Aku Meminta Banyak Hal Pada Ayahku dan Ternyata Apa yang Ia Berikan Tidak Pernah Kusangka Sebelumnya

“Setiap ayah di dunia memang paham yang terbaik untuk putrinya.”

 

Tahukah sobat, aku sempat kesal pada ayahku. Ya memang aku menuntut banyak hal darinya, tapi tidak ada satupun dari permintaanku yang ia penuhi! Apakah kamu juga pernah merasakannya? Rasanya sebal dan kesal, emosi sudah naik sampai ke ubun-ubun, tapi nggak bisa marah pada ayah karena… dia memang ayahku. Kalau diingat-ingat lagi, sudah sejak kecil ayahku berlaku seperti ini dan aku hanya bisa menghela napas setiap kali mengingatnya.

Saat aku masih kecil dan tidak bisa melakukan semuanya sendirian, aku sering menangis karena lapar. Aku cuma minta diberi susu saja kemudian aku akan kembali tidur. Tapi ayah rela bangun di pagi buta, membiarkan ibu untuk tetap beristirahat dan membuatkan susu untukku. Tidak hanya sampai di sana saja, ayah bahkan menggendongku sambil memberikan susu untukku. Ia ingin putrinya merasa nyaman walau itu berarti ayahku harus memotong jam tidurnya. Sekarang, aku tumbuh sehat jasmani dan batin, penuh dengan kasih sayang orang tuaku.

Saat aku berusia tiga tahun, aku meminta dibelikan peralatan tulis yang lucu, walaupun seharusnya aku tidak memerlukannya. Tapi ayahku membelikanku peralatan tulis lucu yang lengkap dan terbaru, bahkan aku mendapatkan tas dan botol minumnya juga. Ia mengeluarkan uang lebih supaya bisa melihat senyumku dan memompa semangatku untuk belajar. Sekarang, aku lebih bisa menghargai setiap pemberian orang dan menggunakannya sebaik mungkin.

Saat aku berusia lima tahun, aku menari di depan ayah dan ibu, aku minta untuk diperhatikan oleh dua pasang mata yang gembira melihat anaknya bergerak lincah. Tapi ayahku malah membawaku ke sanggar tari dan mendaftarkanku di sana. Aku bertemu banyak teman baru, belajar menari bersama dan tampil di depan ratusan pasang mata. Sekarang, aku sadar, aku jadi punya kepercayaan diri untuk tampil dan berbicara di depan umum.

Saat aku masuk ke sekolah dasar, aku minta supaya aku bisa bersenang-senang lebih banyak bersama teman-teman. Ayahku tahu yang terbaik, ia memasukkanku ke sekolah terbaik dengan kualitas pendidikan yang terbaik pula. Ia ingin aku tumbuh cerdas, aktif dan sehat di sekolah yang terbaik untukku. Sekarang, aku tumbuh sebagai gadis yang memiliki pengetahuan yang luas akan dunia ini.

Saat aku malas belajar dan meminta izin ayahku untuk main bersama teman-temanku, ayah malah menyuruhku untuk belajar di kamar dan membiarkan teman-temanku untuk bermain sendiri tanpaku. Aku menangis sampai tertidur saking lelahnya. Tapi apa yang kudapatkan sekarang? Aku mungkin berlari lebih jauh dan melompat lebih tinggi dibandingkan temanku yang lain.

Saat aku meminta uang lebih pada ayahku untuk bermain bersama teman-teman di pusat perbelanjaan, dia tidak memberikannya kepadaku. Ayahku malah memberikanku sebuah kesempatan untuk membantu dirinya menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Sekarang, aku jadi belajar untuk mendapatkan sesuatu, aku perlu berjuang terlebih dahulu. Aku jadi paham bahwa sesuatu yang kudapatkan dari kerja keras rasanya lebih bernilai dan berharga.

Saat aku meminta ayahku untuk membelikanku baju dan sepatu yang baru, ayahku hanya memberikanku tayangan mengenai anak-anak di belahan dunia lainnya yang tidak menggunakan sepatu. Aku tidak mengerti maksudnya dan saat itu emosi membutakan mataku. Aku marah sekali pada ayahku dan bertekad untuk tidak bicara padanya selama tiga hari. Tapi sekarang aku sadar, ayah mengajariku untuk tidak menghambur-hamburkan uang untuk barang yang aku inginkan. Aku harus mengeluarkan uang untuk barang-barang yang memang aku butuhkan.

Saat aku meminta ayahku untuk tidak menungguku ketika aku pulang larut malam, ayah dengan keras kepala tetap menantiku di ruang keluarga sambil menonton televisi. Aku heran kenapa ayahku malah memberikanku bentakannya ketika aku sampai di rumah, walaupun sudah kuperingatkan supaya ayah tidur saja. Aku tahu dia pasti lelah setelah seharian bekerja di kantor. Tapi aku sadar sekarang, kekhawatiran seorang ayah akan putrinya mampu mengalahkan rasa lelah paling lelah sekalipun.

Saat aku meminta ayahku merestui hubunganku dengan kekasihku, ia tidak mudah memberikan restu. Aku bingung, apa sih yang ada di pikirannya? Aku pun sudah dewasa dan bisa menentukan pilihanku sendiri. Ia malah memberikanku waktu untuk memikirkan keputusanku matang-matang. Aku sadar sekarang, ayahku cuma tidak ingin putrinya, yang sekarang sudah tidak kecil lagi, salah langkah dan merasakan sakit hati.

Saat aku meminta ayahku untuk melepasku dan membentuk keluarga baru, aku baru tersadar. Ayah sudah memberikan jutaan hal berharga dalam hidupku yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Ayah sudah mengajarkanku mengenai kehidupan dan memberikan kebahagiaan dalam hidupku. Sebelum terlambat, aku cuma ingin berterima kasih pada ayah. Yang selalu memberikan hal-hal luar biasa di luar pikiran putrinya.