Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT 

Edukasi anak sejak dini agar tidak terlambat! 

Edukasi seksual yang komprehensif penting untuk diajarkan sedari dini. Dilansir UNESCO, hanya 34 persen anak-anak di seluruh dunia yang memahami bagaimana pencegahan dan penularan HIV dan dua dari tiga anak perempuan di beberapa negara tidak tahu apa yang harus mereka lakukan saat pertama kali menstruasi.

Mereka berhak untuk mengenal tubuh mereka sejak kecil. Selain itu, cepat atau lambat, mereka akan melalui masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Tanpa adanya informasi dan edukasi yang jelas tentang kesehatan seksual, mereka akan merasakan kebingungan dan ketakutan.

Dari alasan itulah, Mariana Yunita Hendriyani Opat atau akrab disapa Tata memulai gerakan program Bacarita Kespro bersama Tenggara Youth Community yang ia dirikan. Setelah menuliskan artikel “Dari Korban Jadi Relawan, Mariana Yunita Beri Edukasi Seks pada Anak”, penulis ingin mengupas lebih dalam bagaimana metode dan pengajaran Bacarita Kespro yang diinisiasi oleh Tata bersama Tenggara. Siapa tahu, dengan program ini, para pemuda di Indonesia bisa meneladani dan membuat program dengan visi serupa. Mari kita simak penjelasan berikut.

1. Tata mendirikan Tenggara Youth Community dengan program unggulan bernama Bacarita Kespro 

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)

Bacarita Kespro adalah salah satu program unggulan yang diinisiasi oleh teman-teman Tenggara Youth Community. Tenggara Youth Community sendiri sudah ada sejak 2016 di Kota Kupang. Saat itu juga, Bacarita Kespro diinisiasi.

Bacarita Kespro adalah program edukasi dan informasi tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR). Jadi, sistem yang diterapkan para relawan Tenggara adalah mereka datang ke komunitas, sekolah, dan kelompok remaja di Kupang untuk memberikan informasi dan edukasi terkait HKSR.

“Kenapa pilihnya kata bacarita kespro? kenapa bukan kayak fasilitas kespro atau sosialisasi kespro? Karena kami merasa bahwa kalau, misalnya, bahasanya lebih lokal dan lebih dekat terus lebih santai didengarnya, itu teman-teman merasa tidak terbeban untuk mempelajari terkait isu ini. Apalagi, ini isu yang tabu. Jadi, kami melakukan dengan pendekatannya menggunakan kata bacarita yang dalam arti bahasa Melayu Kupang itu artinya ‘bercerita’,” ujar Tata.

2. Tidak sembarangan, Bacarita Kespro juga menganalisis karakteristik sasarannya

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)

Bacarita Kespro memiliki konsep, metode berbagi, dan materi yang menyesuaikan komunitas atau kelompok yang menjadi sasarannya. Dengan begitu, teman-teman Tenggara tahu edukasi dan informasi seperti apa yang mereka butuhkan.

Sebelum turun ke lapangan, Tenggara akan meminta izin dan bertanya kepada kepala keluarga berapa jumlah anak laki-laki dan perempuan, umurnya, dan pengetahuan mereka tentang isu yang akan Tenggara bawa. Tenggara pun akan bertanya apa pernah ada kasus kekerasan atau pelecehan di sekitar. Jadi, tenggara tidak asal berasumsi bahwa mereka membutuhkan suatu pengetahuan tanpa tahu apa yang benar-benar anak-anak atau remaja tersebut butuhkan.

3. Bacarita Kespro juga menggunakan panduan dari WHO untuk menyosialisasikan HKSR 

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)

Edukasi kesehatan seksual tidak bisa sekali dilakukan, tapi harus bertahap. Untuk bisa menyosialisasikan dan meningkatkan kesadaran anak-anak dan remaja, Bacarita Kespro menggunakan 2 modul dan 1 panduan dari WHO sebagai dasar. Jadi, Tenggara tidak asal datang, lalu bercerita.

Sebaliknya, Tenggara akan mempersiapkan dengan matang semua modul, model, dan alat peraga sebelum menyampaikan kepada anak-anak dan remaja. Dengan begitu, apa yang disampaikan program Bacarita Kespro bisa efektif dan mudah dipahami.

4. Program Bacarita Kespro dilakukan dengan metode yang mengasyikkan karena diisi dengan banyak permainan 

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)
dm-player

Untuk anak-anak dan remaja, misalnya, Tenggara akan menyiapkan ice breaking, tes awal, dan tes akhir dengan metode permainan. Jadi, teman-teman kalau mau cari tahu tentang pubertas, misalnya, Tenggara tahu pengetahuan mereka sudah sejauh apa.

Tenggara pun akan mengajak teman-teman untuk bercerita pengalaman-pengalaman yang mereka alami selama pubertas. Ini akan membantu Tenggara dalam proses-proses di setiap sesinya.

Baca Juga: Kisah Elmi Sumarni Ismau, Sahabat Difabel yang Mantap untuk Mengabdi

5. Bacarita Kespro menyasar anak-anak usia 3—24 tahun 

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)

Awalnya, Bacarita Kespro menyasar usia 10—24 tahun. Namun, seiring berjalannya waktu, Bacarita Kespro melebarkan rentang usianya dari 3—24 tahun.

“Waktu itu kasus Angela, yang anak kecil itu diperkosa dan dibunuh itu. Itu kami kemudian mulai menambah rentang umurnya kami dari yang masih sangat kecil. Jadi, itu biasa usia PAUD atau TK sampai ke usia 24 tahun untuk sasarannya,” tutur Tata.

6. Pertemuan pertama selalu menjadi tantangan berat dan Bacarita Kespro perlu dilakukan secara rutin agar pesan HKSR dapat tersampaikan

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)

Untuk sesi perkenalan saja, ternyata bisa sampai 30 menit. Hal itu diupayakan agar para remaja merasa nyaman dengan para relawan Tenggara.  Untuk persentase hasil nyatanya, Tata mengaku mungkin masih 65 persen. Itu karena perubahan perilaku dan pemikiran para anak-anak dan remaja itu tidak akan berubah kalau Bacarita Kespro hanya diadakan sekali atau dua kali saja, jadi harus berkali-kali.

Dengan pertemuan yang terus-menerus ini, Bacarita Kespro akan membuka sesi dengan topik yang berbeda. Jika saat ini membahas organ reproduksi, misalnya, pertemuan selanjutnya akan membahas pubertas, lalu kekerasan dalam pacaran, relasi dengan keluarga, dan sebagainya. Meski tidak bertemu sampai berbulan-bulan, tetapi Tenggara mengusahakan agar minimal dasar dan isu HKSR sudah para anak-anak dan remaja tersebut pahami.

Sebelum pandemik, tenggara bisa berkunjung tiga kali dalam seminggu karena permintaan dari desa, gereja, dan sekolah. Memang terasa capek dan melelahkan karena banyak relawan yang juga masih kuliah dan kerja. Namun, ketika pandemik melanda, momen-momen seperti itu justru membuat Tata dan Tenggara kangen.

7. Harapan Tata terhadap Bacarita Kespro 

Mengenal Bacarita Kespro, Program Edukasi Seks untuk Anak di NTT Bacarita Kespro (dok. Tenggara Youth Community)

Tata berharap bahwa edukasi kesehatan seksual minimal bisa menjadi ekstrakurikuler di sekolah. Meski tidak bisa menjadi mata pelajaran, setiap Sabtu, para siswa bisa mengaksesnya. Untuk komunitas gereja dan kelompok remaja, ia berharap bahwa isu HKSR juga bisa disampaikan saat sekolah Minggu atau ketika kaderisasi. Untuk lingkungan kampus, Tata berharap di sana juga ada ruang aman, seperti layanan informasi dan bantuan untuk mereka yang mengalami kekerasan seksual.

Sebagai gambaran, bahwa isu HKSR akan bisa tersampaikan dengan baik jika berbentuk segitiga, jadi ada anak, pendidik, dan orangtua. Peran ketiganya sangat penting. Jika guru menyampaikan isu tersebut pada anak, misalnya, akan jadi percuma ketika sang anak pulang, orangtuanya justru bilang bahwa itu tidak benar.

Oleh karena itu, Tata bersama Tenggara selalu mengajak orangtua dan pendamping harus ikut serta saat diskusi. Dengan begitu, mereka juga bisa mendengar ilmu yang anak-anak mereka dapatkan. Sesampainya di rumah, mereka bisa mendiskusikannya kembali.

Berawal dari Mariana Yunita Hendriyani Opat, Penerima Apresiasi Bidang: Kesehatan untuk 11th SATU Indonesia Awards 2020 dari Astra Indonesia, semoga gerakan pemuda yang serupa juga bermunculan di Indonesia. Tentu saja, peran pemerintah dan masyarakat juga penting untuk mewujudkan Indonesia yang lebih ramah dan jadi tempat aman untuk semua orang, terutama perempuan dan anak-anak.

Baca Juga: KBA Giri Rejo Karang Joang, Andalkan Wisata Alam yang Asri

Yudha Photo Writer Yudha

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya