Dalam Diam, Kutenun Doa untukmu di Setiap Malam

Tidak ada yang salah dengan takdir. Atau dengan bongkahan kelopak mawar yang mengembang dan mekar di dalam hati. Tidak ada yang salah dengan kupu-kupu yang tiba-tiba berterbangan di perut acapkali berbicara langsung denganmu.

Tidak ada yang salah tentang rasa takut dan gugup tiap kali aku bertemu denganmu. Padahal, aku sudah berminggu-minggu aku menimbun rindu di dada. Sampai-sampai, ingin meledak aku rasanya.

Aku tidak tahu mengapa aku mencintaimu secepat ini. Dan aku hanya mampu menyimpannya dalam diam. Aku tidak tahu mengapa seolah-olah kamu memiliki seribu bayangan. Ke mana pun arah aku menatap, di sana selalu ada bayangmu. Menari di pelupuk mataku.

Aku ingin selalu bertemu denganmu. Lagi dan lagi. Ada deretan rindu bagaikan aritmetika tak terhingga yang meluap-luap. Seperti dendam, bukankah rindu harus dibayar tuntas? Walau, saat aku bertemu denganmu secara langsung, tiba-tiba nyaliku ciut. Keberanianku mengkerut. Keringat dingin mengalir satu-satu saking gugupnya.

Aih, beginikah derita seorang yang mencintai dalam diam? Hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Tanpa mampu secara dekat denganmu saling bertatapan, apalagi menyatakan.

Aku ingin kamu tahu tentang perasaan ini. Bahwa aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Aku ingin kamu mendengarkan bisikanku: “Aku sayang kamu.”— dengan titik di akhirnya. Aku ingin kamu tahu, bahwa aku tidak membutuhkan jawaban untuk itu. Cukup titik. Tanpa ada tanda lainnya.

Aku hanya ingin kamu tahu, tanpa sanggup bermimpi untuk memilikimu. Karena aku tahu, terlalu menggenggam pasir ditanganku, akan membuat pasir itu lolos dan menghilang dari sela-sela jemariku. Aku hanya ingin mencintaimu tanpa tendensi. Menjadi secarik angin sejuk yang menyegarkan siang terikmu. Menghangatkan malammu.

Jujur, aku tidak menyukai ketidakberdayaanku, yang hanya mampu memendam dalam diam. Yang hanya bisa memikirkan tanpa mampu mengungkapkan. Aku sama sekali tidak menyukai kelemahanku ini, tapi aku menerimanya sepenuh hati.

Kamu tahu kenapa?

Karena menemuimu dan memilikimu adalah sebagian mimpi yang menghantui alam bawah sadarku. Biarlah jarak ini tetap pada tempatnya. Biarlah kepingan sunyi tetap membeku. Biarlah rindu dan perasaan ini tertenun — terpendam dalam diam. Dengan begitu, masih banyak manik waktu yang dapat kugulirkan untuk menenun doaku untukmu. Dalam diam.

 

---

Mau karya tulismu diterbitkan oleh IDNtmes.com? Yuk, submit artikelmu di IDNtimes Community! Cari tahu bagaimana caranya di sini.