Dilema Seorang Ibu yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus

Mereka juga bisa merasa bangga, terharu dan tertawa terutama bila anak mereka bisa mencapai satu milestone seperti berbicara...

Aku setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa profesi sebagai ibu adalah profesi yang mulia. Aku bukan seorang ibu, tapi pekerjaanku melibatkanku untuk berinteraksi dengan ibu-ibu untuk kepentingan anak-anak mereka. Ibu-ibu yang akan kuceritakan di sini adalah ibu-ibu untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Aku berharap apa yang kutuliskan di sini bisa membantu masyarakat untuk lebih menghormati profesi seorang ibu, khususnya ibu untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Profesi ibu identik dengan merawat, mendidik anak, dan pekerjaan rumah tangga. Meskipun sekarang banyak ibu yang bekerja di  luar rumah, kegiatan-kegiatan diatas masih ada di bahu mereka. Ibuku adalah salah satu dari sekian ibu-ibu yang memiliki pekerjaan di luar rumah dan masih harus mengurus pekerjaan rumah tangga. Memang tidak mudah, tetapi ibuku dan ibu-ibu yang lain sudah terbiasa dengan rutinitas mereka yang rumit.

Ibu-ibu untuk anak kebutuhan khusus  memiliki beban emosional  yang lebih berat dikarenakan kondisi anak mereka. Ibu-ibu ini selain bekerja, mengurus rumah dan anak, mereka juga masih harus memikirkan perkembangan anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Kadang-kadang di tengah kerumitan ini, mereka sering dipersalahkan sebagai penyebab dari kondisi anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus, padahal hal ini tidak benar.

Ibu- ibu untuk anak berkebutuhan khusus ini tidak kalah hebatnya dengan ibu-ibu yang lain. Mereka selalu memastikan bahwa kebutuhan anak-anak mereka dari makanan, kesehatan, pendidikan, terapi, dan lain sebagainya terpenuhi. Mereka juga selalu menyediakan waktu untuk bertemu dengan guru atau pun terapis untuk membahas masalah pendidikan dan tumbuh kembang anak mereka.  Aku melihat berbagai macam ekspresi di wajah ibu-ibu ini saat aku berdiskusi dengan mereka. Kecemasan selalu ada, dan itu adalah hal yang wajar. Tetapi aku selalu berusaha membangkitkan kepercayaan diri dan semangat mereka, karena kalau mereka semangat, mereka mampu berjuang untuk kebutuhan anak-anak mereka.

dm-player

Ibu-ibu ini tidak selalu sedih dan kecil hati. Mereka  juga bisa merasa bangga, terharu  dan tertawa terutama bila anak-anak mereka bisa mencapai satu milestone seperti  berbicara, bisa makan sendiri, dsb. Mereka juga sangat menghargai hal-hal simple yang positif  seperti mendapat pelukan atau kecupan di pipi yang dilakukan oleh anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus.  

Marilah kita menghargai dan menghormati ibu yang sudah membesarkan dan merawat kita sehingga kita tumbuh menjadi manusia yang mandiri dan berguna bagi sesama. Alangkah baiknya pula bila kita bersikap ramah, menghormati dan menghargai ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus, terutama bila kita bertemu dengan mereka di tempat umum.

Sikap menghargai dan menghormati bisa diwujudkan dengan mempersilakan ibu dengan anak kebutuhan khusus untuk masuk terlebih dulu, membukakan pintu bila mereka sedang mendorong kursi roda, dan tidak gegabah untuk mencela atau menyindir apabila anak mereka sedang menangis berteriak-teriak di tempat umum.

Masih banyak hal-hal kecil positif lainnya yang bisa kita lakukan bila kita bertemu dengan ibu dan anak berkebutuhan khusus di tempat umum.Toleransi dan solidaritas terhadap orang tua dan anak berkebutuhan khusus bisa terjalin di lingkungan bila masing-masing dari kita memulai dan menerapkan sikap positif ini.

M. W. S Photo Writer M. W. S

"Less is More" Ludwig Mies van der Rohe

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya