Lagi Patah Hati? Yuk, Menata Hati dan Belajar Memantaskan Diri Agar Patahmu Tak Sia-Sia

#DearSister Curhat galau di media sosial tidak akan mempercepat datangnya jodoh.

Dear sister, bagaimana kabarmu hari ini? Sudahkah kamu terbiasa menjalani hidup tanpa dia? Sudahkah hatimu menerima semua takdir yang telah digariskan ini? Sudahkah kamu berlapang dada karena tak lagi dijadikan pilihan baginya? Sudahkah kamu menghentikan isak tangis di sepanjang malammu itu?

Sudahkah kamu menghentikan segala aktivitas mengenang masa lalu yang hanya menyesakkan dada itu?

Dear sister, tak ada yang salah dengan segala rutinitas barumu untuk beradptasi dengan hatimu yang patah itu. Kamu memang butuh waktu untuk mengembalikan semua kebahagiaan yang sempa kamu gantungkan pada pria yang tega meninggalkanmu itu. 

Dan wanita memang selalu begitu, memasrahkan segala penyembuhan luka pada sang waktu. Beda halnya dengan mantan kekasihmu yang sudah lari dalam pelukan wanita lain untuk melupakanmu.

Kelak ketika lukamu itu mulai ditemukan oleh tangan baru yang siap mememlukmu lebih hangat, menjagamu lebih erat, kamu kembali tergoda untuk menyerahkan hati pada sosok yang  baru lagi. Lagi dan lagi kamu kembali tergoda untuk memulainya. Mau sampai kapan kamu begitu?

Dan kamu menjawab dengan sebuah senyuman “sampai aku bisa bertemu orang yang tepat”.

Dear sister, aku tau kita memang sedang hidup di zaman yang dipenuhi dengan kepameran. Segala hal banyak diumbar dipamerkan melalui sosial media. Bahkan tak jarang kita menjumpai curahan hati yang mendadak viral terkai pertengkaran rumah tangga atau perselingkuhan sang suami. Dan ketika segalanya sudah diumbar, sekali lagi kita hanya manusia yang mudah tergoda untuk mencoba. Mudah tergoda untuk membiarkan hati yang telah patah kembali untuk diutuhkan oleh orang baru.

Padahal jika kamu sadar, saat kau biarkan hatimu kembali diisi cinta yang baru, itulah awal mula kau relakan hatimu untuk dipermainkan dan disakiti lagi. Apa kamu tak pernah merasa lelah untuk mencari sosok yang menurutmu tepat dengan cara yang sama lagi dan lagi? Tak pernahkah terbesit pikiran untuk mencari dengan cara yang lebih cantik secantik wajahmu? Kecantikanmu itu, kebaikan hatimu itu, aku rasa akan terlalu sia-sia jika hanya dihabiskan untuk mencari sosok yang tepat dengan caramu yang dahulu.

Kenapa tak kamu coba jalan untuk menata hati seraya memantaskan diri terlebih dahulu?

dm-player

Dear sister, aku juga bukan wanita solehah yang tak pernah tergoda untuk menjalin kasih demi mencari sosok yang tepat. Aku sama seperti kalian, jiwa muda yang dipenuhi rasa haus akan cinta. Tapi aku pernah mendapatkan luka yang terlalu sulit untuk disembuhkan oleh manusia. Luka yang hanya bisa disembuhkan oleh kasih sayang Tuhan. Lukaku bukan sekedar dikhianati demi wanita lain, bukan pula karena aku yang tak kunjung dijadikan prioritasnya.

Percayalah, aku berani menuliskan semua nasihat cinta ini karena aku telah mengalami luka yang pedihnya tiada tara.

Dear sister, aku sama sekali tak berniat mengguruimu. Tapi aku hanya ingin sekedar berbagi pengalaman. Ketika aku pernah menggantungkan kebahagiaan dan hidupku pada pria itu, dan saat ia pergi kamu tentu tau bagaimana runtuhnya duniaku saat itu. Segila apa aku mencintainya hingga upaya bunuh diri pernah terbesit di kepala. Kamu boleh mengumpatku, menyumpahi kebodohanku, tapi sungguh itu memang kebodohan seorang wanita yang jauh dari TuhanNya.

Karena itu, kini aku bersyukur Tuhan menyelamatkanku dari kebodohanku untuk mengakhiri hidup demi pria yang menyia-nyiakanku. Aku bersyukur Tuhan masih mengijinkanku berbahagia tanpa harus menggantungkan kebahagiaan pada cinta yang baru. Sungguh aku bersyukur karena segala pencerahan itu datang kepadaku di saat yang tepat. Ia benar-benar memelukku dengan erat tanpa berniat untuk meninggalkanku. Saat itulah Ia berbisik padaku melalui barisan ayat firmanNya. Ia janjikan kepadaku kehidupan dan cinta yang lebih baik jika aku mau berbenah diri dan memantaskan diri. Ia janjikan padaku sosok yang tepat dan lebih baik, tak peduli seburuk apa aku di masa lalu. Jika saja aku  au berubah untuk menjadi lebih baik.

Kini hidup seperti memaksaku untuk menjadi dewasa. Memaksaku untuk lebih mendekat kepada segala ilmu yang dulu tak pernah ku inginkan untuk ku pelajari. Ya, ilmu memantaskan diri. Di usiaku yang hampi seperempat abad, aku baru saja belajar untuk memantaskan diri. Aku juga seringkali masih mengeluh perihal jodoh yang tak kunjung dikirim kepadaku. Sementara satu persatu teman sepermainan mulai mengundangku ke acara pernikahannya.

Aku sempat berputus asa. Rasa-rasanya segala upaya telah ku lakukan untuk menjemput jodoh. Memperluas pergaulan, hingga mengikuti biro jodoh juga sudah pernah ku coba. Seola aku telah pasrah dengan segala keadaan yang datang, seolah aku akan menyambut siapapun yang datang kepadaku.

Apakah aku benar? Tentu saja tidak. Tak ada pembenaran yang tepat bagiku karena keinginan untuk dicinta hingga membiarkan celah bagi makhluk lain untuk menyakiti hatiku lagi. Kehidupan ini bukan hanya perkara laku dan tidak laku, atau seberapa banyak laki-laki yang mengantri untuk mendapatkanmu. Bukan soal itu saja.

Dear sister, cobalah untuk membaca buku, merenung sejenak untuk menuliskan keinginan dan pencapaianmu. Mulailah berdamai dengan hatimu yang penah terluka itu. Jangan sekali-kali berpikir untuk membalas dendam karena pernah disakiti. Jikapun ingin membalas dendam, balaslah dengan cara yang elegan, yaitu dengan kesuksesanmu.

Bukankah jauh lebih keren untuk membuat mantanmu menyesal dengan kesuksesan karir dan pendidikanmu? Bukankah jauh lebih memuaskan untuk melihat mantanmu menyesal karena hidupmu yang terlihat lebih baik dan bahagia tanpa dirinya?

Jadi bagaimana? Kamu ingin bergabung denganku? Belajar bersama untuk menata hati dan memantaskan diri? Mari merayakan patah hati kita dengan cara yang lebih baik. Agar patahmu tak lagi menjadi sia-sia...

Alifatul Mufarrohah Photo Verified Writer Alifatul Mufarrohah

find me on http://www.alif0725.wordpress.com or @al.alif

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya