Di Balik Kisah Sebuah Buku dalam Bincang Shopee Bersama Gramedia

Ini dia perjalanan kisah di balik buku biografi

Dalam rangka Festival Buku Online " Shopee Super Brand Day" pada 20-22 Agustus nanti, Shopee menggelar acara Bincang Shopee. Membahas mengenai penulisan biografi, acara ini mengundang narasumber yang berpengalaman di bidangnya.

Mereka adalah Wisnu Suryaning Adji (penulis buku Rahasia Salinem), Addie MS (musisi Indonesia), dan Dita Soedarjo (publik figur, CEO Haagen Dazs). Diadakan Senin lalu (19/8), narasumber menceritakan perjalanannya dalam membuat buku dan kiat-kiatnya dalam menulis biografi.

1. Berawal dari hobi menulis diary, kini Dita Soedarjo mengeluarkan buku biografi berjudul Dignity

Di Balik Kisah Sebuah Buku dalam Bincang Shopee Bersama Gramedia

Sejak kecil, Dita memang hobi menulis. Berawal dari diary, kini menulis menjadi salah satu pekerjaan yang ia senangi. Saat libur panjang di sekolah, dirinya pun mengikuti program magang di salah satu majalah di Jakarta. "I love to express, talk, and write," ujar Dita Soedarjo saat sedang menceritakan perjalanannya menjadi penulis.

Dita menuliskan buku biografi karena dirinya merasa seperti menulis diary. Menurutnya, menulis novel lebih beresiko karena akan menulis tentang orang lain dan takut salah dalam menuliskannya. Buku yang ia tulis, lebih mengarah kepada para pembaca wanita. "Buku ini akan berhubungan dengan semua cewek biar gak mengulang kesalahan aku," tuturnya.

2. Lain lagi dengan Addie MS. Punya kisah hidup yang menarik, membuat penggemarnya turut menulis buku biografi tentang musisi ini

Di Balik Kisah Sebuah Buku dalam Bincang Shopee Bersama Gramedia

Biografi berjudul Addie MS, bermula dari inisiatif Evariny Andriana yang mengidolakan Addie sejak SMP. Dia tahu betul bagaimana perjalanan kehidupan ayah dari Kevin Aprilio ini. Ketika Addie mengadakan konser, Evariny menontonnya. Sepulangnya, ia membuat resensi konser tersebut dan mengunggahnya melalui media sosial Facebook. Hal ini menarik perhatian Addie. 

Suatu saat, Evariny menyampaikan keinginannya membuat buku biografi Addie. Pada awalnya, Addie menolak dan merasa belum waktunya. Namun Eva tidak menyerah. Akhirnya, Addie pun mau untuk memproses buku itu dan kini sudah terbit.

3. Meski awal kisahnya berbeda, pembuatan buku Dita Soedarjo dan Addie MS ini tak lepas dari hambatan lho!

Di Balik Kisah Sebuah Buku dalam Bincang Shopee Bersama GramediaIDN Times/yolandavania

Dita memiliki kesulitan dalam bahasa. Ia lebih fasih menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Ia dibantu oleh tim Gramedia untuk menerjemahkan tulisan berbahasa Inggris ke Indonesia.

Selain itu, Dita mengakui jika dirinya merupakan orang yang terbuka terhadap banyak hal. Namun, ini menjadi resiko dalam penulisan bukunya sehingga ia harus membatasi setiap tulisannya. 

dm-player

"Aku mau buku ini damai, gak menyinggung, gak ada salah sebut. Jadi, aku harus menyaring. Kalau menulis, aku gak bisa berhenti. Jadi, harus dibatasi," kata Dita Soedarjo.

Berbeda dengan Addie. Karena bukunya tidak ditulis sendiri, ia lebih sulit mengatur waktu untuk membaca tulisan Evariny. Biografinya itu pun sempat terhambat karena dirinya sibuk. "Diri aku yang time management-nya belum bagus. Tetapi begitu aku baca, sampai pagi, ya sampai pagi," ujarnya.

Baca Juga: 10 Penulisan Kata yang Kerap Keliru, Dipisah atau Digabung?

4. Punya segudang aktivitas, tak menjadi hambatan Dita Soedarjo menerbitkan buku biografi

Di Balik Kisah Sebuah Buku dalam Bincang Shopee Bersama GramediaIDN Times/yolandavania

Menurut Dita, menulis bukanlah pekerjaan baru. Kegiatan ini merupakan caranya menyembuhkan diri, merasa lebih baik, dan menjadi cerminan bagi kehidupannya. Jadi, kegiatan yang padat tidak menjadikan Dita mengurungkan niat menulis.

Dita mengerjakan bukunya pada malam hari, sepulangnya dari kantor. Dikatakannya, ia sudah malas pergi bergaul usai bekerja. Waktunya lebih banyak digunakan untuk menulis. Semua itu berjalan secara natural, tanpa merasa terpaksa lantaran harus menyediakan waktu khusus untuk menulis.

Tips dari Dita bagi penulis pemula adalah menulislah dari hati. Kalau kita mencoba menjadi orang lain atau memenuhi keinginan orang lain, bakal susah. Ketika nanti orang suka atau tidak suka, itu keputusan mereka. Dita meyakinkan, pasti ada yang mengerti dan membutuhkan apa yang kita tulis.

5. Wisnu Suryaning Adji pun membagikan cara menulis buku. Baginya, menulis dan menjadi penulis adalah dua hal yang berbeda

Di Balik Kisah Sebuah Buku dalam Bincang Shopee Bersama GramediaIDN Times/yolandavania

Wisnu menyarankan agar kita dapat membedakan story telling dan tulisan. Baginya, menulis adalah satu hal dan menjadi penulis adalah hal yang lain. Menulis adalah tentang diri sendiri. Menjadi penulis adalah menulis tentang orang lain. Ketika menulis, kita memerlukan kata-kata. Ketika penjadi penulis, kita butuh panggung. Tanpa panggung, kita tidak akan pernah jadi penulis. 

"Kalian bisa cek semua toko buku. Banyak banget penulis buruk yang bukunya terbit. Benar, kan? Itu kenapa? Karena punya panggung," tutur Wisnu.

Maka, yang pertama kali harus kita pikirkan adalah di mana panggung kita? Buruknya seorang penulis adalah ketika mau berkarya tetapi meminta validasi dari orang sekitarnya. Padahal, validasi dari orang sekitar tidak berpengaruh bagi karya. Pujian dari teman tidak akan membuat kamu jadi penulis. Kita butuh panggung yang signifikan.

Carilah panggung dari orang yang pantas menentukan, apakah tulisanmu bagus atau tidak. Kurang lebih, mirip ketika sedang mengikuti lomba. Selanjutnya, bedakan antara story telling dan menulis. Dalam menulis buku, sadarlah bahwa kita sedang menulis. Bukan sekedar curhat. 

Baca Juga: Lebih Dekat dengan Penulis Novel Rahasia Salinem, Wisnu Suryaning Adji

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya