Curhat Korban Kekerasan di Lingkungan Keluarga, Jangan Ragu Adukan!

Kamu harus berani karena membiarkannya bukan solusi!

Tanpa diduga, pelecehan seksual bisa terjadi di lingkungan yang kita cintai. Begitu pun dengan pelakunya. Meski terasa menyakitkan dan takut menerima fakta tersebut, perempuan tidak boleh ragu mengadukannya. Minimal, pada orang terdekat. 

Dari curhat korban pelecehan seksual pada keluarga ini, setidaknya kamu yang menjadi korbannya, tahu tidak sendirian. Kalian tahu sedang berjuang bersama. Mari, kita simak!

1. Akibat kekerasan verbal dan non verbal yang dilakukan ayahnya, AS harus berpikir ulang sebelum akhirnya mantap menikah

Curhat Korban Kekerasan di Lingkungan Keluarga, Jangan Ragu Adukan!Pexels/Engin Akyurt

"Sejak kecil, saya, adik, dan ibu saya sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Baik verbal maupun non verbal. Saya pribadi, sedih sekali melihat ibu harus mengalami hal seperti itu," tutur AS.

Hingga SMA, kekerasan ini masih terjadi dan menimbulkan trauma baginya. Sampai saat ini pun, ia masih merasa dunia tidak aman karena sewaktu-waktu, ayahnya masih bisa memukuli karena hal sepele.

"Untuk bisa mengambil keputusan menikah dengan orang yang saya cintai itu, sulit. Mengingat, saya punya trauma yang cukup dalam," sebutnya lagi.

"Untungnya, sekarang saya saya bertemu dengan orang yang baik. Dia menjaga saya dengan baik. Saya merasa sedikit lebih aman jika dia ada," ungkapnya penuh syukur.

2. 8 tahun lalu, M pernah mengalami pelecehan seksual dari kakak iparnya sendiri. Ia terus mencari cara untuk menghindar dari iparnya hingga kini

Curhat Korban Kekerasan di Lingkungan Keluarga, Jangan Ragu Adukan!Pexels/Engin Akyurt

"Aku pernah mengalami pelecehan dari kakak iparku sendiri, waktu SMA. Waktu lulus SMP, ayahku sakit. Jadi, buat lanjut SMA, aku ikut sama kakakku di Bandung. Selama di sana, aku sering mendapatkan pelecehan dari iparku," jabarnya.

Sejak itu, M sering menghindar dari iparnya karena ketakutan. Sesungguhnya, ia ingin bercerita pada keluarganya, namun ia tak ingin timbul kekhawatiran dan rumah tangga kakaknya berantakan. Ia pun tidak yakin akan dibela.

Ia pun sengaja mencari masalah dengan kakaknya agar dipulangkan ke rumah orangtua. Kini, ia sama sekali enggan berkomunikasi dengan iparnya.

"Sekarang, saya kembali ke Bandung tapi gak tinggal lagi sama kakak. Saya gak mau masuk ke lingkungan yang salah lagi. Bagaimana pun kita menjaga diri, tapi kalau gak pergi dari lingkungan yang bahaya, tetap bakal membahayakan kita suatu saat," kata dia.

3. Sama seperti M, NF pun pernah mengalami pelecehan seksual oleh kakak iparnya. Ia mengatasi rasa traumanya dengan self hypnosis

Curhat Korban Kekerasan di Lingkungan Keluarga, Jangan Ragu Adukan!Pexels/Keenan Constance

"Saat pulang malam dari kota tempat kuliah, bapak menyuruh saya pulang bersama kakak ipar yang pulang dinas dari kota yang sama supaya aman. Nyatanya, di perjalanan saat saya tertidur, dia merangkul dan memegang tubuh saya," kenang NF.

Sesampai di rumah, ia tidak bercerita pada siapa pun kecuali salah satu kakaknya yang lain. Tak dinyana, kakaknya itu pun pernah mengalami hal yang sama.

NF tidak tinggal diam. Selain menjaga jarak, ia melakukan self hypnosis setelah mengikuti workshop hypnotherapy.

"Luka akibat pelecehan seksual memang harus dituntaskan agar kesehatan mental korban tetap terjaga. Trauma akibat pelecehan seksual itu nyata," katanya.

dm-player

Baca Juga: 5 Alasan Kekerasan Verbal Bisa Lebih Parah dari Kekerasan Fisik

4. Selain oleh ipar, F mendapatkan pelecehan seksual dari keponakannya saat kakaknya tidak di rumah

Curhat Korban Kekerasan di Lingkungan Keluarga, Jangan Ragu Adukan!Pexels/Sofia Garza

"Aku pernah alami pelecehan seksual seperti kasus RP, wanita 24 tahun yang dilecehkan oleh kakak iparnya. Saat itu, aku masih SMP dan kedua orangtuaku udah meninggal. Aku tinggal dengan kakak perempuan kedua yang sudah punya keluarga," kata dia.

Selain kakak perempuan dan iparnya, masih ada keponakan laki-laki yang usianya lebih tua 3 tahun darinya. "Saat itu, bukan cuma kakak iparku yang melecehkan. Keponakanku sendiri juga melecehkanku lebih parah dari kakak iparku sendiri," sambung F.

5. R mendapatkan pelecehan seksual dari iparnya. Walaupun seluruh keluarganya tahu, sayangnya ia tidak mendapatkan perlindungan

Curhat Korban Kekerasan di Lingkungan Keluarga, Jangan Ragu Adukan!Pexels/Engin Akyurt

"Waktu SMA, suami kakak pernah merekamku sewaktu aku di kamar mandi. Aku sudah cerita sama keluargaku, terutama sama ibuku. Tapi, keluargaku seolah-olah gak percaya. Ibuku bilang, aku harus sabar dan memaafkan dia," sebutnya.

Meski kakaknya sudah meminta maaf atas perilaku suaminya, R menyebut kelakuan iparnya masih sama saja. Ibunya terkesan lebih melindungi nama baik kakaknya daripada dirinya sendiri.

Itulah curhat korban kekerasan pada keluarga. Hubungi hotline berikut jika kamu atau orang terdekat mengalami tindak kekerasan:

Komnas Perempuan

Alamat: Jl. Latuharhary No.4B, RT.1/RW.4, Menteng, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat

Telepon: (021) 3903963

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik

Jl. Tengah No.31, RT.1/RW.9, Kp. Tengah, Kec. Kramat jati, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13540

asosiasilbhapik@gmail.com

Telp. (021) 87797289

Yayasan Pulih

Alamat: Jl. Tlk. Peleng No.63A, RT.5/RW.8, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520 
 
Telepon: (021) 78842580

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: Kisah Elena, Penyintas Kekerasan Seksual dan Aktivis Perempuan

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya