Senbazuru dari Sang Pengagum Rahasia

Hari ini aku menyadari satu hal, bahwa aku hanyalah sang pengagum.

Ketenangan selalu menjadi sahabatku dan sepi adalah hal yang selalu kurindukan. Namun hari ini, entah kenapa semua prinsip yang selama ini kupegang lenyap sudah. Aku bahkan berani membuat  keputusan dengan mengikuti sahabat sahabatku menghadiri sebuah acara Closing Party di kampusku, aku melangkah dengan gontai melawati tribun tribun yang sudah terisi penuh.

Mataku bahkan tak berhenti melihat kesana kemari berharap ada tempat yang bisa kududuki, setelah beberapa saat akhirnya aku mendapatkan tempatku, tak sabar menikmati duniaku sendiri dan terus menerus berkata dalam hati bahwa membaca novel adalah ide yang buruk untuk saat ini. “Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.” Tulisan dari Tee Liye itu, tak sengaja kubaca di layar handphone-ku saat telingaku mendengar suara lain, suara yang selalu ada di alam bawah sadarku.

Ya, aku melihatnya, bukan dengan pena yang selalu dia bawa, tapi sebuah gitar yang berada dalam peluknya. Perlahan tangan yang dulu bagaikan penari diatas kertas putih, kini berubah menjadi petikan petikan di tiap senar, menciptakan sebuah melodi dengan sempurna. Suaramu, ya aku mendengarnya, seakan kau bercerita kepada semua orang tentang rindu yang sangat dalam, “Yo mung siji dadi panyuwunku, Aku pengin ketemu”, sebuah lirik lagu tertangkap jelas olehku.

dm-player

Suaramu, ya aku mendengarnya, setiap lirik yang kau ucapkan seakan kau tenggelam dalam duniamu, mencoba mengungkapkan rindumu bagai palung tak berdasar. Hari ini aku kembali membuat keputusan salah, menghadiri sebuah acara music yang rutin digelar di bawah pohon beringin. Setelah melihatmu kemarin saat kau menceritakan rindumu, hari ini aku kembali melihatmu, duduk di sebrang sana, dan lagi lagi kau asik dengan duniamu. Menit berikutnya kau menghilang dan tiba-tiba kau duduk cukup dekat denganku, aku melihatmu tersenyum, bersenda gurau dengan sahabat sahabatku.

Ya senyummu, aku melihatnya, entah setan apa yang membuat jantungku berdegup kencang bahkan saat aku tak pernah mengijinkan, kupu kupu seakan berterbangan didalam tubuhku, minumbulkan sensasi menggelikan dan lucu. Hari itu aku kembali melihat senyummu dan tiba tiba seorang perempuan menghampirimu, perempuan yang sama, rambut hitam legam dengan senyum kecil di bibirnya, perempuan sama yang selalu membuatmu tersenyum setelah kau menuliskan namamu dengan sebuah pena. Jantungku seakan berhenti berdetak untuk sesaat, dan aku menyadari sesuatu bahwa aku hanya sang pengagum dengan jutaan rahasia.

Aku melihat rindu yang pernah kau ceritakan seakan sirna, saat kau mampu bertemu dengan sang empunya. Detik berikutnya aku hanya mampu menuliskan sebait kata, dan aku melipatnya menjadi burung bangau, berharap burung itu akan terbang mendekatimu dan menyampaikan ada orang lain yang juga merindukanmu. Aku bukanlah pujangga yang pandai merangkai kata. Aku bukan pula bintang yang selalu kau nantikan. Bahkan malaikatpun tak ingin aku mendekatimu. Aku adalah perempuan dengan jutaan rindu. Dan aku hanyalah perempuan yang mengagumimu.

Lanie Photo Writer Lanie

Aku hanyalah sang pengagum rahasia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya