Catatan Kecil Kami untuk Ibu Pertiwi

Hidup dengan pandemik memang sulit, tetapi kita bisa

Tidak terasa, sudah hampir dua tahun kita 'terjajah' oleh pandemik COVID-19. Pandemik ini menjadi kejutan suram bagi segenap penduduk dunia. Kedatangannya yang tiba-tiba seolah memotong kebahagiaan setiap orang. Suka cita berubah menjadi duka cita. Tawa itu berubah menjadi luka yang pilu. 

Kita tidak pernah mengira COVID-19 ini akan hadir di antara kita. Mengikuti ke mana setiap langkah kaki kita melangkah, mengikuti di setiap hari-hari kita. Pandemik ini merupakan simbol kesedihan yang luar biasa. Semua kegiatan terpaksa dilakukan dengan jarak jauh. Tidak ada lagi hang out, meet and greet, berkumpul dengan sahabat, dan masih banyak lagi. 

Derai tangis, ungkapan bela sungkawa, rintihan, dan kesakitan menjadi warna bagi tubuh Indonesia tercinta kita. Banyak yang menyuarakan permohonan-permohonan mereka kepada negeri ini. Maka, ada beberapa hal yang ingin disampaikan demi tercapainya #IndonesiaPulih. Inilah kisah kami, catatan kecil kami untuk Ibu Pertiwi. 

1. Vaksinasi

Catatan Kecil Kami untuk Ibu Pertiwiilustrasi kegiatan vaksinasi (pexels.com/Frank Meriño)

Sangat disayangkan, masih banyak rakyat Indonesia yang memiliki definisi masing-masing tentang vaksin. Mereka menganggap opini mereka adalah paling benar. Opini-opini tidak berdasar dan tidak diketahui sumber yang jelas. 

Vaksinasi dianggap sesuatu yang aneh, bahkan dihindari oleh sebagian rakyat Indonesia. Di samping perdebatan rakyat tentang vaksin, ada tenaga kesehatan yang menjerit, lelah dengan semua drama yang dibuat oleh masyarakat. Lelah dengan mereka yang merugikan diri sendiri dan orang lain dengan menolak vaksinasi. 

Tidakkah mereka sadar, apa yang mereka perdebatkan hanya sebatas omong kosong? Berita hoax tentang vaksinasi yang merajalela mengisi pikiran mereka. Ide-ide tentang pemberontakan, penolakan, dan penghindaran dari vaksin semakin membuat kacau negeri ini. 

Sadarlah, renungkanlah, dan pikirkanlah mereka yang berdiri di garda terdepan, berperang dengan pandemi hingga titik darah terakhir. 

2. Hilangnya nyawa

Catatan Kecil Kami untuk Ibu Pertiwiilustrasi pemakaman (pexels.com/RODNAE Production)

Tidak dapat dimungkiri, tidak dapat dihindari, bahwa pandemik COVID-19 merenggut banyak nyawa masyarakat Indonesia. Banyak manusia yang kehilangan manusia lainnya. Ada begitu banyak nyawa yang tumbang, habis dimakan oleh pandemik. Detik demi detiknya seolah diintai oleh kematian yang mencekam. 

Hari demi hari berlalu, yang kita temui hanyalah sendu. Menyedihkan melihat pemandangan di masa pandemik ini. Melihat seorang ibu kehilangan anaknya, seorang suami kehilangan istrinya, seorang adik kehilangan kakaknya, seorang gadis kehilangan kekasihnya, dan masih banyak lagi cerita kehilangan yang muncul di berita-berita. 

Ironis, ketika banyak orang menangis tersedu kehilangan nyawa orang yang paling disayangi. Ternyata masih ada orang lain yang tertawa bahagia, meremehkan pandemik, menolak mematuhi protokol kesehatan, dan menganggap pandemik ini hanya sebuah lelucon. 

Maka sadarlah, perhatikanlah orang-orang lain yang menjadi korban ganasnya COVID-19. Merebut nyawa, merebut financial, dan merebut kebahagiaan. Mereka bertanya-tanya kapan #IndonesiaPulih?

Baca Juga: 5 Cara Mempertahankan Bisnis di tengah Pandemik, Jangan Menyerah!

3. Sekolah, kampus, dan tempat hiburan ditutup

Catatan Kecil Kami untuk Ibu Pertiwiilustrasi penutupan kerumunan (pexels.com/Gustavo Fring)

Ingin rasanya menyapa anak muda Indonesia, bertanya apa kabar pendidikanmu? Bertanya bagaimana keadaan tempat belajar dan bermainmu? Di mana kamu sekarang belajar dan bermain? 

Pertanyaan-pertanyaan yang sederhana, tetapi sangat menyentuh hati anak muda Indonesia. Tentu saja anak-anak muda ingin kembali bersekolah di sekolah, ingin kembali pergi ke kampus, dan ingin kembali bersua dengan sahabat di tempat hiburan mereka. Bukan secara online, bukan secara jarak jauh, mereka ingin semuanya kembali seperti dua tahun yang lalu. 

dm-player

Rasa rindu terhadap sekolah, rindu terhadap kampus, rindu terhadap tempat tongkrongan favorit. Bahkan, sudah dua angkatan harus berpisah dengan teman-teman di sekolah secara online. Tidak ada pelukan, tidak ada foto bersama, dan tidak ada ucapan selamat tinggal secara langsung. Menyakitkan, bukan? 

Mungkin kita juga rindu melihat mal yang dipenuhi muda-mudi, melihat kafe yang penuh gelak tawa, melihat restoran yang tampak ramai di malam minggu, dan kerinduan-kerinduan lainnya. Banyak yang bertanya-tanya, kapan tempat belajar kami dibuka? Kapan tempat berkumpul dan bermain kita dibuka? Kapan tidak ada batasan dalam belajar dan bermain?

Sebagai contoh, Pekan Raya Jakarta, banyak orang yang mendatangi tempat tersebut di setiap tahun dalam rangka memperingati hari ulang tahun DKI Jakarta. Hiburan, makanan, dan minuman dijajakan sepanjang hari. Semua orang berkumpul, bersuka cita, membeli barang-barang murah, dan apa pun bisa dilakukan di sana. Tetapi, kini semua itu menghilang, tidak ada keriuhan itu lagi. Semuanya terpaksa dihentikan secara paksa dan menyisakan kesedihan juga kerinduan yang mendalam. 

Bagaimana kita bisa menikmati ramainya Pekan Raya Jakarta kembali? Solusi paling sederhana pada saat ini adalah patuhi protokol kesehatan dan lakukanlah vaksin. Sebarkan informasi-informasi tentang dua hal itu di media sosial. Terutama anak muda harus membuat gebrakan yang mengubah masyarakat ke arah positif demi mencapai titik di mana #IndonesiaPulih. 

4. Tidak ada kumpul di hari raya

Catatan Kecil Kami untuk Ibu Pertiwiilustrasi lebaran (pexels.com/mentatdgt)

Lebaran, salah satu hari raya umat Islam sedunia. Ketika lebaran, banyak masyarakat Indonesia yang mudik ke kampung halaman. Bertemu sanak-saudara dan orang tua. Berkumpul sambil merasakan malam takbiran hingga keesokan hari mengunjungi tempat terbuka untuk salat id. Pemandangan dan suasana syahdu melingkupi hari raya di setiap tahunnya. 

Namun, sudah dua tahun terakhir semuanya berbeda. Mudik dilarang, salat id dilakukan dari rumah, dan tidak boleh saling mengunjungi satu sama lain. Semua itu dilakukan karena pandemik COVID-19 yang belum sirna juga. Masyarakat Indonesia terpaksa berdiam diri, memandangi foto keluarga yang jauh di sana, dan bagi mereka yang beruntung, mereka bisa melakukan video call. 

Mau sampai kapankah kita seperti ini? Mau sampai kapankah canda dan tawa kita hilang ketika hari raya? Mau sampai kapan kita kehilangan "vibes" hari raya yang selalu kita rindukan? Bagaimana caranya kita kembali seperti dua tahun yang lalu? Semua orang bertanya-tanya seperti itu. 

Semua ini memang tidaklah mudah, tetapi yakinlah bahwa kita bisa. Kita, masyarakat Indonesia, bisa menghadapi kenyataan pahit ini. Bersabarlah, tetap ikuti peraturan dan jangan membantah aturan. Lakukan yang terbaik demi tercapainya #IndonesiaPulih dalam waktu dekat. Bersabarlah. 

5. Harapan

Catatan Kecil Kami untuk Ibu Pertiwiilustrasi orang berharap (pexels.com/Karolina Grabowska)
"Semoga (pandemik) cepat berakhir" - Thaha Yasin Ramadhan (Mahasiswa Universitas Jember)

"Semoga pandemik cepat selesai dan hak-hak rakyat dan kewajiban pemerintah terpenuhi - Hamzah Zainul" (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember) 

"Semoga pandemik berakhir, program vaksin sukses dan manusia bisa hidup normal lagi, Aamiinn" - Anindya Hanisah (Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia)

"Semoga seluruh masyarakat di Indonesia diberikan kesehatan dan terhindar dari virus Covid-19 dan semoga secepatnya Indonesia dapat pulih dari kondisi pandemik ini. Aamiin" - Dwi Andini (Siswi SMA Negeri 2 Cianjur)

"Semoga pandemik ini segera berakhir dan keadaan bisa normal kembali" - M. Mahdor Al Idrus (Masyarakat umum)

Mungkin masih banyak kata semoga lain yang disampaikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ini menandakan banyak sekali harapan mereka untuk memulihkan Indonesia. Rasa rindu terhadap kehidupan normal adalah hal yang paling utama. 
Anak muda, sebagai generasi harapan bangsa Indonesia, harus memiliki dedikasi, tekad, dan semangat dalam memperjuangkan kehidupan orang banyak di masa pandemik. Gerakkan aksi mengedukasi masyarakat tentang pandemik COVID-19 lewat media sosial, perangi berita hoax tentang pandemik, suarakan semangat dan rasa optimis bahwa Indonesia akan segera pulih. 

Mari saling bergenggaman tangan, bahu-membahu menyukseskan vaksinasi, menggalakkan taat protokol kesehatan, dan ucapkan selamat datang kepada kehidupan bebas COVID-19 dalam masa #IndonesiaPulih. 

Baca Juga: 5 Harapan Pulih Kembali untuk Indonesia

Yasmin Namira Photo Writer Yasmin Namira

Always keep writing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya