Untuk Sahabatku yang Telah Pergi, Kuharap Engkau Menemaniku Sebentar Saja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Air mataku meleleh begitu saja setelah kutiup lilin ulangtahun persahabatan kita yang ke-19 tahun. Kukira, aku akan menjadi gadis yang kuat setelah kamu meninggalkan aku dan semuanya empat tahun yang lalu, nyatanya, aku tetaplah sahabatmu yang cengeng dan tidak bisa diandalkan.
Empat tahun yang lalu, saat Tuhan mengambilmu secara tiba-tiba, aku merasa seperti bermimpi. Aku tidak perlu buru-buru pergi ke rumahmu untuk melihat keadaanmu. Aku merasa tidak terjadi apa-apa karena dua jam sebelumnya, kamu meneleponku dan menceritakan bahwa kamu terpeleset di bawah eskalator. Kita tertawa begitu lama mendengar ceritamu. Andai aku di sana, aku tidak tahu betapa histerisnya aku menertawakanmu yang sedang kesakitan dan menahan malu.
Sesampainya di rumahmu, aku mendapati rumahmu tak seperti biasanya. Banyak orang berpakaian hitam-hitam, sementara aku berkaos pink warna kesukaan kita berdua sejak kecil. Aku mulai masuk ke dalam rumahmu, ternyata kamu sedang tidur. Wajahmu pucat sekali saat itu. Apa kamu lupa mengoles lipstick di bibirmu?
Semua orang di sekitarmu menangis. Ibumu yang kukenal jenaka itu juga menangis dan beberapa kali tak sadarkan diri. Aku bingung karena aku tak bisa merasakan apa-apa. Aura kesedihan dan kehilangan di ruangan itu tak bisa aku rasakan. Kosong.
Aku tidak merasakan apa pun. Aku hanya menatapmu bisu dan tidak bisa berbuat apa-apa. Aku ingin sekali memelukmu untuk yang terakhir kalinya, tapi tubuhku malah tertahan di sudut kamarmu, menatap diam jendelamu yang berembun. Aku tidak paham mengapa orang-orang begitu sibuk mengurusimu pada saat itu, sementara aku kedinginan di sudut kamarmu, butuh pelukanmu tapi tubuhmu kaku, tak bisa bangun lagi.
Editor’s picks
Hari-hari berikutnya terasa sangat menyedihkan. Kebiasaan yang selalu kita lakukan bersama sebelumnya, kini kulakukan semuanya sendiri. Aku harus tertawa sendiri, aku harus pergi ke salon sendiri, aku harus pilih pakaian sendiri, dan sedihnya lagi aku harus meniup lilin ulangtahun persahabatan kita sendiri selama empat tahun ini.
Aku bosan sendiri. Tidak ada kamu di sini benar-benar membosankan. Aku juga bosan mendengar pertanyaan orang-orang apakah aku baik-baik saja? Tidakkah mereka mengerti bahwa setelah kepergianmu, aku tidak pernah baik-baik saja? Oh, iya, aku lupa bahwa tidak ada yang bisa mengerti aku selain kamu.
Kamu masih ingat Dion? Laki-laki yang aku sukai sejak SMA? Kini dia terus mendekatiku, dan satu minggu yang lalu, tepat di ulangtahunku yang ke-23, dia memintaku untuk menjadi pacarnya. Kamu tahu, aku menangis saat itu juga. Dion sampai kebingungan kenapa aku tiba-tiba menangis, tapi aku memilih diam dan pulang. Aku teringat kamu. Aku teringat bagaimana kamu begitu menggebu mendengar ceritaku dan Dion. Kamu selalu menjadi pendengar yang baik. Kamu juga selalu berusaha menjadikanku gadis sempurna di mata Dion.
Kamu selalu berusaha yang terbaik untukku. Katamu dulu, seorang sahabat harus selalu melakukan yang terbaik untuk sahabatnya. Aku tidak bisa membayangkan ketika kamu tahu bahwa Dion baru saja menembakku. Kamu pasti bahagia sekali mendengarnya. Tapi, kamu tidak di sini. Aku tidak bisa menceritakannya padamu. Aku malah meninggalkan Dion begitu saja tanpa jawaban apa pun.
Aku minta maaf kalau hal ini membuatmu kecewa. Tapi kamu harus tahu, aku benar-benar terluka dengan kepergianmu. Sekarang, Dion tidak ada artinya lagi buatku. Sejak kepergianmu empat tahun yang lalu, aku sadar bahwa aku telah kehilangan semuanya.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.