Hanya Karena Rela Memberi Kesempatan Kedua Kepada Orang yang Melukai, Bukan Berarti Kamu Lemah

Memaafkan itu bukan kelemahan. Itu kekuatan dan ketulusan.

Setiap manusia pasti memiliki masa lalu. Dan banyak dari masa lalu selalu ingin dilupakan karena banyak sekali luka yang tercipta dari sana. Orang-orang, mungkin termasuk diri kita sendiri, mungkin berpikir bahwa masa lalu yang kelam harus dibuang jauh-jauh dari hidup kita. Bahwa tidak ada lagi tempat untuk masa lalu yang pernah memberikan rasa sakit. Bahwa tidak ada ruang lagi bagi mereka yang pernah pergi meninggalkan kita, di saat kita masih menginginkannya. Dan orang-orang yang pernah pergi dan menancapkan luka sepertinya tidak pernah berhak untuk memiliki hidup yang layak di kehidupan kita yang sekarang. Bahkan kita sendiri pasti sering berharap agar karma bisa menghampirinya agar ia mendapat luka yang sama dan balasan yang setimpal. Agar rasa sakit itu bisa impas.

Maka, sangat wajar jika manusia sangat susah untuk memberikan kesempatan kedua. Apalagi untuk masa lalu yang melukai paling dalam. Banyak orang yang berpikir bahwa kesempatan kedua hanya sarana untuk kembali menuai luka yang sama –atau bahkan lebih parah dari orang yang sama. Banyak yang berpikir bahwa orang yang mau memberikan kesempatan kedua pada orang yang pernah melukai adalah mereka yang lemah dan bodoh, yang mau-mau saja menerima seseorang yang penah menciptakan petaka dalam hidupnya. Kesempatan kedua dianggap sebagai sebuah hal yang sakral, yang tidak mungkin bisa diberikan kepada orang-orang yang patut untuk menerima karma.

dm-player

Namun, sebenarnya memberikan kesempatan kedua pada orang yang pernah menyakiti hati kita bukan berarti menjadikan kita lemah. Hanya karena memberikan kesempatan kedua kepada masa lalu yang kelam, bukan berarti kita ini bodoh. Justru kita adalah orang yang kuat karena mampu melihat sisi lain dari seseorang, yang gagal dilihat oleh orang lain. Justru kita ini adalah orang yang kuat, yang mampu melebarkan sayap maaf yang sebesar-besarnya. Bahkan pada orang yang telah melukai teramat parah. Bukankah kita bisa terluka teramat parah juga karena kita pernah merasakan cinta yang teramat parah juga? Bukankah kita bisa merasakan sakit juga karena kita pernah dibuat bahagia olehnya? Walau pada akhirnya dia melukai dan pergi begitu saja.

Yang perlu kita pahami hanyalah tentang perubahan. Bahwa manusia itu bisa berubah, sekeras apapun wataknya. Bahwa hidup yang keras ini pelan-pelan akan mengubah manusia sebagai bentuk dari adaptasi diri. Tidak terkecuali mereka yang pernah melukai kita. Mereka yang pernah melukai juga bisa berubah menjadi orang yang lebih baik. Mungkin saja karma yang kita gaungkan kepada mereka itu pada akhirnya berhasil membuat mereka sadar bahwa mereka telah menancapkan luka.

Jangan buru-buru menilai seseorang, karena kita tidak pernah tahu perjuangan dan proses pemikiran seperti apa yang membentuk mereka menjadi seperti sekarang. Dan jika ada seseorang dari masa lalu yang datang dan meminta kesempatan kedua, kita perlu mencari tahu. Jangan buru-buru menghina. Karena bisa jadi, dia itu datang dengan sejuta penyesalan dan dai tidak ingin kehilangan kita lagi. Kita perlu melihat seperti apa perubahan yang dia miliki sebelum memutuskan akan memberikan kesempatan kedua atau tidak. Bukankah mereka yang pernah menyakiti kita jugalah manusia? Dan manusia adalah tempatnya salah. Bisa saja dengan memberikan kesempatan kedua, kita akan bisa mendapatkan bahagia yang kita impikan selama ini. Bukan mustahil, bukan?

Elsa Fitria Bena Photo Writer Elsa Fitria Bena

architect - traveling - writing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya