Jadi Hal yang Ditakuti, 3 Solusi Perangi Angka Kematian Ibu & Bayi

BKKBN pecahkan masalah ini bersama UGM, UNFPA, dan SETNEG

Sinergi BKKBN dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia dan Universitas Udayana, di bawah pimpinan konsultan UNFPA, Dr. Saramma Mathai, dan Kementerian Sekretariat Negara melaksanakan pelatihan International Training bagi dokter untuk meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana (KB), Yogyakarta (12/9). Kegiatan ini diupayakan agar mengurangi kasus unmet need dan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).

Menurut World Health Organization (WHO), diprediksi bahwa setiap hari ada 830 perempuan meninggal dikarenakan komplikasi kehamilan dan persalinan. Bahkan, sekitar 99 persen kematian ibu saat melahirkan ada di negara berkembang. Demikian pula, angka kematian perempuan akibat kehamilan dan persalinan ternyata lebih tinggi di daerah pedesaan terpencil daripada di perkotaan. Berdasarkan hal tersebut, berikut materi pelatihan dari International Comprehensive Right-Based Family Planning Training Service yang dapat pecahkan solusi mengurangi unmet need dan KTD.

1. Perawatan rutin ibu hamil serta didukung tenaga medis yang sigap

Jadi Hal yang Ditakuti, 3 Solusi Perangi Angka Kematian Ibu & Bayishutterstock.com/wavebreakmedia

Menurut United Nation, perawatan sebelum, selama, dan setelah melahirkan, begitu efektif dalam menurunkan kematian ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Dalam hal ini, petugas kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan sangat berperan penting karena berada di garda terdepan dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat termasuk ibu hamil. 

Maka dari itu, peran Kependudukan dan Keluarga Berencana berkaitan erat dan berkontribusi menyukseskan keberhasilan 17 Sustainable Development Goals terutama pada poin ketiga, yaitu Good Health and Well-Being dengan tiga target, yakni Child Health, Maternal Health, dan HIV/AIDS.

2. Pelatihan keluarga berencana berbasis hak komprehensif

dm-player
Jadi Hal yang Ditakuti, 3 Solusi Perangi Angka Kematian Ibu & BayiIDN Times/BKKBN

International Training on Comprehensive Right Based Family Planning, pada tahun ini menjadi tahun kelima dilaksanakannya pelatihan tersebut. Melalui kegiatan ini, BKKBN bersama UGM, UNFPA, dan SETNEG bertujuan meningkatkan pelayanan KB dan menurunkan unmet need serta KTD.

LoU was signes in October 2014 between BKKBN and Faculty of Medicine UGM to develop a Center of Excellence Comprehensive Right-Based Family Planning training,” ungkap Deputi Latbang BKKBN, Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc., PhD. dalam pembukaan pelatihan ini.

Secara garis besar, dirinya menyebutkan komprehensif sendiri berarti pelatihan ini diharapkan mampu men-cover isu dari manajemen keluarga berencana, advokasi, supply demand, dan juga pelayanan KB. Adapun right-based berarti pelatihan ini bisa men-cover semua metode kontrasepsi, baik modern maupun tradisional.

3. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan negara berkembang lainnya terkait KKBPK

Jadi Hal yang Ditakuti, 3 Solusi Perangi Angka Kematian Ibu & BayiIDN Times/BKKBN

Bapak Deputi Latbang BKKBN itu menambahkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan kerja sama terkait Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) antara negara-negara berkembang dengan berbagi pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman. Berharap pelatihan ini bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan program keluarga berencana di negara masing-masing.

Pelatihan ini dilaksanakan selama 13 hari, dimulai tanggal 11 September – 3 Oktober 2019. Adapun peserta pelatihan sebanyak 9 orang yang berprofesi sebagai dokter dan sudah berkecimpung di pelayanan KKBPK selama 3 tahun dari berbagai negara, yaitu Indonesia, Laos, Mesir, Pakistan, Kamboja, dan Sri Lanka.

Topik:

  • Ajeng

Berita Terkini Lainnya