Bermakna Dalam, 7 Pepatah Minang Ini Bisa Jadi Pegangan Hidupmu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Minangkabau terkenal karena kekentalan adat dan budayanya yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat. Termasuk pula petuah atau pepatah orang Minang yang sarat akan makna kehidupan.
Pepatah ini bisa menjadi sarana untuk mengingatkan diri sendiri untuk berprilaku baik terutama ketika berada di lingkungan masyarakat.
Berikut kumpulan pepatah Minang yang bisa memberi banyak inspirasi bagimu.
1. Alat baulah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku
Artinya, seseorang yang tidak mau dibawa ke jalan yang benar menandakan bahwa mentalnya sudah rusak.
Mendapat nasihat atau teguran dari orang merupakan suatu keberuntungan. Sebab dengan itu, kita bisa tahu kesalahan yang diperbuat dan bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Peribahasa ini menggambarkan jika seseorang yang tak mau diberi nasihat dan tak mau memperbaiki diri, maka ia tak lebih dari orang yang sudah rusak mentalnya. Karena hanya orang yang tidak sadar saja yang tidak mengerti maksud perkataan seseorang.
2. Alah bauriah bak sipasin, kok bakiek alah bajajak, habih tahun baganti musim sandi Adat jangan dianjak
Artinya, meskipun tahun berganti dan musim berubah, tetapi pegangan hidup janganlah lepas.
Waktu boleh berlalu, musim boleh berganti, zaman boleh bergulir, tapi prinsip dan pegangan hidup jangan sampai ikut berubah. Dalam masa mana pun, manusia harus tetap berpegang teguh pada prinsip dan aturan hidup.
Pegangan hidup itu tak boleh tergerus zaman. Jika hal tersebut hilang dan lepas, maka rusak pula kepribadian dan tujuan hidup manusia.
3. Bungkuak saruweh tak takadang sangik hiduang tagang kaluan
Artinya, seseorang yang tidak mau menerima nasehat dan pendapat orang lain, meskipun orang tersebut berada di pihak yang benar sekalipun.
Bukan sesuatu yang salah jika memiliki pendapat atau argumen sendiri terhadap suatu hal. Namun, jika tak mau menghargai pendapat orang lain, apalagi sampai tak mau menerima nasihat orang sekalipun itu adalah kebenaran, maka hal ini sudah keterlaluan.
Demi kebaikannya sendiri, manusia hendaknya mau menerima kebenaran yang dikatakan orang lain, walaupun itu bertentangan dengan egonya. Sebab yang baik memang tak selamanya indah dan menyenangkan dalam pikiran seseorang.
Baca Juga: 7 Kosakata yang Identik dengan Pariaman, Kota Tabuik di Ranah Minang
4. Baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso darek
Editor’s picks
Artinya, beban yang berat dapat dipikul, tetapi budi sedikit terasa berat.
Maksud dari pepatah ini adalah seberat apa pun suatu benda, benda tersebut masih bisa dipikul. Sementara orang yang tak berilmu tak pula berbudi akan terasa lebih berat dan akan sangat membebani.
Pepatah ini mengajarkan agar hendaknya setiap orang harus berilmu agar segala permasalahan bisa diselesaikan dengan ringan.
5. Anjalai tumbuah dimunggu, sugi sugi dirumpun padi. supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi
Artinya, pengetahuan hanya didapat dengan berguru, kemuliaan hanya didapat dengan budi yang tinggi.
Tak sedikit kita dapati di zaman sekarang, banyak orang berilmu, namun memiliki perangai yang buruk. Ini menjadi bukti betapa pentingnya menanamkan pendidikan karakter pada manusia.
Pepatah ini menekankan bahwa ilmu pengetahuan bisa diraih dengan bersekolah atau berguru pada siapa saja. Sementara kemuliaan hidup dan kehormatan hanya bisa diraih lewat budi pekerti atau perilaku baik.
6. Anjalai pamago koto, tumbuah sarumpun jo ligundi, kalau pandai bakato kato, umpamo santan jo tangguli
Artinya, seseorang yang pandai menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang baik, akan enak didengar dan menarik bagi orang yang dihadapi.
Menyampaikan sesuatu pada orang memang menjadi hal yang menyenangkan. Namun tentu menyampaikannya dengan cara baik-baik akan lebih menyenangkan dan terasa nyaman.
Dari sini kita harus ingat betapa pentingnya menjaga lidah. Perkataan kita akan mudah diterima orang apabila cara menyampaikannya juga baik dan terasa nyaman di hati.
7. Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai nan buruak samo dibuang
Artinya, kebiasaan yang baik haruslah dipakai, dan kebiasaan yang buruk harus dibuang.
Sudah barang tentu suatu kebiasaan baik harus dipertahankan. Sementara kebiasaan buruk harus dibuang jauh-jauh. Tak ada keuntungan jika terus melakukan kebiasaan buruk. Hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ada baiknya kita diharuskan berhati-hati dalam bersikap. Sebab, seseorang menilai kita dari sikap dan perangai. Semoga dengan ini, bisa memberi banyak motivasi pada siapa saja untuk tetap memperbaiki diri, ya!
Baca Juga: 5 Kosakata Homonim dalam Bahasa Minang, Kata Sama tapi Makna Beda nih!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.