Nisa untuk seniman muda

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica

Seperti permasalahan umum yang didera oleh seniman lain, Nisa pun pernah beberapa kali mengalami art block. Uniknya, caranya mengusir kejenuhan tersebut justru adalah dengan membuat karya seni lain atau sekadar mencari referensi.

"Sebisa mungkin, kegiatan yang jadi pengganti itu masih berkaitan dengan karya seni utamaku," ujarnya.

Selain itu, ia pun mengaku sempat mendapat tekanan dari pihak keluarga atas pilihan hidupnya berkarier di dunia seni. Akan tetapi, stigma itu patah setelah buku pertama Nisa terbit.

"Sekarang sih dukungannya, selama aku masih bisa berkarya, sudah cukup banget kok buat mereka. Dan, aku merasa yang penting aku gak disuruh jadi yang lain," tutur Nisa sambil tertawa renyah.

Perjalanan panjangnya di dunia seni membuahkan beberapa petuah untuk para seniman muda lainnya. "Satu, gak boleh menyerah karena pekerjaan kita itu menuntut kedisiplinan," katanya.

Nasihat lainnya adalah pintar mengatur waktu juga uang. Hal itu tak pernah diajarkan dalam bangku pendidikan formal. 

"Terakhir, penting banget nih! Jangan sampai kalau bikin karya tuh, bikin kita susah! Karena nantinya, karya-karya kita jadi muram. Kehidupan sudah muram, jangan sampai karya kita ikutan!" tambahnya.

6. Tantangan para seniman perempuan bagi Nisa adalah karyanya dipandang sebelah mata. Yang disorot hanyalah penampilan fisik semata

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica

Ketika ditanya, apa tantangan yang ia rasakan sebagai seniman perempuan di tanah air, Nisa mengeluhkan tentang stigma yang menempel terhadap seniman perempuan. "Terkadang, orang tuh cuma melihat fisik aja dibandingkan esensi karyanya," ujarnya.

Suatu ketika, mural yang dibuat oleh Nisa di sebuah pameran telah dimuat di surat kabar. Namun, alih-alih memuji karya seninya tersebut, seorang teman malah mengomentari kondisi fisik Nisa.

Menanggapi hal itu, Nisa mengatakan, "Jadi seniman perempuan itu, susahnya adalah membuktikan bahwa kita lebih dari tubuh atau penampilan fisik kita. Dan, bahwa kita bisa menciptakan karya yang bermanfaat secara luas."

Untuk menyuarakan keresahannya, Nisa menggunakan medium komik. Ia ingin menciptakan ruang diskusi yang sehat bersama masyarakat lewat teks dan ilustrasi komik. Menurutnya, pola pikir seperti itu harus didekonstruksi karena telah menimpa banyak seniman perempuan lain di berbagai lini.

7. Arti perempuan hebat bagi Nisa: "Mereka yang keras hati dan berani berkarya!"

Perjalanan Seniman Muda Annisa Rizkiana Rahmasari yang Inspiratifinstagram.com/autonica

"Bagiku, perempuan hebat adalah mereka yang keras hati, yang mau mengikuti panggilan hatinya untuk menjadi sosok yang ia mau. Itu hebat karena pasti prosesnya gak mudah," jawab Nisa ketika soal definisi perempuan hebat.

Di penghujung wawancara, Nisa menceritakan beberapa kisah tokoh idolanya, yang juga merupakan figur perempuan hebat bagi dirinya. Dari mulai Marjane Satrapi (novelis buku "Persepolis"), Tetsuko Kuroyanagi (penulis "Totto-Chan"), hingga neneknya.

Seperti yang dibahas sebelumnya, Nisa ingin menekankan pentingnya karya seni yang memuat topik sederhana seperti "Totto-Chan". "Karena ketika kita besar, gak ada lagi orang yang ngomongin hal sederhana, lucu, dan indah," ujarnya.

Setuju gak sama, Nisa? Menurutmu, karya seni yang indah itu seperti apa sih? Coba deh share pandanganmu di kolom komentar!

Sekian hasil wawancara khusus IDN Times dengan Annisa Rizkiana Rahmasari! Koleksi karya seni Nisa bisa kamu tengok pada akun Instagram @autonica. Semoga menginspirasi, ya!

Baca Juga: Ika Vantiani & 'It’s In Your Hands Collective', Ubah Plastik Jadi Seni

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya