Kisah Novelis Ayu Utami, Sempat Kuliah Sastra Rusia untuk Jadi Intel

Ia juga bukan orang yang senang mengagumi dan dikagumi...

Siapa yang tidak kenal dengan Ayu Utami? Penulis novel kenamaan ini, telah melahirkan banyak buku yang konsisten berbicara soal feminisme. Pemikirannya pun dikenal sebagai spiritualisme kritis. Yuk, kita simak kisah novelis Ayu Utami berdasarkan hasil wawancara tim IDN Times sebagai berikut!

1. Sejak cilik, Ayu sudah gemar membaca karya-karya seperti Tintin atau Empat Sekawan. Jadi mahasiswa, ia pun mulai menulis

Kisah Novelis Ayu Utami, Sempat Kuliah Sastra Rusia untuk Jadi IntelIDN Times/Geralda Talitha

"Waktu kecil, baca komik Tintin, Empat Sekawan. Zaman-zaman itu, novel klasik. Tapi sama sastra, gak terlalu terekspos karena sistem pendidikan zaman dulu belum bagus," tuturnya.

Meski begitu, kebiasaan membaca itulah yang membuat minat menulisnya semakin terpupuk. Merasa tulisannya lumayan, ia pun memberanikan diri memasukkan naskah ke penerbit Gramedia. Sayangnya, ia ditolak. "Tulisannya ala-ala Empat Sekawan," tutur penyuka karya Goenawan Mohamad tersebut.

"Kuliah, cari kerja macam-macam. Terus nyangkut di dunia pers. Itu karena pernah menang lomba. Lalu, menulis kolom," katanya lagi. Ayu merasa sangat beruntung akan kesempatan tersebut. Sebab di masa-masa itu, jumlah media masih sedikit dibandingkan saat ini. Untuk menerbitkan sebuah karya pun, tidaklah mudah.

2. Dikenal akan gaya bahasa vulgar, ternyata semua bermula ketika Ayu kecil menemukan ketidakberesan pada kata yang menghakimi wanita

Kisah Novelis Ayu Utami, Sempat Kuliah Sastra Rusia untuk Jadi IntelIDN Times/Geralda Talitha

"Waktu saya tumbuh, SD, SMP, SMA, tidak ada teori feminisme. Cuma, saya merasa macam-macam. Ada sesuatu yang gak beres. Kenapa ada istilah perawan tua? Terus ada istilah macam-macam untuk pelacur. Tapi, gak ada untuk lelakinya," kata penulis novel Cerita Cinta Enrico. 

Semua pertanyaan tersebut, selalu mengendap di dirinya tanpa bisa ditanyakan. Hal ini membuatnya terus-menerus berpikir. "Wanita tunasusila. Buat anak kecil, penjelasannya susah banget. Itu penghalusan sesuatu atas yang kasar, tapi dengan cara menghakimi. Artinya, ada masalah dengan bahasanya," jelas dia.

Bermula dari penggunaan seperti itulah, ia berniat membongkar. Dengan cara bahasa yang vulgar itulah, ia membuka semua. Sebab jika hal ini dilanjutkan dan selalu ditutup-tutupi, bisa berujung pada sikap hipokrit.

3. Setelah melalui masa kanak-kanak, Ayu pernah merasa disorientasi. Tidak diam saja, ia pun mendaftarkan diri dalam pemilihan Wajah Femina

Kisah Novelis Ayu Utami, Sempat Kuliah Sastra Rusia untuk Jadi IntelIDN Times/Geralda Talitha

"Saya lahir di Bogor. Masuk Jakarta, disorientasi lah! Bahasa saya Sunda, wajah saya aneh. Saya minder," terangnya soal latar belakang mengikuti pemilihan Wajah Femina. Dengan masuk ke dalam jajaran finalis, ia berharap bisa mengatasi rasa mindernya.

dm-player

"Saya gak berani tampil di depan umum. Saya sadar, kalau dibiarkan, akan lari terus dari publik," beber penerima Khatulistiwa Literary Awards, kategori prosa itu. Di masa itu, ia pun mengapresiasi kejujuran majalah tersebut yang mencari model hanya untuk mengisi sampul wajah setiap edisinya.

"Namanya model, kamu gak harus pintar Bahasa Inggris. Yang penting difoto menarik, selesai," tandasnya.

Baca Juga: Buku-Buku Karya Ayu Utami dan Kisah Menarik di Baliknya

4. Ingin kuliah di Jurusan Seni Rupa namun dilarang, Ayu mengikuti saran ayahnya untuk kuliah Sastra Rusia agar bisa menjadi intel

Kisah Novelis Ayu Utami, Sempat Kuliah Sastra Rusia untuk Jadi IntelIDN Times/Geralda Talitha

"Masuk Sastra Rusia saja. Nanti bisa jadi intelijen karena bapak saya jaksa" alasan Ayu saat menerangkan pilihan jurusan pendidikan tingginya. Dalam perjalanannya, rupanya Ayu tidak menikmati proses belajar mengajar di sana. "Saya gak menikmati. Sistem pendidikannya gak bagus. Ada beberapa dosen yang mengajarnya mendikte. Bosen, kan?" katanya.

Karena alasan itu, Ayu mencari pekerjaan. "Kira-kira, kuliah saya tahan dua tahun. Sisanya kerja," papar dia. Uniknya lagi, Ayu berhasil menamatkan pendidikan tapi enggan mengambil ijazahnya. Baginya, keinginan ibunya melihat dirinya diwisuda saja sudah cukup. 

5. Kini, banyak karya yang sudah ia telurkan berikut prestasinya. Tapi, ia tak jumawa & menjadikannya modal untuk hal lainnya

Kisah Novelis Ayu Utami, Sempat Kuliah Sastra Rusia untuk Jadi IntelIDN TImes/Geralda Talitha

Dalam hidup, Ayu bisa dikatakan sebagai sosok yang tidak memikirkan prestasi. Terlebih, ia bukan orang yang senang mengagumi atau dikagumi. Karena itu, ia punya makna sendiri soal prestasi.

"Prestasi itu sebagai modal untuk melakukan yang lainnya. Saya itu hidup dari zaman Soeharto. Saya hidup dari zaman begitu, sehingga saya punya misi dalam hidup ini," katanya. Misi yang ia maksud adalah mengajak orang lain berpikir secara benar dan kritis. Ketika ia dikenal, maka lebih mudah hal tersebut ditebarkan pada yang lainnya.

"Sederhananya, nikah, gak nikah bukan urusan pribadi. Saya gak nikah karena takut jadi perawan tua dan sebagainya. Kasihan banget jadi cewek. Mau jadi perawan tua gak apa-apa, tapi be happy. Kamu gak dinilai dari itu. Zaman segitu kan gak ada yang bilang begitu. Harus ada yang ngomong," tutupnya.

Itu dia kisah novelis Ayu Utami. Menarik sekaligus inspiratif, bukan? Jangan lewatkan Ayu Utami pada acara Indonesia Writers Festival 2019, ya! Diadakan pada 6-7 September 2019 di Universitas Multimedia Nusantara, Ayu akan berbagi lebih banyak lagi. Keterangan lebih lanjut, mari beranjak ke akun Instagram @indonesia.writers.festival !

Baca Juga: Diangkat dari Buku Karya Marchella FP, Inilah 5 Fakta Film NKCTHI

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima
  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya