7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!

Dari kisah para perempuan ini, kamu bisa belajar

Kekerasan pada perempuan bagaikan kasus yang tidak pernah ada habisnya. Setiap tahun, selalu kita temui berita-berita tersebut di media massa dan online. Namun di luar yang kamu tahu, masih ada lagi kekerasan pada perempuan yang tidak tersibak.

IDN Times berkesempatan mendengarkan kisah mereka dan ingin menceritakan ulang padamu agar lebih waspada serta mampu mencegahnya. Berikut curhatan korban kekerasan pada hubungan asmara.

1. Sewaktu SMA, R mendapatkan kata-kata cacian dari kekasihnya jika ia bermain dengan teman-temannya. Belum cukup, masih ada ancaman fisik!

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/Pixabay

"Waktu aku masih SMA, enam tahun yang lalu, aku sering dikasarin sama pacarku. Kalau aku main sama temen-temenku yang lain, dia pasti marah. Ngata-ngatain aku perempuan murahan, nama-nama binatang," tutur dia.

Tidak hanya sampai di situ, keduanya bertengkar saat bertemu. Sang pacar pun berani main tangan. "Padahal cuma dua bulan pacaran, tapi dia udah berani sekasar itu sama aku," lanjutnya.

Sudah tak tahan, R dan teman-temannya menceritakan kisah pahit itu ke orangtuanya. Orangtua R tidak tinggal diam. Ia langsung menemui kekasih R dan melarang keduanya bertemu. 

Semenjak itu, R sempat trauma apabila bertemu laki-laki yang baru dikenal. Perlahan-lahan, ia sadar jika semua orang tak sama. Ia belajar memahami karakter setiap orang, tidak mudah percaya, dan lebih terbuka pada keluarga.

2. Setelah hatinya luluh, A berpacaran dengan seorang lelaki. Sayangnya, perlakuan tidak mengenakkan terjadi tatkala kekasihnya cemburu

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/David Garrison

"Deket sama dia enam bulan, aku diperlakukan kaya hewan. Dia gak segan-segan main tangan kalau cemburu buta atau kalau aku gak mau ikutin maunya, sampai mukaku lebam-lebam," sebut dia.

Bukan sekadar memukul, sang kekasih pernah mengancamnya dengan benda tajam. Untungnya, hubungan mereka berakhir seiring dengan kepindahan kerja si pelaku kekerasan ke luar kota.

Sampai sekarang, A masih menyimpan foto-foto hasil kekerasan pacarnya waktu itu. "Setiap melihat foto itu, aku berusaha menguatkan diri dan belajar lebih mencintai diri sendiri, lebih sayang ke diri sendiri, lebih berhati-hati lagi sama orang lain," tuturnya.

3. Bertahan 6 tahun dengan kekasih yang temperamen, N iba pada pacar yang keluarganya broken home. Namun, ia sadar keputusannya salah

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/Pixabay

"Pernah merasakan bagaimana diperlakukan tidak baik oleh pasangan. Aku pacaran enam tahun sama cowok temperamen. Sifatnya itu muncul setelah pacaran berjalan di tahun kedua. Kasar dari perkataan iya, fisik pun iya," kisah N.

Ia kerap dimaki-maki dengan bahasa binatang tanpa alasan yang jelas. Bahkan, pacarnya itu main tangan apabila N berbuat sedikit kesalahan.

"Awalnya, aku bertahan karena merasa kasihan. Dia punya latar belakang broken home yang gak pernah benar-benar ngerasain kasih sayang dari orangtua sama sekali," ia terkenang.

Ia melanjutkan, "Alasanku bertahan, aku pikir dia bisa berubah. Dia butuh aku buat dukungan, ternyata salah besar. Sifat karakter yang memang udah terbentuk dari kecil seperti itu, tanpa ada arahan, menurutku susah buat diubah," tutup dia.

4. Sejak pacaran, SA sudah mendapatkan kekerasan dari pasangannya. Setelah dua tahun menikah, ia memilih bercerai karena tabiat itu tak berkurang

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/sobhan joodi

"Aku pernah menikah sama orang yang temperamen banget, tapi kadang penyayang banget. Dua tahun hidup, dicaci maki, dihina, bahkan dipukul," ungkapnya.

Keadaan SA yang hamil pun, tidak membuat pasangannya berubah. Ia pun tetap menerima penganiayaan berat saat sedang hamil. Dari situlah, SA memberanikan diri untuk bercerai. Dampaknya, ia mengaku trauma dengan pernikahan.

Baca Juga: Kalimat Penyemangat dari Penyintas Kekerasan Seksual, Saatnya Bangkit!

5. Baru-baru ini, AL menjajaki hubungan dengan kakak kelasnya. Karena hal sepele, ia dikata-katai & masalahnya itu disebarkan oleh kakak kelasnya

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/Tess Emily Seymour
dm-player

"Aku sempat jalan sama kakak kelas yang belum terlalu dikenal. Awalnya, senang-senang saja. Suatu waktu, dia ngajak aku ke konser dan aku dikenalin ke teman-temannya. Wajar kan aku ga nyaman? Aku gak kenal sama mereka, ya sudah aku diam saja," kata dia.

Keesokan harinya, AL dikata-katai oleh sang kakak kelas. "Dia malah ngatain aku freak, gak bisa speak up, introver, pemalu. Padahal, aku sudah mohon maaf. Parahnya lagi, dia menyebarkan masalahku sama dia ke gengnya," sebut AL.

Sontak, AL merasa dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki harga diri di mata si kakak kelas dan kawan-kawannya. "Manipulatif banget! Bener-bener gak bisa menghargai cewek," kesalnya.

6. AU merasakan sikap yang baik dari kekasihnya di masa-masa awal pacaran. Setelah 8 bulan, sang pacar berubah dan mulai main tangan

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/Vera Arsic

"Pacaran sama orang yang baik banget di awalnya. Berjalan delapan bulan pacaran, dia udah berani main tangan gara-gara hal sepele. Terus, dia gak segan mukulin aku di depan teman aku, selain ngomong kasar dan ngerendahin aku juga," paparnya.

Meski sempat bertahan selama tiga tahun, ia sadar bahwa perbuatan sang pacar berbeda jauh dengan yang dilakukan kedua orangtuanya. "Aku dilahirkan dan dididik dengan baik. Orangtuaku gak pernah ngomong kasar, cubit. Marahnya cuma nasehatin aja," tambah dia.

7. Di usia yang masih belia, 15 tahun, AE harus merasakan toxic relationship dari hubungan LDR yang dijalaninya

7 Curhatan Korban Kekerasan dalam Hubungan Asmara, Cegah Sejak Dini!Pexels/Nikolay Draganov

"Dia orangnya temperamen, otoriter, gak percayaan, dan seenaknya. Dia melarangku simpan nomor cowok, telepon cowok, balas chat cowok, dan sebagainya. Bodo emang sih udah mau nurut sama dia," kata AE.

Dikatakannya, sikapnya yang penurut itu, tak lain karena kebiasaan keluarganya yang harus menurut dan tidak boleh berbicara dengan nada yang melebihi lawan bicara.

"Waktu saya berbuat kesalahan, dia menghukum saya banyak banget. Dikatain kasar, diomelin," AE terkenang. Selain itu, ia kerap dicurigai dan mendapat omelan panjang jika telepon dari pacarnya, tidak diangkat. 

Batinnya semakin tersiksa tatkala pasangannya pergi bersama perempuan lain. AE pun tegas meminta putus, meskipun sempat diteror. "Umur-umur segini, emang gak usah dulu pacaran. Pacarannya bocah kecil bikin capek sendiri," pungkasnya.

Itulah curhatan korban kekerasan pada hubungan asmara. Belajar dari pengalaman mereka, kekerasan bisa hadir dari siapa saja dan mengakibatkan efek psikologis bagi korbannya. Jika kamu mengalaminya, jangan ragu untuk bersikap tegas dan meninggalkan kekasihmu.

Hubungi hotline berikut jika kamu atau orang terdekat mengalami tindak kekerasan:

Komnas Perempuan

Alamat: Jl. Latuharhary No.4B, RT.1/RW.4, Menteng, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat

Telepon: (021) 3903963

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik

Jl. Tengah No.31, RT.1/RW.9, Kp. Tengah, Kec. Kramat jati, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13540

asosiasilbhapik@gmail.com

Telp. (021) 87797289

Yayasan Pulih

Alamat: Jl. Tlk. Peleng No.63A, RT.5/RW.8, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520 
 
Telepon: (021) 78842580

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: 5 Alasan Kekerasan Verbal Bisa Lebih Parah dari Kekerasan Fisik

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya